“You can be the moon and still be jealous of the stars.”
— Gary Allan
📖
Aquila adalah rasi bintang kesukaanku diantara rasi bintang lainnya. Aquila tampak seperti seekor elang yang gagah nan perkasa. Seperti dirimu:)
Me.
Arga terkekeh saat membacanya. Bagaimana bisa dirinya digombali hanya dengan secarik kertas dan foto. Kepalanya menunduk sebelum kembali mendongak keatas menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit malam yang gemerlap.
Matanya terpejam memohon agar dirinya dapat bertemu dengan si pengirim box favoritnya. Berharap agar ia dipertemukan lain waktu. Tak peduli bagaimana rupa dari si pengirim. Yang jelas siapapun itu, ia telah membuat hari-hari Arga semakin berwarna.
Drrt.. drrt.. drrt..
Ponsel Arga bergetar tanda ada panggilan masuk.
"Halo Ga, Assalamualaikum!"
Arga sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. Mengernyit tifak suka.
"Waalaikumussalam, apaan?"
"Turnamen futsal besok pinjemin gua deker ya, deker gue dibakar noh sama adek gue."
"Kok iso?"
"Isolah, ntar aja gue ceritain. Pokoknya bawain aja tuh deker oke? Okedah! Wassalam."
Tuutt tuut
Dony sialan.
Arga menghembuskan nafas pelan. Beranjak dari duduknya untuk mengambil deker yang tersusun rapi di laci lemari bawah miliknya. Seusai memasukkan deker ke dalam tas miliknya, pandangannya beralih pada sebuah lampu.
Lampu dengan motif bintang kecil. Ketika lampu itu dinyalakan maka seluruh isi kamar Arga akan berubah warna menjadi biru langit yang gelap dengan cahaya bintang sebagai pemanisnya. Lampu itu didapatkan sehari setelah ulang tahunnya. Dan coba tebak siapa yang memberikan Arga lampu bintang tersebut.
Arga menekan tombol on pada lampu bintang itu. Dan ya bintang-bintang menghiasi kamarnya dengan indah. Kedua sudut bibirnya terangkat kembali. Menampilkan senyum manis yang menghiasi wajah tampannya.
Jarinya ikut terulur untuk menggapai sebuah foto. Kedua manik gelapnya kembali menerawang langit malam melalui celah jendela yang sedang terbuka. Teringat percakapan antara Selva dan Azka sore tadi.
Macaron.
"Bisa ajakan ya Selva beli macaronnya."
"Tapi ... "
Arga mengacak rambutnya kasar. Tidak dapat dipungkiri jika hati kecilnya ikut berharap. Berharap pada sebuah semu yang mungkin kelak akan menjadi nyata. "Ah, bodolah!"
📖
"Jadi?" Alis Selva tertaut tanda tak mengerti dengan apa yang barusan ditanyakan Lisa. Saat ini keduanya tengah beristirahat dari bimbingan terakhirnya. Disebuah kursi kayu panjang.
![](https://img.wattpad.com/cover/82724718-288-k697900.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SILENCE
Teen FictionIni hanya sebuah cerita sederhana yang mengisahkan tentang seorang gadis yang diam-diam mencintai pujaan hatinya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Tuhan dan para sahabatnya. Sebuah kisah tanpa konflik berat yang menguras pikiran dan menyesakkan...