17 × Time Lapse

1.3K 240 37
                                    

"Jika aku menutup mataku sejenak, aku bisa melihatmu. Meskipun semuanya telah berubah, kau masih di tempat yang sama."

Time Lapse - Taeyeon

📖

"Gimana sama Arga?" Selva yang tadinya diam dibuat membelalakkan mata.

"Maksud kamu?"

"Kurang jelas? Kamu mau tetep ngirim paket ke Arga?"

Oke, sekarang Selva tau kemana arah pembicaraan mereka saat ini.

"Nggak. Niatnya udah hilang, tapi aku-nya sendiri belum capek Ran," Rana menghembuskan nafasnya lelah, menatap Selva lama.

"Jadi? Kamu nunggu capek dulu baru kamu mau berhenti? Iya gitu?" Selva menggeleng, "nggak! Aku mungkin bakal ngirim beberapa aja kalo tanganku udah gatel. Sesuai niat aku aja, susah berhenti dari kebiasaan lama kayak gini Ran. Susah!"

"Terserah kamu deh! jangan terlalu dikejar ya Sel!"
Selva hanya mengangguk mengiyakan sembari tersenyum manis. Ia jelas tau apa yang saat ini dikhawatirkan oleh sahabat tersayangnya itu.

"Arga tau nggak kalo yang ngirim itu kamu?"

"Ya enggaklah!"

"Alhamdulillah."

"Tapi yaa ngeri juga kalo aku lagi ngasih paket ini ke rumahnya Arga," Manik jernih Selva menatap Rana dengan pandangan yang menelisik.

"Nggak usah ketawa gitu kamu! Nggak ada yang lucu! Dikira aku maling apa?!"

Rana yang tadinya masih fokus untuk membersihkan noda make up milik Selva kini malah jatuh disisi ranjang sembari tertawa terpingkal-pingkal. Padahal Selva pikir ia tidak sedang melawak, jangankan melawak, bahkan kalimat yang barusan keluar dari bibir ranumnya itu tidak ada yang lucu sama sekali.

Dasar humor sampah.

"Apasih kamu Ran?! Nggak usah ketawa gitu! Nggak ada yang lucu juga!"

Rana bangkit dengan kondisi tangan yang memegangi perutnya, mungkin sekarang ini ginjalnya terasa sakit.

"Ahahahaha ... Maaf maaf, lagian udah tau gitu harusnya kan kamu kasih aja langsung ke orangnya, Gampangkan?"

"Ngomongnya itu loh, mulush betul kek jalan tol ya."

Dimana-mana teori memang kadang lebih mudah daripada praktek. Bukan masalah Selva yang rutin memberi paket pada sang pujaan hati tiap minggunya, bukan. Awalnya hanya main-main, Selva pikir sekali tiga kali tidak ada masalah. Namun dari sekali tiga kali itu juga yang membuatnya terbiasa.

Terbiasa untuk selalu mengirim, terbiasa untuk terus memotret, terbiasa untuk terus menulis kalimat puitis, terbiasa untuk terus berkata. Berkata jika selama ini ia menunggu. Menunggu sang penerima yang akan datang padanya. Pada sang pengirim tak sampainya. Ahh ia terlalu berharap rupanya. Padahal Selva selalu menekankan pada dirinya sendiri agar tidak terlalu berharap dan menghilangkan kebiasaannya untuk mengirim paket ke rumah Arga. Namun niat hanyalah tinggal nawaitu. Nyatanya, keinginan untuk diakui lebih besar.

"Lah kamu sendiri sih, kamu udah lulus ini. Kamu juga mau lanjut diluarkan? Jarak kamu sama dia tambah jauh lagi!"

"Ya nggak pa-pa, kalo emang jodoh juga pasti bakal ketemu lagi."

IN SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang