"Kamu itu adalah orang yang selalu kuingat jika aku berada di ambang keraguan"
- In Silence
📖
Cinta itu memang buta. Dan kalimat itu seakan-akan menjadi kalimat klise yang sering di dengarkan oleh orang-orang. Apalagi orang-orang yang telah menjadi bucin. Apapun bisa terjadi tanpa dapat dicegah. konyolnya lagi jika itu adalah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Dan semua itu tengah dialami oleh Selva saat ini. Jatuh cinta pada idola sekolah. Kapten futsal yang selalu bersinar dimanapun ia berada, terutama saat di lapangan. Arga akan berlari sembari mengoper bola dengan peluh yang mengucur deras ditambah lagi saat ada adegan Arga menyingkap rambutnya yang setengah basah itu ke belakang.
Dapat dipastikan jika para siswi yang berada di pinggir lapangan saat menonton pertandingan futsal dadakan itu akan jejeritan ala fangirl alay yang melihat idolanya meskipun hanya di layar hape, tv atau bahkan layar laptop.
Siapa juga yang berani menolak pesona seorang Arga Fuseno Dirgantara?
Ya ada sih beberapa. Cerita klise ini dimulai saat Selva jatuh cinta pada pandangan pertama.
Suara riuh penonton di lapangan bawah sana mengganggu Selva. Konsentrasinya terbagi menjadi dua. Fokusnya tidak lagi pada papan tulis yang telah penuh dengan rumus-rumus fisika dan penjelasan dari Bu Febri. Namun pada suara riuh di luar sana.
"Berisik!" Selin menggerutu kesal. Pasalnya tidak hanya mereka yang terganggu. Namun seluruh isi kelas juga terganggu dengan suara riuh itu.
"Kenapa diluar berisik sekali? Ada yang berkelahi?" Tanya Bu Febri yang hanya dibalas dengan gelengan oleh muridnya.
"Itu bu, ada yang main futsal. Penontonnya nyemangatin. Makanya jadi berisik." Celetuk Mario sang ketua kelas dengan wajah yang mencoba fokus pada rumus di papan tulis.
"Pantesan ... " gumam Bu Febri yang masih bisa didengar oleh beberapa murid disana.
"Catat yang ada di papan tulis. Dua minggu lagi kita ulangan harian. Minggu depan ibu tidak masuk. Kerjakan Asah kemampuan diri halaman 164 sampai 165. Dikumpul hari itu juga."
"Iyaa bu ... "
Guru selalu benar dan murid selalu salah. Jika guru salah maka kembali pada fakta jika guru selalu benar. Hukum alam memang begitu. Mau protes bagaimanapun tidak akan terima. Nilai merah seolah-olah menjadi ancaman. Selalu saja begitu.
Semua rumus di depan sana sudah Selva tulis semua. Jadilah ia menganggur dengan buku yang telah dijadikan hak paten oleh Selin. Daripada bosan, lebih baik Selva ikut menikmati pemandangan dibawah sana bukan?
Bagian mana yang tidak sempurna dari sosok lelaki yang sedari tadi diperhatikannya dari tempatnya duduk itu. Yang berhasil menarik perhatiannya bahkan saat awal jumpa. Hingga suara bel istirahat dapat mengambil alih kesadarannya, membuat Selva menghembuskan nafas kecil. Entah itu helaan nafas lelah atau apa, karena Selva sendiri juga tidak mengerti.
Gundul gundul pacul cul gelelengan . . .
Nyunggi nyunggi wakul kul gembelengan . . .
"Baik saya akhiri pelajaran pada hari ini, silahkan sholat dhuha dan jangan lupa tugas kalian minggu depan. Assalamualaikum." Selepas kepergian Bu Febri, suara ricuh dari kelas pun dimulai karena telah memasuki waktu istirahat. Decitan dari kursi dan meja pun tak terelakkan begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/82724718-288-k697900.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SILENCE
Teen FictionIni hanya sebuah cerita sederhana yang mengisahkan tentang seorang gadis yang diam-diam mencintai pujaan hatinya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Tuhan dan para sahabatnya. Sebuah kisah tanpa konflik berat yang menguras pikiran dan menyesakkan...