#25 Lamaran?!?

471 58 11
                                    

I'm back....

.

.

.


"Je-no.." gumam sebuah suara, yang sayangnya bukanlah Hina - Koeun, itulah pemilik suara yang sebelumnya mengalun itu.

Sedangkan Hina, gadis itu hanya bisa berdiri diam tak bersuara - dengan tatapan mata yang masih bersitatap dengan wajah datar milik Jeno.

Koeun tau Jeno pasti marah pada Hina, terlebih setelah obrolan mereka yang tak sengaja didengar oleh Jeno. Tapi tanggapan Jeno saat ini, tidakkah..

"Aku ulangi, kau akan pergi? Meninggalkanku?" ulang Jeno masih dengan tatapan tajam menusuk.

Merasa obrolan dua anak manusia ini akan masuk dalam kategori serius, Koeun pun berinisiatif untuk menggendong Baby Lami dan berniat untuk menjauhkan Hina dari Jeno. Koeun akan membawa Hina kemana saja, sampai Jeno kembali ke akal sehatnya dan berhenti membentak Hina seperti ini.

Koeun tau bagaimana rapuhnya perasaan Hina saat ini, dan berbicara dengan Jeno yang dalam kondisi marah - bukanlah pilihan yang tepat.

Baru Koeun bangkit dan berniat untuk meraih tangan Hina - tiba-tiba saja tangannya yang lain itu, ditarik paksa oleh tangan lain. "Aww..."

"Ikut aku sayang, biarkan mereka memecahkan masalah mereka berdua," kata sebuah suara yang sialnya sangat Koeun kenal. Suara ini adalah suara Mark.

"Kapan kau datang?" tanya Koeun setelah menolehkan kepalanya lurus.

"Sudahlah, ayo kita pergi," setelah mengatakan hal itu, Mark benar-benar menarik Koeun yang saat itu tengah menggendong Baby Lami untuk pergi keluar. Meninggalkan dua orang yang saling diam itu berdua. Ya, memang dua orang itu harus ditinggal berdua.

***

"Mark! Tak apakah kita tinggalkan mereka berdua?" tanya Koeun setelah mereka - Koeun, Mark serta Baby Lami duduk manis didalam mobil. Mark benar-benar berniat membawa Koeun pergi.

"Bagaimana jika mereka semakin bertengkar? Bukankah kita harusnya mendamaikan mereka? Setidaknya jangan tinggalkan mereka berdua seperti ini! Kau lihat sendirikan bagaimana marahnya Jeno? Bagaimana jika Jeno sampai memukul Hin-"

"Ssst!!" penjelasan panjang milik Koeun itu sayangnya harus terhenti saat Mark membungkam bibir sang kekasih dengan telapak tangan miliknya.

"Bisakah kau diam sayang? Kau tau, kau bisa membuat telingaku dan telinga Baby Lami sakit!" jawab Mark yang tentu saja ucapannya ini membuat Koeun kesal sendiri. Buktinya tak lama dari Mark mengucapkan itu, Koeun pun dengan tak berdosanya menggigit telapak tangan Mark keras, membuat Mark mengaduh sakit.

"Aww, sayang!!"

"Kau menyebalkan Mark! Kau tau kan, aku sangat khawatir pada Hina dan Jeno. tapi kau, Huhhh.."

"Kau pasti tak peduli pada mereka bukan? Menyebalkan! Setidaknya, jika kau tak peduli pada mereka, kau harus peduli pada Baby Lami! Bagaimanapun dia calon menantu kita!" entah Koeun sadar atau tidak akan ucapannya kali ini, tapi semua ucapannya itu berhasil membuat Mark menatap sang kekasih lekat.

"Calon menantu?"

Koeun mengangguk, "Emm, Aku berharap Baby Lami akan menjadi menantu kita. Karena itu, kau harus lebih peduli pada Baby Lami, iya kan sayang?"

Panggilan sayang yang Koeun tujukan kali ini bukanlah untuk Mark, melainkan untuk Baby Lami yang saat ini semakin betah duduk diatas pangkuan Koeun.

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang