Chapter 37

6.2K 368 17
                                    

Ali memandangi air terjun di hadapannya dengan pandangan takjub. Saat ini, Ali tengah berada di Tukad Unda, Klungkung. Struktur di area ini bertingkat-tingkat dikarenakan adanya infrastruktur bangunan, sehingga aliran air yang jatuh dari atas menghadirkan pemandangan indah layaknya tirai air dan juga air terjun mini.

Prilly pun sama, ia nampak duduk santai sambil memainkan ponselnya, mengecek berbagai sosial medianya. Beberapa kali ia memotret pemandangan di depannya lalu ia menggunggahnya ke dalam insta story.

"Sayang," panggil Ali pelan namun masih dapat didengar oleh Prilly.

"Iya, Mas?"

Ali berdeham pelan sebelum akhirnya menegakkan duduknya dan berjalan menuju permukaan sehingga air terjun yang berada di pinggir menyapu kaki jenjangnya."Nyebur yuk. Mau nggak?"

"Aku nggak bawa baju renang, Mas." Prilly kini memfokuskan pandangannya pada Ali, terlebih dahulu ia menyimpan ponselnya ke dalam tas kecilnya.

"Yaudah, pake baju itu aja." saran Ali sebelum ia membuka baju kausnya yang berwarna hitam. Terlihatlah tubuhnya yang terpahat sempurna. Apalagi perut sixpack-nya yang mencolok.

Prilly langsung saja membulatkan matanya, dengan segera ia menghampiri Ali dan memakaikan lagi baju kaus itu membuat Ali mengerutkan kening bingung.

"Ngapain sih pake buka baju gitu? Aku nggak mau ya kalau badan suami aku jadi tontonan publik! Kalau mau nyebur, pake aja bajunya, Mas." Prilly mengomel.

Ali tersenyum geli."Nggak enak, Sayangku kalau nyebur pake baju." Ia mengedarkan pandangannya lalu kembali jatuh pada mata hazel Prilly."cuman ada kita doang juga disini. Nggak apa-apa, ya? Bentar aja."

Prilly pun mengangguk."Yaudah, tapi nyeburnya barengan." Prilly lalu melepaskan sepatu dan juga topinya.

"Ayo," Ali menarik pelan tangan Prilly, membawanya masuk ke dalam zona nyaman yang melingkupi mereka saat ini.

Ali mengajak Prilly agar duduk di tengah air terjun yang mengalir dengan cukup deras. Tak lupa, Prilly membawa kamera vlog-nya. Mereka tertawa bersama sambil sesekali menciptratkan air ke wajah masih-masing. Ali membawa Prilly ke dalam dekapannya lalu menengadahkan kepalanya untuk menatap langit.

Baik Ali maupun Prilly, sama-sama menyukai hal-hal yang berbau air. Mulai dari snorkeling, diving, swimming, dan berbagai hal lainnya. Mereka juga sangat menyukai hujan, apalagi aroma khas hujan yang menyejukkan hati.

"Sayang, udahan yuk. Dingin banget." Ali menatap wajah bahagia Prilly yang terus tersenyum ke arah kamera.

Kamera yang dibawa Prilly bukan digunakan untuk membuat video lalu menggunggahnya ke YouTube seperti yang biasa dilakukan vlogger saat ini. Ia hanya ingin mengabadikan setiap momen yang ia lalui bersama Ali, agar kelak ia bisa menunjukkannya pada anak-anaknya nanti.

"Habis ini kita kemana?" tanya Prilly di tengah perjalanan mereka menuju tempat ganti. Ali tetap menggenggam tangan Prilly, tak berniat untuk melepaskannya walau sedetik saja."Ke hatimu."

"Aku serius, Mas."

"Iya, aku juga, Sayang." Ali tersenyum.

"Yaudah kalau nggak mau ngasih tahu," Prilly memasang ekspresi ngambek. Bahkan, ia mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Ali walaupun ada rasa tak rela yang menghinggapinya.

Ali terkekeh lalu mengacak gemas rambut istrinya yang lembab akibat terlalu lama terkena air itu lalu kembali mendekapnya."Habis ini kita mau ke stadion Kapten I Wayan Dipta. Sekalian, malam ini kita juga nginap di Gianyar. Aku udah booking hotel, nggak jauh beda lah sama yang kita tempatin semalam."

