"Beneran kamu? Nggak nyangka bisa ketemu kamu disini." Lara tersenyum. Senyum yang mampu mengalihkan dunia Ali, membuatnya harus berguling di tempat tidur saat wajahnya tersipu saat digombali perempuan itu. Ingat, dulu. Semuanya sudah berubah sejak kedatangan Prilly, dan gadis ini apa lagi tujuannya?
"Kamu ternyata masih sering kesini ya. Aku jadi ingat janji kamu untuk bawa aku kesini. Kamu lupa, ya?" Lara masih terus saja berceloteh, tidak menyadari bagaimana raut wajah bingung Prilly juga dengan tatapan tidak sukanya pada Lara. Apalagi dengan bahasa aku-kamu yang digunakannya pada suaminya membuatnya sedikit risih.
Prilly berdeham, menyadarkan Ali dari lamunannya dan tentunya Lara dari celotehannya.
Lara menatap bingung Ali, lalu pandangannya beralih menatap Prilly."Ini siapa kamu? Adik kamu? Sepupu? Tapi setahu aku, kamu nggak punya saudara perempuan selain Kaia. Iya, nggak? Berapa banyak yang udah aku lewatin, Li?"
Ali mendengus."Shut up, Ra. Semuanya udah berlalu. Remember, my bussiness is not your business anymore, Renata Kalara." Ali beralih menatap Prilly lalu memeluk pinggangnya posesif yang menimbulkan raut tak suka Lara."ini istri gue. Namanya Prilly. Satu hal lagi, jangan ngerasa kalau lo itu istimewa. Nggak semua hal lo tau tentang gue."
"Ternyata, selera kamu udah berubah, Li? Bocah gini kamu nikahin?" tanya Lara tak percaya membuat Ali menggeram kesal sementara kesabaran Prilly sudah habis."Eh, Mba, maksud Mba ngomong kayak gitu sama suami saya apa, ya? Mau cari perhatian? Kurang belai banget sih, Mba. Terus masalah Ali nikahin saya, kenapa? Mba cemburu? Jujur, saya nggak tau apa-apa tentang hubungan Mba dan suami saya. Kalaupun ada, itu di masa lalu. Jadi, lupain semuanya dan denger kata suami saya tadi. Jangan sok tau jadi orang."
Pedas. Ucapan Prilly membungkam Lara. Gadis itu menajamkan matanya lalu menatap Ali sekali lagi."Aku cinta sama kamu, Li. Tapi, itu udah nggak berlaku sama kamu. Jujur, aku sedih, Li. Sekali lagi, itu udah keputusan kamu."
"Thankyou, Li. Untuk semuanya. Maaf udah ninggalin kamu tanpa alasan. Suatu saat, kamu akan tau apa alasan aku." Lara tersenyum picik."aku harus pergi."
Setelah kepergian Lara, Ali dan Prilly bungkam. Seolah mengunci mulut satu sama lain. Ali menoleh lalu menatap Prilly yang menatap lurus ke depan.
"Soal ini, aku jelasinnya di hotel aja ya? Aku nggak mau rusak momen ini. Atau mau aku jelasinnya sekarang?" Ali berkata lembut membuat Prilly mengembuskan napas."nggak usah, nanti aja. Aku juga sama, nggak mau ngerusak momen ini."
"Makasih udah ngerti." balas Ali membuat Prilly tersenyum."udah seharusnya."
Mereka beranjak. Ali menggenggam tangan Prilly lalu berjalan bersama. Hamparan gedung yang menjulang mendominasi. Prilly mengerutkan kening saat matahari terik menerpa wajahnya."Matahari ada juga ya, padahal dingin."
"Karena dingin lebih mendominasi. Makanya, tadi kamu ngerasa dingin. Tapi, setelah kita berjalan terasa kayak panas. Itu sebenarnya karena tadi kita duduk aja, nggak ngapa-ngapain sedangkan sekarang kita membakar energi. Jadi, kita ngerasa ada hawa panas." jelas Ali membuat Prilly mengangguk mengerti."kamu pinter banget ya."
"Eh, itu ada toko campuran. Kayaknya banyak aksesoris deh disana." Ali menunjuk salah satu toko besar yang ada di perempatan jalan membuat Prilly mengangguk."kesana yuk?"
Setelah menyebrang, mereka akhirnya sampai di toko yang ditunjuk oleh Ali. Dinginnya air conditioner langsung menyapa. Ali terkekeh saat melihat Prilly yang antusias, walaupun rata-rata berisi kartun anak-anak dalam bentuk mainan.
"Ada minion!" Prilly memekik gemas.
Ali tersenyum kecil."Tapi bukan boneka, tasnya doang, mau?" Prilly mengangguk antusias lalu berusaha menggapai tas itu walaupun sangat sulit untuk ia jangkau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Captain (COMPLETED)
FanficBagaimana jadinya jika seorang gadis manja bertemu dengan seorang pilot yang sangat penyayang namun menyimpan luka di masa lalu? Apakah gadis manja dan ceria ini dapat menyembuhkan luka pilot tampan dan penyayang itu? Ayo dibaca ceritanya untuk mene...