Chapter 9

9.3K 414 1
                                    


Setelah berkeliling selama hampir satu jam, Ali dan Prilly memutuskan untuk duduk di salah satu bangku disamping hotel yang mereka pastikan menjadi tempat dilangsungkannya pernikahan mereka.

"Prill, ada yang mau aku kasih tau ke kamu."

Prilly menegakkan duduknya saat mendengar kalimat Ali. Biasanya saat Ali sudah memanggil namanya artinya ia ingin berbicara sesuatu yang serius.

"Besok aku harus flight." ucapan Ali membuat Prilly membulatkan matanya kaget.

"Besok kamu flight?" Prilly mengajukan pertanyaan yang langsung diberi anggukan oleh Ali.

Prilly menggelengkan kepalanya tak habis pikir."Kamu lupa kita mau nikah sebulan dari sekarang? Jadi, aku nyiapin semuanya sendiri? Sebenernya nggak mas-" 

Prilly tidak dapat menalanjutkan kata-katanya karena Ali sudah menaruh jari telunjuknya di depan bibir Prilly membuat gadis itu harus menghentikan ucapannya.

"Sayang, kita bicarain ini pelan-pelan ya."

Prilly menghela napas pelan."Tapi, gimana pernikahan kita udah deket banget."

Ali mengusap wajahnya kasar lalu berusaha menenangkan gadis itu melalui genggaman tangannya."Inilah pekerjaan aku, Sayang. Nggak mungkin aku tinggalin karena itu tanggung jawab aku. Lagipula aku flight cuman limabelas hari dan masih ada waktu dua minggu untuk cuti nikah sama cuti bulan madu."

Prilly membelalakkan matanya."limabelas hari?"

"Iya sayang, setelah itu kita bareng-bareng nyiapin semuanya. Kalaupun kamu mau lebih, aku akan ambil cuti lebih." Ali mengusap dengan lembut punggung tangan Prilly yang digenggamnya.

Prilly segera menepis tangan Ali lalu menatapnya sendu."Jangan terlalu menggampangkan sesuatu, Ali. Nyiapin pernikahan nggak segampang yang kamu mau!"

"Aku mau pulang, capek." Prilly beranjak dari duduknya lalu pergi darisana.

"Prill!" panggil Ali lalu mengejar Prilly namun Prilly sudah menaiki taksi dan meninggalkan tempat itu.

"Arghh!" teriak Ali lalu menarik rambutnya frustasi.

Beberapa menit Ali terdiam disana, namun deringan ponsel membuatnya mau tidak mau harus mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum, Li."

" Waalaikumsalam, Ma." jawab Ali lirih.

"Li, Mama tau kamu ada masalah. Prilly juga pulang-pulang langsung nangis sama Mama untungnya sekarang dia udah tidur, capek kali habis nangis."  Terdengar kekehan dari seberang sana membuat Ali menghela napas lega, untungnya gadis itu sudah sampai ke rumah dan lebih tenang.

"Ma, jagain Prilly ya. Ali harus flight selama limabelas hari ke depan. Kalau bukan tanggung jawab Ali pasti Ali lebih milih nemenin Prilly ma." 

Ully dapat mendengar nada kecewa dari seberang sana, ia tau kalau calon menantunya itu sudah berusaha semaksimalm mungkin untuk tetap berada di samping Prilly namun pekerjaan yang mengharuskannya untuk pergi."Iya sayang, Mama tau kamu abis nangis 'kan? Udah sayang kamu tenang. Jangan terlalu dipikirin, fokus sama kerjaan kamu. Nanti mama coba kasih pengertian untuk Prilly."

"Makasih Ma, Ali takut Prilly jadi nggak mau nikah sama Ali karena kerjaan Ali."

"Nggak sayang, nggak akan. Prilly sayang sama kamu. Mama tau itu."

"Iya, Ma. Makasih atas pengertiannya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Sambungan telepon terputus.

My Lovely Captain (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang