#22 Sakit?

544 75 29
                                    

LeeHyunra ❤️ wonwoobee

Koeun hanya bisa memamerkan deretan gigi putihnya kearah Jeno yang saat ini masih sibuk membuat Hina berhenti menangis. Ya, berkat ucapan asal-asalannya itu – Hina tak mampu menahan rasa sesak dihatinya dan berakibat gadis ini sibuk menangis tersedu.

Jeno yang memang sejak awal tak tahu apa-apa, kini hanya bisa berlutut didepan kursi roda milik Hina dan menggenggam tangan kecil itu erat.

“Hina sayang, berhentilah menangis. Koeun tadi bercanda sayang, aku juga tak mungkin menikah dengan gadis kasar seperti dia,” jelas Jeno yang sayang tak kunjung membuat Hina diam. Bukannya diam, Hina malah semakin menenggelamkan wajahnya dibalik sang telapak tangan.

Jeno menoleh kearah Koeun yang kini tampak dipeluk erat oleh Mark. Sepasang mata mereka beberapa detik bertemu dan lagi-lagi Koeun memilih untuk tersenyum.

“Hina maaf, tadi aku gak serius kok. Maaf..” cicit Koeun yang berhasil membuat Hina membuka telapak tangan yang memenuhi wajahnya.

Mendapati wajah menggemaskan sang gadis yang sebelumnya berbicara pelan, tentu saja membuat Mark gemas sendiri. Dengan jahil pria Lee ini mendaratkan ciuman pelannya di pipi Koeun.

Cup-

“Kau tau, kau menggemaskan sayang..”

Hina, Jeno dan Koeun dengan kompak terdiam mendapati momen romantis itu. Terlebih Koeun, sosok yang kedua pipinya tiba-tiba disosor tanpa ijin.

“Sayang, lihatlah.. Koeun bersama Mark bukan? Dan tak mungkin dia bersamaku,”

Pandangan Hina yang sebelumnya terfokus kearah Mark dan Koeun, seketika teralihkan kearah Jeno. Pria yang entah kenapa selalu berhasil membuat hatinya gundah gulana seperti ini. Terkadang Hina merasa Jeno adalah miliknnya tapi terkadang juga Hina merasa bahwa Jeno terlalu nyata untuk menjadi miliknya.

Mungkin karena ketidakpastian inilah yang membuat mood dan perasaan Hina tak menentu seperti ini.

“Tapi hiks.., bukankah dulu kau menyukainya?” lanjut Hina yang masih belum yakin akan kesungguhan cinta Jeno.  Hina hanya tak mau terluka untuk kedua kalinya. Cukup mencintai Jaemin yang membuat Hina terluka dan tidak untuk Jeno.

Mendengar pertanyaan Hina yang seperti itu, Jeno pun dengan lembut menangkup kedua pipi berair milik Hina.

Jeno menatap sosok itu dalam, “Aku akui, dulu aku memang menyukai Koeun. Tapi itu dulu, sebelum aku bertemu denganmu. Dan sekarang, aku hanya mencintaimu. Kau percaya padaku kan?’

Air mata Hina yang sempat mengering, kini mulai tertampung kembali dibawah matanya. Air mata yang tentunya berbeda dengan air mata sebelumnya. Jika sebelumnya Hina menangis karena bersedih, tapi sekarang Hina menangis karena ia bahagia.

“Hey, jangan menangis..” jemari Jeno dengan lembut menghapus titik air mata milik Hina. Tak membiarkan air mata itu menetes kembali.

Jeno tak suka melihat gadis yang dicintainya menangis, tidak! Jeno tak pernah suka dan tak akan pernah suka.

Hina yang masih betah terisak pun kini mulai menatap lurus sang kekasih. “Kau mencintaiku?”

Jeno tersenyum lembut, “Tentu, dan bukan hanya dirimu aku juga mencintai Lami – anak kita. Jadi, kau percaya padaku kan?”

Tak perlu berpikir lama, Hina pun dengan manis menganggukkan kepalanya – tanda bahwa ia percaya pada Jeno.

“Aku juga mencintaimu,” bersamaan dengan pengakuan manis itu, Jeno pun dengan lembut memeluk Hina erat.

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang