#24 Keraguan

365 60 10
                                    

Maaf karena menghilang tanpa kabar hampir setengah tahun lamanya..

Maaf.....T-T

.
.
.

Seminggu berlalu paska pertemuan Jaemin dan Mark. Pertemuan yang membuat Mark semakin tak habis pikir akan jalan pikiran sahabatnya itu. Terlebih saat kenyataan itu akhirnya Mark ketahui, kenyataan yang membuat Mark menjadi sangsi apakah Jaemin melakukan ini semua, demi dirinya atau demi kepentingan Jaemin sendiri. 

Entahlah, Mark tak yakin. Tapi yang pasti setiap Mark mengingat kejadiian itu - emosi Mark mau tak mau kembali tersulut tanpa alasan.

Na Jaemin, pria itu...

Flashback - satu minggu yang lalu

"Brengsek!" sebuah bogeman mentah tak mampu lagi Mark tahan, setelah pria ini mendengar sebuah kenyataan yang benar-benar membuatnya tak percaya. Jadi anak yang dituduhkan sebagai anaknya, adalah anak Jaemin yang lain?

Sial.

"Kau sudah puas?" ucap Jaemin setelah mengusap ujung bibir yang sialnya berdarah.

Mark menggeleng, "Baby Lami anakmu, dan sekarang janin di perut Arin? Apa kau senang menghamili anak orang Na Jaemin?!" murka Mark yang tak habis pikir akan kegilaan Jaemin yang rasanya tak berujung ini.

Apa menghamili satu gadis saja tak cukup? Lalu sekarang?

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Bukankah harusnya kau lega setelah tahu jika itu bukan janinmu? itu milikku, dan kau tak perlu bertanggungjawab - kau bisa menikah dengan Koeun dan aku akan segera menikahi Arin," jelas Jaemin masih belum tuntas. "Dan aku rasa keputusanku untuk mengatakan ini semua adalah keputusan yang benar," 

Entah apa yang ada dipikiran Jaemin saat ini - hingga pria itu bisa dengan mudah mengucapkan itu semua.

"Semudah itu? Lalu Hina dan Baby Lami?"

Jaemin tersenyum kecil sebelum menjawab, "Bukankah ada Jeno. Sejak awal aku memang tak peduli pada mereka. Aku telah memberikan wanita dan bayi itu tunjangan hidup. Lalu apa lagi? Aku rasa semua itu cukup,"

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang