LeeHyunra ♡ wonwoobee
Sinar mentari pelan namun pasti mulai mengisi kegelapan yang sebelumnya tergambar dalam kamar bernuansa putih ini. Kamar yang semalaman Koeun dan Mark gunakan sebagai tempat mereka tidur.Ya, semalam mereka memang tidur bersama - hanya sebatas tidur, tak lebih. Bahkan disela tubuh mereka pun dibatasi oleh sebuah guling yang memang sengaja Koeun posisikan diantara mereka.
Guling yang membuat Mark harus menelan bulat-bulat keinginannya untuk mendekap hangat tubuh yang selama ini selalu ia rindukan. Mark sendiri tak mengerti kenapa Koeun harus repot-repot membuat batasan guling itu, toh tanpa dibatasi pun Mark tak mungkin melakukan yang tidak-tidak.
Mark masih tau batasan. Mark tau mana yang pantas dan juga tidak - jadi, bukankah tidur sambil berpelukan bukan masalah yang besar? Tapi, demi menghormati keputusan Koeun - maka Mark pun malam itu tak terlalu menganggap persolan ini sebagai masalah. Toh hanya malam ini Mark akan mengijinkan guling itu untuk mengganggu malam mereka.
Disisi lain, tampak Koeun yang tengah galau gulana dalam posisi bersandarnya kini. Gadis ini masih memikirkan keputusannya semalam yang membuat ia kembali terjebak bersama Mark.
Koeun tak tahu apakah keputusannya untuk kembali pada Mark ini benar atau tidak. Sungguh, Koeun sendiri masih tak yakin akan pilihannya ini. Satu sisi hati Koeun berkata ya, tapi sisi lain mengatakan bahwa ini semua keliru. Demi apapun Koeun tak mengerti.
Dari berbagai pilihan yang ada, entah mengapa Koeun malah memilih untuk kembali bersama Mark. Koeun juga tak mengerti, namun saat melihat tatapan mata Mark yang penuh akan kesungguhan malam itu - entah mengapa membuat dinding es yang selama ini Koeun susun runtuh seketika.
Dinding es yang selama ini ia bangun dalam hitungan tahun, anehnya bisa runtuh hanya dalam hitungan hari. Ajaib sangat ajaib - dan Koeun sendiri tahu, ini semua pasti karena cinta.
Ya, karena Koeun masih mencintai Mark - maka dengan mudah pula Koeun bisa memaafkan Mark.
Mata Koeun yang sebelumnya menatap kosong, kini tampak beralih pada satu kakinya yang tampak diperban - membawa pikiran Koeun kembali ke kejadian malam itu.
Malam dimana dengan lembut dan telaten Mark merawat luka Koeun untuk kedua kalinya.
Last Night..
"Awww.. sakit.. haruskah kau mengobatinya lagi? Kan tadi sud- awww..." Koeun tak bisa menahan ringisan kesakitannya - saat Mark kembali mencocolkan obat merah diatas lukanya.
Ini aneh, saat di kantor tadi - Koeun tak sedikit pun merasa sakit saat Mark mengobatinya, tapi sekarang kok sakit? Malah lebih sakit dari Jaemin yang mencocol lukanya.
Mark yang mendengar ringisan Koeun itu hanya bisa menampilkan ekspresi khawatirnya - seraya satu tangannya sibuk mengelus punggung tangan Koeun.
"Masih sakit? Maaf.." tatapan sayu kini didapat oleh Koeun - tatapan yang entah mengapa selalu membuat Koeun lupa untuk bernapas. Tatapan itu, tatapan yang selalu Koeun sukai sejak ia menjadi kekasih Mark di masa SMA silam.
Koeun lagi-lagi meringis, tapi ringisannya tak terlalu terdengar karena gadis ini sengaja menggigit bibirnya pelan.
Mark dibuat khawatir seketika. "Kita ke rumah sakit? Atau aku panggil-"
Koeun menggeleng sebelum Mark menuntaskan ucapannya. "Tak perlu, aku tak apa Mark.."
"Sayang.."
Lagi-lagi Koeun menggeleng.
"Aku baik-baik saja Mark," beda halnya dengan Mark yang telah memanggil Koeun dengan embel-embel sayang, tapi Koeun - gadis ini lebih memilih memanggil Mark dengan namanya. Ini bukan berarti Koeun tak serius dengan rujuknya mereka, tapi Koeun masih butuh waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number One.
Fanfic#793 in Fanfiction 170919 Masih ingat kisah Number Two.? dan inilah kelanjutan kisah mereka.. NCT' Mark ♥ Koeun ♥ NCT' Jeno ©July 2017