Tiga hari berlalu sejak proses persalinan Prilly yang berjalan dengan lancar. Hari ini, Arkan sudah bisa dibawa pulang. Prilly dan Ali sangat antusias menyambut kepulangan bayi tampan itu. Seperti saat ini, Ali membuka pintu rumahnya dengan senyum yang lebar.
Mereka disambut dengan anggota keluarganya yang sudah berkumpul disana. Ada Ully dan Resi yang sedang duduk di sofa keluarga, ada juga Ricky dan Rafa yang tengah bermain PlayStation serta Fiza dan Rara yang sedang membaca majalah di bar mini mereka.
Ali melangkah masuk sambil membawa tas bayi di tangan kanannya sementara lengan kirinya merangkul bahu Prilly. Semuanya serempak menoleh ke arah mereka dan tersenyum bahagia.
"Eh, Arkan udah datang ya? Sini atuh sama uncle." Ricky merentangkan tangannya, bermaksud agar Arkan dibawa ke dalam gendongannya.
"Bentar ya, Bang. Arkan mau ganti baju dulu." Prilly tersenyum menanggapi lalu ia dan Ali berjalan menuju kamar mereka yang terletak di lantai dua.
Ali berlagak seperti seorang prajurit Inggris sambil membukakan pintu kamar mereka. Prilly terkekeh melihatnya, diulurkannya tangannya untuk menepuk pelan pipi kanan Ali sebanyak dua kali. Prilly membaringkan Arkan di atas kasur mereka yang empuk lalu ia mengambil peralatan untuk mengganti popok dan baju anak itu.
"Nanti Arkan mau langsung tidur di kamarnya atau gimana?" tanya Ali sambil memperhatikan gesitnya Prilly saat mengganti popok anaknya.
Prilly tersenyum."Jangan dulu deh, Mas. Biar Arkan tidur sama kita dulu disini. Nanti kalau udah agak gede baru dia tidur di kamarnya. Palingan kalau mau ganti popok atau mau mandi, bisa di kamarnya."
"Aku sih terserah kamu aja." Ali mengangguk."aku juga masih pengen bobo sama jagoan. Nggak kerasa, udah ada malaikat kecil yang bobo di tengah-tengah kita sekarang. Semuanya itu cepat banget berlalunya."
"Iya, Mas. Selain kehadiran Arkan, juga pernikahan kita. Nggak terasa, kita nikah udah hampir satu tahun." tambah Prilly.
Ali tampak berpikir sebentar lalu mengajukan argumennya."Bulan depan kita anniversary yang pertama ya?"
"Iya, Mas."
"Kamu mau rayain dimana?" tanya Ali lagi.
"Kalau aku sih, terserah Mas aja." jawab Prilly, kini Arkan sudah terlihat semakin tampan dengan baju biru lautnya juga celana pendek yang senada dengan bajunya."lebih baik kalau kita rayain di dekat-dekat sini aja, Mas. Misalnya ke Bandung terus jalan-jalan. Bukannya gimana, tapi usia Arkan juga masih bayi banget. Dia masih sebulan kan bulan depan?"
Ali mengangguk."Iya, Sayang. Aku ikut aja sama kamu." Ali kemudian mengambil Arkan lalu membawanya ke dalam gendongannya. Lengannya yang besar menumpu kepala Arkan yang kecil.
Bayi tampan itu terlelap. Ali menatap lamat wajah putranya lalu akhirnya menghujani wajahnya dengan kecupan-kecupan lembut. Melihat itu, Prilly menarik senyum. Indah sekali rasanya melihat pemandangan dua lelakinya ini.
Rasanya seperti tidak ada lagi yang perlu dia minta di dunia ini, hanya kehadiran dua lelaki berbeda usia itu yang dia inginkan."Barang-barangnya Arkan nggak ada yang kurang, Sayang?" tanya Ali."soalnya kemarin kita buru-buru banget ke rumah sakitnya. Padahal rencananya kemarin itu kamu masih mau beli peralatan lain kan?"
Prilly yang sementara melipat-lipat baju Arkan itu akhirnya menolehkan kepalanya."Ada beberapa sih, Mas. Tapi, untuk saat ini udah cukup kok."
Prilly kemudian mengangkat baju-baju anaknya lalu berjalan menuju pintu connecting menuju kamar Arkan. Setelah menggeser pintunya, Prilly disambut dengan pemandangan taman safari yang menyejukkan. Dibelakangnya, Ali mengekor.
Prilly mulai memasukkan baju-baju itu ke dalam lemari Arkan yang berwarna putih. Sudah banyak baju-baju di dalam lemari itu dan semuanya adalah miliki anak lelaki bernama Arkan Dasenja Galaksi. Sementara menunggu Prilly, Ali memilih untuk duduk di kursi santai yang terbuat dari busa. Kursi itu berbentuk harimau.
"Kursi ini empuk banget, Sayang. Buat apa ditaruh disini?" tanya Ali sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar Arkan.
Prilly menyahut,"Kalau aku lagi nyusuin Arkan bisa duduk disitu, Mas. Memang itu tempat duduk khusus untuk ibu menyusui karena lebih nyaman. Tapi, kalau mau dipake diluar fungsinya, bisa juga kok."
"Bagus juga ya kalau ada di kamar kita."
"Mau diapain, Mas?" tanya Prilly lalu perempuan itu beranjak dari duduknya dan kemudian menutup lemari.
"Dipake duduk." ambigunya membuat Prilly tertawa pelan.
Prilly kemudian berjalan menuju box bayi Arkan. Dia merapikannya lalu mengambil beberapa mainan dari dalam lemari untuk ditaruh disana.
"Bentar lagi Arkan mandi sore ya," ucapnya.
Ali tersenyum lembut lalu menghampiri istrinya itu."Iya, mommy."
"Kamu tahu gak?" Ali berbisik di telinga Prilly. Nafasnya yang tenang dapat dirasakan oleh Prilly membuat perempuan itu kegelian saat kupingnya terkena hembusan napas Ali."Tahu apa, Mas?"
"Kamu itu kayak berlian." Ali tersenyum."Berlian yang harus aku jaga. Berlian yang menambah warna dalam hidup aku. Berlian yang nggak akan pernah tergantikan."
"Tolong, jangan rusak berlian aku ya?" tanya Ali yang memunculkan kernyitan di dahi Prilly. Namun, tak urung ia mengangguk."Iya, Mas. Aku akan selalu jaga berliannya, Mas."
Ali mengangguk lalu memajukan wajahnya untuk mengecup kening Prilly singkat."aku cinta kamu."
"Cinta kamu juga." Prilly terkekeh.
Gimana?
Keep Vote & Comment ya guys :)
Happy Reading.
With Love,
s.y.i
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Captain (COMPLETED)
FanfictionBagaimana jadinya jika seorang gadis manja bertemu dengan seorang pilot yang sangat penyayang namun menyimpan luka di masa lalu? Apakah gadis manja dan ceria ini dapat menyembuhkan luka pilot tampan dan penyayang itu? Ayo dibaca ceritanya untuk mene...