"Gila sih, kenapa aku dugun-dugun ya?" Lail sedaritadi mondar mandir di depan kelas membuat seisi kelas keheranan.
"Dugun-dugun apaan elah!" Tanya sang ketua kelas Mario yang tengah sibuk dengan gitarnya.
"Ahh ga asik, Mario. Masa dugun-dugun gatau!" Lail berkacak pinggang, menatap heran pada Mario.
Selva terkekeh melihat tingkah Lail. Dirinya pun ikut menimpali. "Dugun-dugun itu artinya deg-degan, Mar." Ujar Selva pada Mario yang kebetulan berada di depannya.
Mario mengernyitkan dahi tak mengerti. "Bahasa mana elah."
"ITU BAHASA KOREA WOY, MARIO!" seru seorang cewek dari barisan belakang. Si toa Riska dengan suara melengkingnya.
"Ck. Santai elah!" Mario berdecak tak mengerti. Padahal kelas ini bisa dikatakan unggulan, tapi tak satupun mereka yang berada di kelas ini waras. Apa mereka ini spesies langka atau bagaimana, yang jelas Mario tidak mengerti.
Selva hanya menggelengkan kepalanya sembari terkekeh melihat tingkah teman-temannya.
Jadi, dikelasnya terdapat para siswi yang duduk bergerombol dibarisan belakang, tengah menonton film Thailand yang berjudul Crazy Little Thing Called Love. Padahal Selva yakin jika mereka telah menonton film itu berulang-ulang. Termasuk Selin dan Lisa berada di dalamnya. Tapi tak ada satupun dari mereka yang bosan. Termasuk dirinya juga sih. Film itu juga menjadi salah satu favorit Selva.
Tentang bagaimana si perempuan- Nam yang jatuh hati pada P'Shone. Melakukan segala cara agar Shone jatuh hati padanya. Padahal tanpa melakukan itu, Shone sudah jatuh hati sedari lama pada Nam.
Siapa juga yang tidak suka jika pemerannya adalah si tampan Mario Maurer dan Baifernbah? Mereka berdua menjadi shipper crush di kelas ini. International shipper di kelas Selva.
Sebagian siswa laki-laki juga tengah membentuk suatu kelompok, bermain game. Entah game apa yang pasti itu tak penting bagi Selva.
Sebagiannya lagi ada yang tidur, membaca novel, bermain alat musik seperti Mario dan satu orang yang entah kenapa masih setia berdiri di depan kelas sembari bermondar-mandir ria. Oke itu Lail yang sedang gusar tentang suatu hal dan tidak ada yang tau apa itu. Mungkin saja nilai ujian.
"Coba kamu duduk gih. Pusing tau Lail liat kamu mondar-mandir begitu." Pinta Selva lembut. Lail mengigit jarinya sebelum mengganguk mengiyakan.
"Kamu kenapa? Keliatan gusar gitu. Nilai ujian kamu pasti bagus kok, Lail." Tanya Selva setelah Lail duduk disebelahnya.
Lail menghembuskan nafas berat, menempelkan pipinya pada meja. Menghadap ke arah Selva.
"Aku bukan khawatirin nilai aku, Sel. Bukan."
"Terus apa?" Selva mengerutkan dahinya dan memperhatikan gerak-gerik Lail.
Lail mengerucutkan bibirnya, membuat tampang cemberut di wajah cantiknya.
"Aku yakin kamu bakal nggak suka dengernya. Percaya deh!"
"Gimana aku bisa percaya kalo kamu aja nggak bilang sama aku."
Lail menghembuskan nafas berat. "Tapi janji jangan shock atau teriak dan segala macam tindakan yang dapat menarik perhatian kelas ya, Sel." Selva keheranan tentu saja, tapi dirinya tetap mengangguk mengiyakan.
Lail mendekatkan wajahnya pada Selva, tepatnya pada telinga Selva. Bermaksud untuk membisikkan sesuatu.
"Tadi malam Sel. Bara nembak aku" Sudah. Dan Lail menjauhkan wajahnya dari telinga Selva berniat melihat respon yang akan Selva berikan mendengar kalimatnya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SILENCE
Teen FictionIni hanya sebuah cerita sederhana yang mengisahkan tentang seorang gadis yang diam-diam mencintai pujaan hatinya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Tuhan dan para sahabatnya. Sebuah kisah tanpa konflik berat yang menguras pikiran dan menyesakkan...