#17 Back?

607 95 79
                                    

Leehyunra ♡ wonwoobee

"Dia bukan anakku…”

Kata-kata tak terduga yang keluar dari bibir Jaemin -  masih dengan nyata terngiang dalam benak Arin. Bohong jika Arin tak terkejut akan ucapan Jaemin itu.! Tidak! Arin sangat terkejut.

Bagaimana bisa pria brengsek itu..

Walaupun Arin tak ada niatan sedikitpun untuk meminta Jaemin bertanggungjawab, tapi tetap saja – ‘Jika ini bukan anak Jaemin? Lalu, malam itu aku tidur dengan siapa?’ pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban itu kini terus menerus membebani pikiran Arin. Membuat Arin pusing sendiri.

Seingat Arin, malam itu ia tidur dengan Jaemin, tapi..

Arin tak mengerti, kenapa bisa-bisanya Jaemin berkata seperti itu. Bukankah malam itu..

“Kenapa aku malah memikirkan pria itu? Bukankah  ini bagus jika Jaemin tak mengakuinya? Toh, anak ini memang anak Mark kan?” gumam Arin mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

“Ya, ini memang anak Mark. Mark Lee..”

"Hanya Mark.."

***

Terduduk didepan apartemen milik Jeno – itulah yang kini Koeun lakukan, Koeun tak tahu lagi ia harus pergi kemana, dan entah kenapa gerak kakinya tiba-tiba saja membawanya ke tempat ini – jadi disinilah Koeun sekarang, terduduk tanpa tujuan.

Terhitung dua puluh menit sudah Koeun duduk ditempat ini. Ponsel Jeno mati dan tak bisa Koeun hubungi – jadi inilah satu-satunya kegiatan yang bisa Koeun lakukan menunggu.

Menunggu sahabat itu muncul dan menenangkan pikiran Koeun yang terlanjur kacau ini.

Koeun kecewa, sangat. Disaat cintanya dan Mark tengah hangat-hangatnya – disaat Koeun mulai membayangkan masa depan yang indah bersama Mark. Tapi lihatlah, angan-angan itu kini harus pupus oleh satu kenyataan yang kini dengan nyata menampar Koeun.

Arin hamil dan Mark lah pelakunya.

Koeun tersenyum kecut setelah otaknya kembali mengingat hasil tes itu, hasil yang telah menyimpulkan dengan jelas bahwa Mark telah menghianati hubungan suci mereka.

Sosok yang selama ini Koeun pertahankan dan pilih, ternyata…

“Koeun?”

Acara melamun seorang Koeun seketika terhenti saat sebuah suara yang sejak tadi Koeun tunggu akhirnya muncul.

Jeno, itu adalah suara pria itu.

Koeun seketika memalingkan wajahnya kearah sang sumber suara lalu tersenyum.

“Jeno..” lirih Koeun tak mampu lagi menahan air mata yang sejak tadi ia tahan. Dari tempatnya kini Koeun bisa melihat Jeno tengah berjalan dengan langkah lebar demi mendekati dirinya.

“Koeun, kau ken-“ pertanyaan yang seyogyanya akan Jeno utarakan, seketika terhenti saat Koeun tiba-tiba memeluk tubuhnya erat. Mencurahkan segala sesak dan air mata yang sayangnya sejak tadi Koeun tahan.

Koeun butuh sandaran dan Jeno lah sandaran yang kini Koeun butuhkan. Sandaran yang memang selalu ada setiap Koeun terpuruk. Sosok yang akan selalu ada, setiap Koeun butuh.

Jeno, dialah pria itu.

Jeno yang memang tak pernah tega melihat Koeun menangis pun, seketika membalas pelukan itu dan tangannya dengan lembut mengusap punggung bergetar Koeun – berharap sentuhan lembutnya ini akan membuat gadis itu berhenti menangis.

Jeno tak suka Koeun menangis.

Koeun lebih cantik saat tersenyum.

Dan Jeno lebih suka melihat Koeun tersenyum.

Number One.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang