"Sayang, aku berangkat dulu ya." Ali yang sedang mengikat tali sepatunya itu berseru dari halaman rumah lalu segera berjalan menuju mobilnya.
Prilly yang baru saja selesai memandikan Arkan pun hanya mampu membalasnya dengan pelan. Memang, Ali berkata bahwa ia harus segera pergi ke bandara karena ada rapat mendadak disana. Prilly pun menanggapinya dengan santai. Prilly mengangkat Arkan yang sudah rapi itu ke dalam gendongannya.
"Wangi banget sih anak mommy." Prilly tersenyum lembut setelah mengecup pipi tembam anaknya itu.
Prilly pun bersenandung kecil sambil menuruni anak tangga. Dia harus membereskan peralatan-peralatan yang digunakannya untuk membuat sarapan tadi. Prilly pun meletakkan Arkan di stroller-nya lalu mendorongnya menuju dapur. Setelah semua peralatan kembali ke tempatnya, Prilly membawa Arkan menuju ruang tengah.
Baru saja dia duduk dengan tenang di sofa, deringan ponsel mengharuskannya untuk menunda niatnya menonton drama Korea. Diambilnya ponselnya dari atas meja lalu mengerutkan dahi saat melihat isi pesan yang masu0k.
Max: prill, bisa ketemuan nggak? Ada hal penting yang mau aku kasih tau ke kamu. Aku janji ini pertemuan kita yang terakhir. Aku mohon Prill, aku nggak mau hidup dengan penyesalan nantinya.
Prilly bingung saat mendapati pesan yang dikirimkan Maxime padanya setengah jam yang lalu. Buat apa Maxime mengirimkannya pesan seperti itu? Lalu katanya, hidup dengan penyesalan? Maksudnya apa? Prilly kembali berpikir. Dengan segala pertimbangan, ia pun menyetujuinya. Lagipula, Maxime mengatakan bahwa ini adalah pertemuan terakhir mereka.
Prilly: dimana, Max? Setengah jam lagi aku sampai.
Prilly kemudian beranjak sambil menggendong Arkan, bersiap untuk pergi.
✈️✈️✈️
Prilly memasuki kafe dengan langkah yang terbilang pelan. Prilly mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe lalu menemukan Maxime yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Posisi lelaki itu di sudut kafe, di dekat jendela.
Prilly menghampirinya dengan mental yang sudah ia persiapkan. Apapun yang Maxime ingin katakan nantinya sudah harus ia terima. Toh, mereka juga sudah tidak memiliki hubungan apapun.
"Hai, Prill." Maxime menyapa. Wajah lelaki itu nampak kelelahan, tidak bisa dia sembunyikan walau dengan senyumnya saat ini.
"Hai, Max." Prilly menjawab seadanya lalu ia menarik kursi untuk duduk di hadapan Maxime.
Maxime beralih menatap Arkan yang berada di stroller-nya. Lalu, ia kembali menatap Prilly."Ehm, aku gendong .. boleh?"
Prilly langsung saja mengangguk. Ia menatap Arkan yang kini berada di dalam gendongan Maxime. Maxime tertawa pelan lalu mulai menghujani Arkan dengan kecupan-kecupan lembut. Melihat hal itu, senyum Prilly sedikit tertarik ke atas.
"Max?" Prilly memanggil.
Maxime menolehkan kepala lalu mengangkat satu alisnya."Iya?"
"Kamu bilang tadi, ada yang mau di bicarain 'kan? Kamu bisa ngomong sekarang." Prilly menarik senyum tipis.
Maxime menjentikkan jari di udara lalu ia mengembalikan Arkan ke stroller-nya sebelum menatap Prilly. Ditatapnya Prilly dengan pandangan sendu."Aku ngajak kamu kesini itu untuk ngejelasin semuanya ke kamu. Aku nggak mau ada rasa penyesalan sebelum aku pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Captain (COMPLETED)
FanfictionBagaimana jadinya jika seorang gadis manja bertemu dengan seorang pilot yang sangat penyayang namun menyimpan luka di masa lalu? Apakah gadis manja dan ceria ini dapat menyembuhkan luka pilot tampan dan penyayang itu? Ayo dibaca ceritanya untuk mene...