Be My Wife (Complete)

59-60

Saat aku membuat part ini. Ketahuilah bahwa otak ku sedang bergeser dari tempatnya.

& & & & & & & & & & & & & & &

59 - 60. Be My Wife

Alunan musik alami yang tercipta dari gemericik air sungai dan juga suara hewan-hewan kecil yang bernaung di rerumputan mengiringi aktifitas Nuel dan Hana saat berada di bungalow malam ini. Setelah pernyataan cinta dan kesiapan dari sang istri. Nuel langsung mengambil kesempatan besar yang ada dihadapannya. Nuel tak menyia-nyiakan malam yang begitu sempurna ini bagi dirinya dan istri tercintanya.

Nuel melumat bibir Hana dengan mesra, sesekali mengecup bibir atas dan bibir bawah istrinya bergantian. Bibir Nuel turun menyusuri leher Hana, membuat Hana merasakan sensasi yang menggelitik, membuat tubuhnya meremang.

Nuel mengangkat kepalanya dari leher Hana, menatap dengan pandangan bertanya. "Geli." Ucap Hana sambil menahan senyum geli serta menggigit ujung jari telunjuk tangan kanannya. Dimata Nuel hal itu terlihat...sexy, membuat gairah Nuel semakin naik.

Nuel mengabaikan hal itu, diraihnya tangan kanan Hana dengan tangan kirinya, menahannya. Kembali Nuel mendaratkan bibirnya dileher Hana, membuat Hana mengelinjang dibawah tubuh Nuel. Hana terpekik ketika Nuel menggigit kecil kulit lehernya. Sedangkan tangan kanan Nuel sudah masuk kedalam kaos longgar yang sering digunakan Hana sewaktu tidur. Dan Nuel bersyukur karenanya sehingga tangannya mudah menelusup dan mendarat sukses dikulit pinggang Hana. Telapak tangan Nuel mengusap kulit pinggang Hana dengan lembut, sementara bibir Nuel masih setia berpindah dari leher sisi kanan ke kiri begitu pula sebaliknya.

Suhu udara di kamar yang mereka tempati mulai memanas. Nuel menegakan tubuhnya, menghentikan aktifitasnya –sementara- membuat Hana yang sudah terbuai menatap Nuel dengan tatapan kehilangan akan sensasi yang sudah Nuel berikan. Nuel tersenyum lembut penuh arti pada Hana, dengan gerakan cepat ia melepas kaosnya, membuangnya sembarangan. Mata Hana sekarang disuguhkan tubuh bagian atas dari suaminya yang polos, terlihat atletis, berotot tapi tidak berlebihan. Refleks tangan Hana menyentuh dada suaminya, memandangnya takjub. Nuel merasakan seperti terkena aliran listrik dalam skala kecil saat telapak tangan istrinya menyentuh dadanya. Tak tahan Nuel kemudian kembali menyerang bibir Hana.

Ciuman Nuel dalam dan lama, saat mereka melepaskan tautan bibir mereka serta belitan lidah mereka. Nafas mereka terengah, Hana menatap sayu pada Nuel. Kembali Nuel mencondongkan wajahnya ke wajah Hana. Mencium Hana pelan mulai dari kening, pangkal hidung, ujung hidung, bibir, dagu dan leher –mencium aroma khas dari istrinya-. Sambil kedua tangan Nuel mengangkat kaos longgar yang digunakan Hana, dan dengan menurut Hana dituntun Nuel untuk melepaskan kaos yang dipakainya.

Pemandangan indah yang membuat mata Nuel menggelap. Keindahan yang dimiliki Hana, membuat Nuel menelan ludahnya susah payah, keindahan yang pernah ia sentuh –menyentuh dan meremasnya, dan baru satu kali Nuel lakukan- tanpa melihat dan sekarang terpampang dihadapannya walau masih terbungkus oleh pelindung.

Nuel menggenggam tangan Hana berada dikedua sisi kepala Hana. Kini bibir Nuel menyusuri kulit mulus bagian dada Hana, membuat Hana mendesah. Salah satu tangan Nuel mulai bergerilya di bagian punggung Hana –saat Hana melentingkan tubuhnya- dan menemukan kaitan pelindung yang Hana gunakan, dengan cekatan Nuel membuka kaitan itu dengan bibir Nuel sekarang berfokus pada bibir Hana. Mengalihkan perhatian istrinya, dengan cepat menyingkirkan pelindung itu dan melemparkannya sembarangan sama dengan kaos yang Nuel gunakan tadi.

Nuel dan Hana dapat merasakan kulit telanjang mereka saling bersentuhan dan membuat suhu udara di disekitar mereka semakin panas. Gairah menuntun Nuel melepaskan satu persatu sisa kain yang melekat ditubuh mereka, menyisakan diri mereka dalam keadaan polos, seperti bayi yang baru lahir.

