10 × Masa Sulit

1.7K 255 24
                                        

"Percuma menyelipkan beribu kata rindu pada tetes air hujan jika akhirnya rindu itu ikut melarut dengannya."

× In Silence ×

📖

"Ahh gila sih ini ya! Asupan kita buat UN nanti jadi banyak gini. Ahhh!" Lisa mengacak-acak rambutnya sendiri. Gemas dengan apa yang dipelajarinya saat ini.

Lail terkekeh melihatnya. "Padahalkan kita ujiannya juga masih lama, tapi sekolah kek mempersiapkan banget ya. Ini sekolah maneh so sweet pisan euy!"

Brak.

Bunyi buku yang dibanting di meja itu membuat Lail dan Lisa mengerjapkan matanya cepat. Menoleh kearah si pelaku yang ternyata adalah Selin dan di ikuti oleh Selva yang juga tengah membawa beberapa buku di belakang Selin.

"Ngeluh aja terus kamu, Lis! Masih untung sekolah perhatian sama muridnya. Daripada si ono tuh bimbelnya paling cuma setengah bulan sebelum Ujian aja."

"Hah? Siapa?"

"Ada tuh tetangga aku, kemaren pas ketemu di minimarket curhat gitu. Katanya sekolah bukannya nyuruh belajar tapi nyuruh ngelunasin uang ujian."

"Hahahaha, ngakak hamba!" Lail terbahak sembari memegang kedua sisi perutnya. Memang dasarnya Lail itu receh. Diajak ngedollar pun juga tidak akan sanggup.

Selin mendengus. "Apasih, Lail! Receh betul!"

"Terserah aing lah!"

Selva hanya terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.

"Duduk gih." Ujar Selva pada Selin untuk segera duduk dikursinya karena sedari tadi mereka hanya berdiri seperti orang bodoh. Padahal di depan mereka terdapat kursi tak berpenghuni.

"Aku mau pelajarin materi yang nggak aku ngerti aja kali ya." Kalimat Lail memang tidak salah, namun ia berhasil mendapati tiga pasang mata menatapnya horor.

"Goblok!" Seru ketiganya pada Lail.

Lail mendengus serata memutar kedua bola matanya."Idih, ngerasa banget kalo situ pinter. Mana ngomongnya kasar lagi! Cewek itu kalau lagi ngomong harusnya lembut biar keliatannya kalem-kalem anggun manjalita gimana gitu."

Setelah perdebatan kecil yang sangat amat tak penting itu, mereka melanjutkan acara belajar mereka dengan khidmat di meja kantin. Meskipun perdebatan kecil juga tidak dapat terelakkan oleh keempatnya.

📖

Selva melangkahkan kakinya malas, menyeret tasnya pada lantai lorong kelas yang tengah sepi sekarang ini. Hanya segelintir orang yang berada di sekolah. Karna itu ia berani menyeret tasnya. Entah itu orang rajin atau orang malas.

Masa bodoh dengan itu. Biar saja orang mengira dirinya malas atau apa. Bodo amat. Persetan dengan kata orang. Toh mereka juga tidak akan memperdulikannya. Selva sangat lelah saat ini, ia hanya ingin merebahkan tubuhnya ke kasurnya yang empuk di rumah.

Tess..tess..tess

Selva yang tadinya berjalan pongah kini dengan paksa harus berlari kencang menuju gerbang sekolahnya, ia harus cepat mencapai halte bus di depan.

IN SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang