#21 Alright?

564 79 22
                                    

LeeHyunra ♥ wonwoobee


Dengan langkah yang memburu, seorang Mark Lee tampak membelah hiruk pikuk pelataran rumah sakit yang tentunya dipenuhi oleh banyak orang ini. Mark tak peduli, langkahnya tetap tertuju pada satu tujuan – ruang UGD, tempat dimana sang kekasih sialnya terbaring terluka. Demi apapun, Mark tak akan memaafkan siapapun yang telah membuat Koeun tak berdaya seperti ini.

Karena terlalu sibuk dengan tujuannya, Mark bahkan tak tahu telah berapa banyak ia menabrak bahu orang lain secara sengaja. Tabrakan yang tentu saja membuat Mark dihadiahi umpatan oleh sang pemilik bahu. Tapi sekali lagi, Mark tak peduli – yang terpenting sekarang adalah ia harus melihat kondisi belahan hatinya dan semoga saja gadisnya itu tak apa-apa.

Setelah melalui jalanan yang seakan panjang, jauh dan tak berujung ini - akhirnya mata Mark menangkap satu kata yang sejak tadi ia cari.

UGD.

Wajah Mark mengeras seketika dibuatnya, terlebih saat matanya bersitatap dengan sepasang mata lain. Sepasang mata milik gadis yang Mark duga sebagai penyebab Koeun terluka.

Masih dengan tatapan mata yang tajam, Mark mendekati sosok itu dan dengan kasar kedua tangan Mark membawa gadis itu berdiri lalu mengguncang-guncangkan bahu itu tanpa hati.  “Kau penyebabnya bukan? Bukankah sudah kubilang untuk berhati-hati, tapi apa yang kau-“ Remasan tangan Mark di bahu itu semakin mengerat membuat gadis yang tak lain Hina itu meringis kesakitan.

Ya, gadis itu adalah Hina. Gadis yang setau Mark hari ini akan menemani Koeun untuk pergi belanja. Tapi lihatlah bukannya mengantar Koeun ke Mall, gadis ini malah mengantar kekasihnya masuk UGD.

Tidakkah ini keterlaluan?

Mark seolah buta dengan rasa sakit Hina itu.

“Maaf, maafkan aku Mark. Aku- ak-“

“Diam! Lihat saja jika sampai terjadi apa-apa pada Koeun, aku tak segan-segan untuk menuntutmu!” entah sadar atau tidak dengan ucapannya itu, tapi mata Mark benar-benar membara saat ini.

Kentara sekali jika pria Lee ini tengah dilanda amarah yang amat banyak.

Hina hanya bisa menangis dalam kungkungan tangan Mark, Hina tahu ini salahnya. Andai saja Hina tak bersikeras untuk menggantikan Koeun mengemudi, dan andai saja Hina bisa lebih berhati-hati dengan mobil yang lain – tentu ceritanya tak akan seperti ini.

Koeun, ia dan Baby Lami tak akan terlibat kecelakaan seperti ini.

“Maaf,” lagi-lagi hanya satu kata itulah yang bisa Hina ucapkan. Satu kata yang membuat Mark muak sendiri. Apa dengan sebuah kata maafnya, Koeun bisa baik-baik saja? Tidak bukan?

Kesal dengan wajah menangis Hina, Mark pun dengan sadar mendorong dan menghempaskan bahu Hina. Membuat tubuh ringkih Hina membentur tembok yang berdiri kokoh dibelakangnya. Harusnya-

Ya, harusnya Hina merasakan rasa sakit akibat tembok itu – tapi, bukannya rasa sakit yang Hina rasa kini Hina malah merasakan tubuhnya didekap erat oleh seseorang. Tubuh yang membuat Hina tak merasakan sakit sama sekali.

“MARK!!!! KAU GILA HUH?”

****

Tersenyum dengan amat sangat lebar, itulah yang dilakukan Arin saat ini – selepas ia menerima telepon dari orang suruhannya. Rencananya berhasil dan itulah yang membuat Arin dengan sukarela menyunggingkan senyum manisnya.

Gelas berisi wine kini dengan manis bersitubruk dengan bibirnya yang tak kalah manis. Arin benar-benar merayakan keberhasilannya ini dengan penuh suka cita.

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang