"Sejauh apapun langkahku, kamu adalah tempatku untuk kembali."
-In Silence
📖
Gadis dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi itu berjalan cepat dengan salah satu tangan yang menggenggam erat sebuah buku tebal. Satu tangannya lagi ia gunakan untuk merapihkan anakan rambutnya yang berulang kali beterbangan karena terpaan angin.
Masih sama seperti dulu, Selva Dwija Bagaskara. Masih dengan tubuh mungil, kulit putih dan surai hitam panjang sepinggang dan masih dengan perasaan yang sama untuk orang yang sama. Tidak ada yang berubah.
Selva pikir masa pertumbuhannya terhenti saat masih duduk di tahun kedua Sekola Menengah Atas. Karena tubuhnya tidak bertambah tinggi. Tapi tidak apa, yang penting Selva masih terlihat menggemaskan. Begitu kata Abangnya.
"Selva!"
Selva menolehkan kepalanya kebelakang, mencoba mencari sumber suara yang meneriakkan namanya dengan melengking.
"Iya?"
"Kelasnya dibatalin nanti siang, kita bisa pulang habis ini."
"Kenapa?"
"Dosennya halangan hadir katanya."
Selva tersenyum manis, "makasih ya, Naura. Kamu habis ini mau kemana?"
Naura mengangguk mengiyakan sembari mengapit lengan Selva untuk mengikutinya.
"Ke kantin aja yuk, gue males di rumah. Banyak cucian! Entar gue lagi yang disuruh nyuci!" Ujarnya ketus. Selva terkekeh pelan.
"Udah tugasnya kali, Ra."
Mendengar itu Naura hanya mendengus kasar. "Tugas apa? Percuma, Sel punya pembantu kalo yang kerja tetep aja gue!"
Selva masih setia tersenyum dan sesekali menanggapi gerutuan dari Naura. Teman barunya saat memasuki bangku perkuliahan.
Berawal dari Selva yang menawarkan kemeja ganti untuk Naura karena mendapatkan hukuman berupa guyuran dari Kating. Naura pikir Selva adalah orang yang sangat baik karena telah meminjamkannya kemeja saat itu. Berada di jurusan yang sama membuat mereka bertambah dekat hingga kini Naura juga telah mengenal Lail, Lisa dan Selin.
"Kantin kita tuh emang the best, Sel! Paling strategis!"
Tolong ingatkan Selva jika Naura telah membahas hal ini sebanyak empat belas kali.
"Udah pernah kamu bilang dulu, Ra." Ujar Selva sembari meneguk air mineralnya. Mendengar itu, Naura hanya meringgis pelan.
"Oh iyaya.. hehehe... "
"Tapi beneran Sel! Selain disini sejuk, makanannya enak-enak terus banyak cowok ganteng lagi! Coba aja ada yang mau sama gue!"
Selva mendengus pelan saat mendengar penuturan Naura. "Kemaren yang habis nolak tiga cowok sekaligus dalam sehari itu siapa? Aku? Atau hantu?"
"Duh... gue nggak suka sama mereka! Lemah tau, Sel!"
Benar. Naura adalah gadis tomboy yang menyamar dengan penampilan femininnya. Pemilik wajah imut dengan senyum manis dan rambut hitam panjang membuat siapapun tidak akan mengira jika sebenarnya ia adalah gadis tomboy. Termasuk Selva sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SILENCE
Teen FictionIni hanya sebuah cerita sederhana yang mengisahkan tentang seorang gadis yang diam-diam mencintai pujaan hatinya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Tuhan dan para sahabatnya. Sebuah kisah tanpa konflik berat yang menguras pikiran dan menyesakkan...