Chapter 33: Kisah 1

161 16 0
                                    

Luna berjalan menuju ke sebuah kebun yang rimbun karena dirinya sangat lapar. Badannya yang kurus tidak sanggup menahan lapar.

Setelah berada di dalam kebun, dia melihat begitu banyak pohon yang berbuah. Kemudian ia memetik semua yang dilihatnya sebanyak satu buah dari pohon yang berbeda.

Gadis muda yang mengenakan baju lusuh itu pun dengan senang membawa buah itu dalam keranjang anyaman daun yang ia buat.

Mungkin buah yang dia bawa lebih berat dari berat seorang anak lima belas tahun.

Dia membawa buah itu dengan gembira. 

"Ini bisa untuk persediaan tiga hari hihihiii," kekehnya dengan gembira.

Luna berjalan melewati jalan setapak, dia melihat ada seorang ibu yang berjalan bersama seorang anak, ibu itu menyuapinya dengan roti gandum yang hangat, "hmmm enak bu," Ujar anak tersebut.

Luna dengan iri menatap anak tersebut. Ibu dari anak itu pun menatap Luna juga.

Ibu itu mengarahkan tangannya dan terbanglah dua potong roti gandum hangat itu dengan sekantung air dan pakaian putih yang terlipat rapi kepada Luna, lantas ia menangkapnya dengan mata terbelalak.

"Makanlah. Semoga hidupmu bahagia," ibu itu tersenyum lalu pergi bersama dengan anaknya.

Luna pun senang dan berlari kegirangan. Berkat apa yang dia dapatkan hari ini. Dia sungguh senang sekali.

Ketika dia berlari, seseorang melemparnya dengan angin hingga ia terjatuh, membuat keranjang berisi buahnya tercecer begitu saja di tanah.

"Akhhh," rintihnya menahan sakit.

"Hey budak! Terima kasih makanannya," sekumpulan wanita dan pria berandal di situ dengan kekuatan anginnya mengambil hampir semua buah yang dipetik oleh Luna.

"Menyingkir atau aku laporkan," teriak seorang cowok remaja di depan gerombolan itu.

"Emang kamu siapa?!" bentak wanita itu sambil mengangkat batu dengan kekuatannya dan melemparnya pada cowok itu. Tetapi dengan mudah ia menghancurkan batu itu dengan genggaman tangannya yang tidak setitik pun menyentuh batu.
Terlihat cincin dengan batu ruby berkilau di jari tengahnya, dan itu menandakan...

"Weh ayo pergi.... gila ya mau bunuh dia," mereka pun cebirit pergi karena ketakutan.

"Maaf maaf."

Luna yang melihatnya hanya bisa bangkit dan menahan rasa perih luka dan pedih hatinya.

"Ayo ikut aku, kuganti semuanya," cowok itu dengan ramah menghampiri Luna yang wajahnya tertutupi oleh rambut berantakan berwarna blonde.

Luna menggeleng kepalanya. Dia mengambil buah yang hanya tersisa 4 di tanah ke dalam tangannya.

"Kamu tinggal di mana?" tanya cowok muda itu yang benar-benar penasaran dengan gadis kecil yang tingginya mungkin hanya seratus lima puluh cm.

"Aku tidak punya rumah," jawab Luna dengan lemas.

Cowok itu pun kaget akan jawaban Luna. 

Luna menyibakkan rambutnya dan menatap cowok itu untuk kali pertama, tampan sekali dia. Tanpa berpikiran lain dan berpamitan, Luna langsung pergi hanya membawa buah ditangannya.

"Bahkan kita belum berkenalan, loh," cowok itu langsung merasa iba saat melihat raut wajah Luna yang begitu lesu dengan mata yang berkaca-kaca.

Dia melihat anyaman daun yang tergeletak di atas tanah dan di sampingnya terdapat baju terlipat yang masih rapi berwarna putih.

I'M CHOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang