#18 Penjelasan

642 89 67
                                    

LeeHyunra ♥ wonwoobee

Tak ada yang paling mengagetkan bagi seorang Koeun saat ini, selain fakta yang baru saja mengisi telinga sehatnya.

Anak yang sejak tadi bermain dengannya, siapa yang menyangka jika ternyata..

Anak ini...

"Ya, dia memang anak Jaemin. Anak si pria brengsek itu," ucap Jeno yang tampak jelas pria Lee ini terpaksa saat mengucapkan satu nama haram itu.

Nama yang sialnya Koeun kenal dengan baik.

"Tapi itu tak lagi, sekarang dia anakku. Anak Lee Jeno," Koeun seketika menatap Jeno dengan tatapan takjub. Takjub akan kelapangan hati Jeno yang dengan mudah menerima anak lain yang bukan darah dagingnya sendiri.

Kali ini Koeun pun kembali mengalihkan tatapannya kearah Baby Lami yang masih saja betah memainkan boneka sapi.

"Dua orang itu benar-benar. Aku tau mereka bersahabat, tapi haruskah mereka melakukan satu kesalahan yang sama? Membuat anak lalu menelantarkannya tanpa hati? Astaga, aku rasa otak mereka benar-benar berada di selangkangan!" Emosi Koeun tak terbendung.

Jeno seketika tersenyum tipis dibuatnya. "Sudahlah, berkat kedua pria bodoh itu juga aku bisa bertemu Hina dan Baby Lami," tangan kokoh Jeno dengan lembut membawa tubuh kecil Baby Lami keatas pangkuannya.

Sebuah kekehan pelan dengan manis keluar dari bibir mungil Baby Lami.

"Jika Jaemin tak bodoh, aku tak mungkin bertemu dengan dua malaikat ini dan melupakanmu Eun," jujur Jeno yang memang itulah adanya.

Andai kata Jaemin tak pernah menolak Hina, maka sampai detik ini pun tentu Jeno akan tetap mengejar cinta Koeun dan menjadi orang ketiga ditengah hubungan Mark dan Koeun.

Tapi, Tuhan maha adil. Tuhan selalu mempunyai cara tersendiri untuk membahagiakan ciptaannya, dan Hina adalah sosok yang Tuhan kirimkan untuk membuat hidup Jeno lebih berarti.

"Kau telah melupakanku?" Kaget Koeun tak percaya akan apa yang ia dengar sebelumnya. Entah mengapa ada segores luka yang kini terbesit saat telinganya dengan jelas mendengar penuturan itu.

Koeun menatap Jeno sekilas, lalu menghela napasnya pelan. 

‘Dia melupakanku dan aku dikhianati oleh Mark, hahaha hidupku benar-benar lucu,’ rutuk Koeun pada dirinya sendiri setelah sadar begitu konyolnya jalan takdir yang ia jalani.

Andai kata Koeun tau sejak awal jika jalan hidupnya akan menjadi seperti ini, tentu Koeun akan lebih memilih Jeno dibanding Mark – tapi, semua itu telah terjadi. Sang waktu pun tak mungkin Koeun putar ulang, jadi inilah Koeun sekarang – merutuki keputusannya yang benar-benar salah.

Salah besar.

"Kau kecewa aku melupakanmu?" Tanya Jeno hati-hati setelah pria ini menyadari adanya perubahan ekspresi dari wajah Koeun.

Gadis itu menjadi sedikit... murung?

“Aku?” Koeun memaksakan dirinya untuk tersenyum. “Kau bercanda, untuk apa aku kecewa,” bohong Koeun yang benar-benar tersembunyi apik. Katakanlah Koeun egois atau apalah, karena bisa-bisanya ia mengharapkan Jeno akan selalu berada disisinya apapun yang terjadi.

Tapi, rasanya itu tak mungkin lagi – Jeno telah menemukan hidupnya kini, dan Koeun – gadis Ko ini tak mungkin terus bergantung pada Jeno.

“Eun, kau lapar? Mau aku buatkan mak-“

Ting! Tong!

Suara bel tiba-tiba saja menggema, membuat obrolan Jeno dan Koeun terhenti seketika. Kedua anak manusia ini saling bertatapan heran.

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang