"Perlu kamu tau, saat berada didekatmu
membuatku tak mampu untuk berpikir jernih"-In Silence
📖
Dulu Selva pernah berpikir jika memandangi Arga dari kejauhan seperti ini sudah cukup. Hal sepele seperti ini tentu sangat membuatnya senang. Walau jauh, Selva masih bisa tersenyum saat sang pujaan hatinya tersenyum. Ia juga akan ikut tertawa saat melihat Arga tertawa meskipun bukan dirinya yang menjadi sebab Arga tertawa dan tersenyum.
Selva tau batasan. Dirinya bukan seorang perempuan yang haus cinta hingga mengejar-ngejar lelaki yang disukainya untuk dimintai cintanya. Bukan. Selva bukan pengemis cinta seperti lagu yang sering dinyanyikan oleh abangnya ketika sedang konser di kamar mandi. Ia hanya ingin mengangumi Arga dengan cara yang paling sederhana. Sesederhana segitiga sama sisi yang jika dibalik ke arah manapun akan tetap sama. Cukup sesederhana itu.
Selva tidak ingin mengumbar. Ia hanya ingin mengubur. Bersikap seolah-olah ia hanya sebatas mengagumi Arga di depan para sahabatnya meski para sahabatnya sendiri tau jika perasaan Selva untuk Arga lebih dari sekedar perasaan mengagumi.
Lagipula siapa juga yang akan terbohongi saat melihat binar menyilaukan dari manik coklat Selva saat dirinya tidak sengaja menangkap sosok Arga dimanapun ia berada. Jelas para sahabatnya tidak sebodoh itu.
Pagi ini Selva tengah berlari dengan tergesa-gesa tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. Padahal tangannya tengah penuh membawa beberapa buku dan paperbag. Ia terus berlari mengejar temannya sambil meneriaki temannya itu.
"Lisa!Lisa!Lisaa!"
Panggilannya tak di dengar oleh Lisa. Selva berhenti sejenak, menajamkan penglihatannya. Oke pantas saja Lisa tak mendengar panggilannya. Ternyata Lisa menyumpal telinganya menggunakan earphone.
Ck
Selva mempercepat langkahnya, mencoba untuk tak berlari karna beban yang dibawanya saat ini.
Bugh!
Selva merasa ada bintang-bintang di sekeliling kepalanya, saat ia berhasil mencolek bahu Lisa. Pandangannya mengabur dan matanya kemudian terpejam.
"Lahh Sel, kok pingsan?"
Lisa dengan bodohnya bertanya pada orang yang sedang pingsan. Haduh Lis, jadi orang kok goblok pisan atuh.
"Orang pingsan kok ditanyain sih, neng? Mending dibawa aja ke UKS."
Seorang lelaki tiba-tiba datang dengan seragam olahraganya dan bertanya dengan wajah gelinya. Ikut berjongkok di depan Lisa. Terlihat seperti tengah mengulum senyum. Ahhh memang sedang mengulum senyum rupanya.
"Iyahh...yaa..yaa bantuin lah, ka.. kan tadi temen lo yang ngelempar bolanya!" protes Lisa dengan gugup. Jantungnya bahkan berdebar tak karuan saat ini.
Mayday! Mayday! Aduhh Tuhan... mayday!
"Yaudah sini gue gendong ke UKS."
Arga menggendong Selva ke UKS ala bridal style diikuti dengan jeritan tertahan dari para siswi yang melihat kejadian pada pagi hari tersebut.
Iya dia Arga. Orang yang tidak sengaja mendaratkan bola basket ke kepala cantik milik Selva. Dan lelaki yang sedari tadi mengulum senyum geli itu Dony, sang kasih tak sampai Lisa.
Lisa bahkan terkejut dengan apa yang barusan dilakukan oleh Arga. Wajah cantiknya menampilkan ekspreksi cengo-cengo longor. Terdiam beberapa detik. Hingga tepukan lembut di bahunya membuat Lisa sadar dengan kondisi sahabatnya di gendongan Arga. Dony terkekeh geli sejenak. Menunjuk arah perginya Arga dengan dagunya agar Lisa segera mengekori Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SILENCE
Teen FictionIni hanya sebuah cerita sederhana yang mengisahkan tentang seorang gadis yang diam-diam mencintai pujaan hatinya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Tuhan dan para sahabatnya. Sebuah kisah tanpa konflik berat yang menguras pikiran dan menyesakkan...