Prilly mengerutkan keningnya."Stadion? Ngapain? Memangnya ada pertandingan sepak bola ya?"

"Nggak ada, Sayang. Aku cuman kepengen liat disana. Secara, stadionnya itu masuk nominasi stadion terbaik di Indonesia setelah Gelora Bung Karno. Aku penasaran aja. Boleh kan?" Kini gantian Ali yang memohon, ia kemudian memasang puppy eyesnya seperti yang biasa di gunakan Prilly saat merayunya.

Prilly tersenyum gemas lalu mencubiti kedua pipi Ali membuat lelaki tampan itu meringis."Ih, gemesin banget sih suami aku! Ya bolehlah, apa sih yang nggak boleh buat kamu?"

"Garing." celetuk Ali membuat tawa keduanya kembali pecah.

✈️✈️✈️

 Ali benar-benar mengagumi desain interior Stadion Kapten I Wayan Dipta yang terletak di daerah Gianyar ini. Memang benar kata orang-orang bahwa stadion ini layak untuk diikutkan kejuaraan. Ali masih asik memotret saat seorang official mendatanginya.

"Permisi, Mas, mau lihat ruangan dalamnya tidak?" tanya orang itu. Sebenarnya, itu bukan official dari tim Bali United yang kini memegang kuasa penuh atas Stadion yang dihuni oleh para semeton itu, melainkan official yang disiapkan oleh pihak pemerintah Gianyar yang mengutus beberapa orang untuk melayani para pengunjung yang datang.

Masuk ke dalam Stadion seperti ini, bukanlah hal yang bebas dan mudah untuk didapatkan. Namun, Ali memiliki seorang teman yang kebetulan menghandle beberapa bagian di Stadion ini sehingga dirinya mendapat kesempatan untuk menjelajah lebih jauh.

"Boleh." Ali berujar dengan antusias sementara Prilly memilih untuk tetap duduk di bangku penonton, menikmati semilir angin sejuk di malam hari.

Ali mulai melangkah masuk ke dalam locker room para pemain. Bagian dalam Stadion ini juga sangat bagus. Locker room pemain dilengkapi dengan lampu hias dan beberapa pernak-pernik sepakbola lainnya.

Bath untuk para pemain memanjakan diri setelah bermain selama 90 menit pun sangat bagus, difasilitasi oleh teknologi modern. Sudah sewajarnya Stadion ini dijuluki dengan Stadion Ter-modern.

Setelah itu, Ali kembali keluar dari dalam sana dan melangkah menuju bench para official. Ia juga sempat berfoto disana dengan beberapa pose. Bahkan, ia sampai meminjam salah satu bola dan berfoto ria disana.

"Pulang yuk."

Prilly mendongak saat mendapati Ali dengan senyumannya tengah mengulurkan tangan ke arahnya. Tanpa basa-basi, ia meraih tangan itu lalu beranjak.

"Udah selesai huntingnya, Mas?" Prilly bertanya di tengah perjalanan mereka menuju mobil sewaan mereka.

"Udah, Sayang. Stadion ini memang bagus loh. Di dalam juga arsitekturnya bagus. Jadi pengen punya Stadion nih." Ali terkekeh di akhir kalimatnya.

"Ngawur!" Prilly mencubit gemas pinggang Ali membuat lelaki itu sedikit menjauh darinya sambil meringis."Ada-ada aja sih, Mas."

"Kepengen aja sih." Ali kembali berspekulasi."Eh, Sayang, aku kok kepengen ke San Fransisco ya?"

Lagi-lagi ia kembali mencubit pinggang suami tercintanya itu."Ke San Fransisco kayak mau ke pasar Senen aja, santai banget Mas ngomongnya!"

Ali tersenyum tipis."Pengen, Sayang. Masih ada waktu kok, ayuk ah!"

"Nggak usah, Mas. Kita baru aja pulang dari Singapore. Nanti deh setelah jagoan lahir, kita langsung bawa kesana."

Ali mengangguk lalu mengapit istrinya itu."Iya deh iya, bumil selalu benar."

"Dan, Daddy selalu salah."

Gimana?

Keep Vote & Comment :)

Happy Reading.

With Love,

s.y.i

My Lovely Captain (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang