"Tidak ada yang lebih sulit daripada saling memahami. Setelah mendapatkan semua petunjuk yang ku beri, bisakah kamu paham dengan salah satunya?"
- In Silence
📖
Semua orang tentu tau jika menunggu itu tidak enak. Sama dengan tidak enaknya ketika kamu ingin bersin tapi tidak jadi. Atau ketika kalian ingin buang air besar tapi susah untuk keluar. Atau mungkin lebih buruk dari itu. Ketika kalian mengulurkan tangan bermaksud untuk menyambut namun uluran tanganmu tidak disambut, tapi kamu masih mempertahankan tanganmu untuk tetap mengantung di udara.
Lalu, setelah beberapa tahun Arga menunggu, paket itu datang kembali di depan rumahnya. Tepat ketika ia kembali ke Indonesia. Arga memang melanjutkan Study-nya di Indonesia bersama dengan keempat temannya. Tapi pekerjaannya malah terlimpahkan di negeri gingseng dan negeri kincir angin karena beberapa masalah. Setelah acara wisudanya, Arga langsung terbang menuju Korea. Setelah beberapa bulan berlalu, tanpa perlu repot-repot singgah di negeri sendiri, Arga langsung pergi ke Belanda saat urusan di Korea telah selesai.
Berada selama 7 bulan di Korea dan 8 bulan di Belanda tidak membuatnya lupa tanah air.
Arga sengaja untuk tidak pulang ke Indonesia karna ingin langsung menyelesaikan urusannya di luar negeri. Sebelum akhirnya mengambil alih secara penuh perusahaan di Indonesia.
Bagi Arga, tempatnya untuk pulang adalah negeri sendiri. Meskipun di negeri orang juga sangat menyenangkan.
Hingga berakhirlah Arga disini. Di ruang tamu rumahnya yang kini dipenuhi oleh sanak saudara yang katanya amat merindukan Arga.
"Ga, Ibu udah taruh paket kamu di dalam lemari kosong kamu." Ujar Ibu Dinda saat membawa masuk teko yang Arga yakini berisi minuman dingin. Terlihat dari buliran air yang jatuh dari luar teko sebut saja jika itu embun yang menempel pada teko.
"Paket Bu?"
Ibu Dinda hanya menganggukkan kepala. Mengeluarkan beberapa toples makanan ringan dan kue kering dari laci meja.
"Iya paket yang dulu itu loh. Semua udah ibu taruh di lemari kosong warna hitam di kamar kamu."
"Paket itu datang lagi?" Arga menegakkan tubuhnya. Memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar saat ini.
"Iya Arga sayang. Nggak Ibu buka kok, biar kamu sendiri aja yang buka."
"Ibu nggak lagi bohong?"
Ibu Dinda memutar matanya malas. "Buat apa Ibu bohong sama kamu? Emang kalau Ibu bohong sama kamu bisa buat Ibu cepet dapat mantu? Dapat cucu gitu? Nggak kan?"
Arga terkekeh pelan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yaudah Bu, Arga mau keatas dulu."
Arga setengah berlari untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Tidak sabar untuk segera membuka paketan yang kata Ibunya telah disimpan di dalam lemari hitam kesayangannya. Lemari itu memang kesayangan Arga, karena Arga sendiri yang membuatnya pada usianya yang baru menginjak umur 13 tahun. Saking sayangnya dengan lemari itu, Arga tidak pernah memasukkan atau menyimpan benda-benda di dalamnya. Ia membiarkan lemarinya tetap kosong untuk alasan tertentu.
"Lukisan?" Gumam Arga saat menemukan sebuah lukisan di dalam lemarinya. Ada dua box dan sebuah lukisan di lemari itu. Arga mengeluarkan segala isinya dan meletakkannta diatas meja belajarnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SILENCE
أدب المراهقينIni hanya sebuah cerita sederhana yang mengisahkan tentang seorang gadis yang diam-diam mencintai pujaan hatinya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Tuhan dan para sahabatnya. Sebuah kisah tanpa konflik berat yang menguras pikiran dan menyesakkan...