Kembali Nuel memandang keindahan yang nyata, yang kini berada di hadapannya di bawah tubuhnya. Keindahan yang diciptakan Tuhan hanya untuk Nuel dalam ikatan yang suci. Nuel akan menjadi orang pertama dan terakhir yang akan memuja keindahan itu seumur hidupnya, dan menyimpan keindahan itu untuk dirinya sendiri. Karena keindahan itu adalah miliknya, miliknya yang sah.

Hana pun memandang kagum sosok yang kini sedang mengungkung dirinya dengan lengan kuat dan kokoh dikanan kiri tubuhnya. Hana merasa terlindungi oleh lengan kuat dan kokoh itu. Hana mempercayakan dirinya, tubuh, jiwa dan raganya pada sosok gagah yang sedang menatapnya dengan penuh pemujaan. Hana memberikan cinta dan kepercayaannya pada sosok yang menjadi suaminya, pendamping hidupnya, satu-satunya dan untuk selamanya.

Nuel memberikan kecupan-kecupan mesra ditiap inci kulit Hana. Sentuhan yang terjadi antara Nuel dan Hana membuat keduanya mabuk kepayang.

Nuel membimbing Hana di malam pertama mereka. Hana dibuat tak berdaya oleh sentuhan-sentuhan mesra yang Nuel berikan untuknya secara bertubi-tubi. Sentuhan intim membawa mereka untuk segera menyelesaikan gairah yang sudah tercipta.

Saat milik Nuel menyentuh milik Hana, nafasnya menjadi lebih berat. Perlahan Nuel mencoba menyatukan miliknya dan milik istrinya. Hana tersentak ketika milik Nuel perlahan bersatu dengan miliknya. Jari jemari Hana mencengkeram kuat bahu Nuel, mencari pegangan dan pelampiasan atas sensasi yang baru pertama kali ia rasakan. Wajah Nuel dan Hana sama-sama mengernyit, dengan Hana menahan sakit dan Nuel yang berusaha menyatukan milik mereka dengan perlahan.

Mata mereka saling terkunci, ketika Nuel melihat mata istrinya meneteskan cairan bening. Nuel segera mencium bibir Hana mencoba mengalihkan rasa sakit yang ditimbulkan olehnya. Saat tubuh Hana mulai menyesuaikan keberadaan milik suaminya, suaminya mulai bergerak dengan perlahan mengganti rasa sakit dengan rasa lain yang begitu...nikmat. Nuel membenamkan wajahnya di leher Hana menghirup aroma yang khas milik Hana, sambil terus bergerak.

Tubuh mereka menyatu dalam kebahagian malam yang mereka habiskan dengan rasa sakit berganti rasa nikmat yang menyenangkan. Rasa yang membuat Nuel dan Hana saling memahami dan mengerti satu sama lain, bahwa mereka saling...mencintai.

Nuel dan Hana bergerak seirama dengan senyum bahagia, jari jemari mereka bertautan, mereka meraih puncak bersama-sama, dengan tidak ada keraguan. Setelah meraih puncak, dengan peluh yang bercucuran ditubuh mereka, serta merasakan lelah yang memuaskan. Nuel rebah diatas tubuh Hana, nafas mereka masih memburu dengan jantung yang masih berpacu. Kepala Nuel berada di dada Hana, Hana mendekap kepala suaminya yang berada didadanya. Kembali Hana meneteskan air mata –air mata bahagia- sambil membelai kepala suaminya.

Nuel menegakkan tubuhnya ketika nafasnya sudah mulai teratur, menatap wajah istrinya "Aku menyakitimu?" tanya Nuel kedalam mata istrinya. Tersenyum lembut penuh ketulusan Hana menggeleng pelan memberi jawaban. "Terima kasih." Ucap Nuel juga dengan ketulusan, mengecup kening istrinya lama, senyum Hana semakin lebar. Nuel menarik miliknya dari milik Hana, perlahan, melepas penyatuan mereka.

Nuel merebahkan tubuhnya di samping Hana, menyamankan posisinya sebelum mendekap tubuh istrinya kedalam pelukan hangatnya. Nuel menutupi tubuh polos mereka dengan selimut. Dalam dekapan suaminya Hana sudah memejamkan matanya. Nuel tersenyum hatinya menghangat memperhatikan wajah damai istrinya yang terlelap. Nuel mengecup puncak kepala Hana "Terima kasih. Terima kasih istriku." Kemudian Nuel menyusul istrinya yang terlelap.

Malam ini menjadi pengalaman pertama yang berharga bagi Nuel dan Hana.

# 274 – Romance

& & & & & & & & & & & & & & &

Cukup sekian.

Maaf jika tidak sesuai dengan ekspektasi teman2.

Aku yakin part ini ada yang janggal, karena aku sendiri hanya bisa membayangkannya kemudian menuangkan dalam bentuk tulisan.

Ingat! Otak ku sedang bergeser.

Terima kasih teman2 semua...