"Apa kamu sudah siap?" tanya Mark pada Nana yang wajahnya terlihat sedih dari tadi."Hm, semua sudah aku kemas. Aku harap persediaannya cukup," jawab Nana sambil mengangkut seluruh barang-barangnya.
Nana memandangi isi rumahnya sejenak. Sesekali dia mengelus barang di dalam rumahnya.
"Rasa perpisahan ini sangat berat," matanya pun berkaca-kaca dan tidak sanggup menahan rasa sedih di benaknya.
Nana memandang kursi di mana neneknya dulu sering duduk sambil memotong daging.
Kini dia akan jarang bahkan tidak akan pernah lagi melihat rumah ini lagi. Tadi dia juga sudah mengubur abu neneknya di halaman belakang. Nana berusaha ikhlas dengan semua hal yang terjadi."Woof woofff," gonggong anjing Nana membuat lamunan kesedihannya buyar.
"Okay, kita akan meninggalkan kenangan ini," Nana pun menggendong anjingnya yang berbulu putih lebat itu.
"Kami akan menunggumu di mobil saat kamu sudah siap," Mark menepuk pundak Nana dan meninggalkannya sendiri di dalam.
"Ok, ini ngga bakalan lama kok," Nana pun menyiapkan dan meneguhkan dirinya sendiri.
Semua barang sudah kosong, mulai dari gudang di bawah, rak buku, rak piring, dan beberapa perabotan rumah penting lainnya.
Di depannya tampak sebuah meja dan kursi yang biasa diduduki oleh neneknya, yang sudah almarhum. Rasanya ia tidak ingin ini terjadi namun apa boleh buat, dirinya tidak mengetahui bahwa hal ini akan terjadi.
"Aku harus mencari tau siapa orang yang ada di mimpiku, dia pasti mengetahui semua yang terjadi," Nana pun mulai menegarkan dirinya dan merasa yakin.
***
"Nana kok lama ya?" tanya Vellany sambil mengamati bagian depan rumah Nana dari balik jendela bis.
"Hm, dia harus ngucapin selamat tinggal pada rumahnya," balas Mark sambil menggendong anak-anak anjing di tangannya.
"Pisah gitu aja lama banget sih, tinggal say goodbye apa susahnya sih," ucap Anne sambil melihat-lihat kukunya tanpa merasakan apapun.
Mark pun meletakkan anak anjing yang dia bawa dengan lembut, lalu mengepalkan tangannya dengan wajah geram. Mark ingin sekali memukul wajah Anne.
"Sstt, Mark cukup," Vellany berbisik pelan pada Mark sambil menepuk pundak Mark dengan lembut. Mark yang masih emosi masih berusaha melepas genggaman Vellany.
"Mark tenang," Vellany memeluk pinggang Mark dari samping hingga nafas Mark kembali normal.
"Sudah?" Vellany menatap mata Mark dengan resah.
"Hm, terima kasih," Mark pun duduk kembali ke bangkunya dengan perasaan yang tenang.
"Hai, maaf lama," Nana akhirnya masuk ke dalam bus yang ditumpangi beberapa orang.
"Kurang lama, Na," sindir halus si Anne.
"Ngga lama kok, kita dari tadi sih biasa aja, cuma tuh bangku depan NYOLOT," Mark pun meninggikan suaranya dengan maksud menyindir balik mereka.
Anne memasang raut muka kesal bersama teman-temannya.
***
"Ok, jadi sekarang kita mau ke mana?" tanya Vellany memastikan tujuan rombongan mereka hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M CHOSEN
FantasyNana Wu, si gadis yang dibesarkan tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Dia selalu dikucilkan di kelasnya semenjak dirinya berpisah kelas dengan sahabatnya, namun dia masih memiliki neneknya serta dua orang sahabatnya, Mark dan Karina. Tetapi suatu f...