Chapter 8

9.9K 413 3
                                    


Five months later ..

Ali menghembuskan napasnya kasar. Sekarang, Ali sudah berdiri di gedung yang menjulang tinggi, apartemen. Ali memutuskan untuk melamar Prilly di rooftoop apartemen atas kemauannya sendiri. Apartemen ini yang menjadi tempat pertemuan pertama mereka dan Ali juga menginginkan tempat ini menjadi saksi bisu dimana ia akan meminta gadis itu untuk mendampinginya hingga hari tua.

"Li, udah waktunya." ucap Baja yang sudah ada disampingnya.

Ali mengangguk lalu berjalan menuju lift diikuti oleh Baja."Gue nggak yakin Prilly nerima gue."

"Positive thinking aja, Li. Gue sih yakin Prilly mau sama lo." Baja tersenyum.

"Bismillah." ucap Ali lalu kembali mengembuskan napasnya saat sudah berada di ujung rooftoop.

"Prilly," panggil Ali membuat Prilly yang sedang ketakutan berbalik.

"Al.. Ali," ucap Prilly terbata lalu tersenyum dan menghapus air matanya.

"Prilly Latuconsina, aku bukan orang yang romantis, kamu tau itu 'kan? Aku juga bukan lelaki yang selalu bisa mewujudukan semua keinginan kamu. Yang harus kamu tau adalah, aku orang yang sangat mencintai kamu, sangat mencintai kamu melebihi diriku sendiri." Ali tersenyum.

"Aku mau menjadi imam kamu, menjadi ayah dari anak-anak kamu dan menjadi panutan bagi keluarga kita nantinya. Aku minta maaf karena selama ini membawa kamu ke dalam ketidakpastian yang diakibatkan oleh rasa takut aku kehilangan kamu." Ali perlahan mendekati Prilly, saat tepat berada di hadapan Prilly ia mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang bergelinang di pipi Prilly.

Ali berlutut dihadapan Prilly."Will you marry me?"

Prilly terpaku ditempatnya, ia tak menyangka malam ini setelah mereka bersama selama lima bulan lebih tanpa berkata apapun sebelumnya, Ali melamarnya. Padahal ia kira Ali hanya akan mengajaknya menikmati bintang-bintang seperti biasanya. Bibirnya kelu, tak mampu mengucap sepatah katapun yang ada hanya air mata yang keluar tanpa dikomandoi.

"Aku nggak minta kamu jawab sekarang. Aku cuman mengutarakan isi hati aku aja. Jangan nangis ya." Ali tetap dengan senyumnya lalu menghapus air mata Prilly.

Tanpa mereka sadari beberapa orang yaitu keluarga keduanya sudah menitikkan air mata haru.

"Yes."  ucap Prilly lalu memeluk Ali setelah cowok itu memasang cincin di jari manisnya, ia menangis dalam pelukan hangat Ali.

"She said yes!!"  teriak Ali bahagia.

Sedangkan beberapa orang sudah berbalik badan dengan baju yang bertuliskan 'she said yes' dan bersorak gembira.

"Makasih, Ali ... makasih. Aku nggak nyangka kamu bisa kumpulin teman-teman SMA aku apalagi teman kuliah juga ada." ucap Prilly yang tak mampu menyembunyikan rasa senangnya.

"Makasih juga udah nerima aku menjadi calon suami kamu. Aku 'kan bilang dari awal, kita nggak bakal pacaran tapi langsung nikah." Ali tersenyum jahil dan langsung mendapat cubitan pelan di pinggangnya.

"Udah sekarang kamu gabung gih sama teman-teman kamu, pasti mau kangen-kangenan 'kan?Nanti kalau udah baru kamu balik kesini, kita sama keluarga yang lain bahas pernikahan." pesan Ali lalu mengecup singkat dahi Prilly.

"Oke, fiance." Prilly lalu mengecup pipi Ali dan berlari kecil menuju teman-temannya.

"Congrats bro! Gue bilang juga apa 'kan, lo pasti keterima. Sok-sok an lagi bilang gak pa-pa kalau gak dijawab sekarang padahal mah hatinya gak karuan." ucap Baja lalu memeluk sepupunya.

My Lovely Captain (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang