Epilog

2.2K 260 40
                                    

"Dulu aku pernah percaya pada sebuah harapan semu,

harapan yang membuatku terlihat bodoh,

karena tetap percaya pada sebuah semu semata yang perlahan menjadi nyata."

- In Silence -

📖

Happy ending?

Sebuah cerita happy ending biasanya akan berakhir bahagia dengan tokoh utama pria dan tokoh utama wanita menikah.

Dulu sekali saat Arga masih kecil, kira-kira berusia delapan tahun. Tepat di ulang tahunnya yang kedelapan, sang Ibu memberinya kado berupa dua kalung berliontin peluru berwarna perak.

Arga kecil tentu saja kebigungan. Maksudnya, mengapa anak laki-laki menggunakan kalung? Bukankah hanya anak perempuan saja yang menggunakan kalung?

Selain itu, mengapa sang Ibu memberinya kalung dengan bandul peluru? Keren sih, tapi ...

Untuk apa?

"Ibu?" Panggil Arga kecil pada Ibunya yang tengah memotong kue.

"Kenapa Ibu kasih Arga kalung?"

Sang Ibu mengulas senyum. Arga masih ingat jika guratan-guratan penuaan belum tampak di wajah cantik Ibunya kala itu.

"Arga nggak suka ya sama kalungnya?" Sang Ibu balik bertanya.

Sementara itu, Arga kecil terdiam. Mengamati kalung peluru yang masih berada dalam kotak. Ia bukan tidak suka, hanya saja pertanyaan-pertanyaan itu mulai memenuhi isi kepala Arga. Namanya juga anak kecil, pastilah banyak bertanya. Untungnya sang Ibu masih bersabar untuk menjawab.

"Arga nggak suka ya sama kalungnya?" Tanya sang Ibu sekali lagi.

"Suka. Tapi kenapa Ibu kasih Arga kalung? Bukannya anak cowok nggak boleh pake kalung?"

Alis sang Ibu tertaut, "katanya siapa?"

"Kata Yunda,"

"Kapan?"

"Pas Arga mau rebut kalung Yunda yang bandulnya kunci, Bu."

Sedetik kemudian sang Ibu mengulas senyum, "iyalah Yunda Nada bilangnya gitu. Itukan kalungnya buat cewek."

"Emang ini kalungnya buat cowok?"

"Itu kalungnya Ibu buat khusus, cuma buat Arga."

"Coba lihat kalungnya, ada ukiran nama Arga disini." Arga mengambil salah satu kalung yang masih tersimpan rapi dalam sebuah kotak berwarna hitam. Benar kata Ibunya, jika terukir namanya di bandul peluru berwarn perak tersebut. Namun sedetik kemudian, Arga menyadari sesuatu.

"Kok satunya nggak ada ukiran nama Arga, Bu?"

Masih dengan senyum manis sang Ibu menjawab, "nanti kalo Arga udah besar, kalung yang satunya kasih ke perempuan yang Arga sayang."

Mata Arga kecil berkedip beberapa kali, dengan wajah polosnya ia berucap, "tapi kan perempuan yang Arga sayang Ibu, Yunda sama Adek. Kalungnya nanti gimana? Dibagi jadi tiga gitu ya, Bu?"

Tawa renyah sang Ibu mengalun pelan, "bukan begitu sayang ... "

"Terus gimana?"

"Nanti Arga kalo udah besar pasti menikahkan?" Arga kecil menganggukkan kepalanya cepat.

IN SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang