Pelajaran fisika pun dimulai seusai istirahat, Nana mengambil buku tulis yang berisikan jawaban PR dari gurunya minggu kemarin dan bersiap untuk menuliskan jawabannya secara bergilir di papan tulis.
Semenjak kelas 11, Nana menjadi lebih giat belajar, karena dia ingin sekali berada di satu kelas bersama Mark dan Karina saat kelas 12. Karena kelasnya saat ini diurutkan berdasarkan ranking atau total nilai rapor.
"Siapa yang mau maju duluan?" tawar Pak Ahmad, pria jangkung berambut hitam dengan uban di pangkal rambutnya yang bernama.
Nana pun melangkah maju ke depan bersama 2 siswa lainnya. Dia mengambil spidol papan dan mulai mencatat semua hasil pekerjaannya di atas papan tulis putih dengan tulisan rapi hingga selesai lalu kembali ke bangkunya.
"Eh Na, ini caranya gimana?" tanya Fella menanyakan nomor yang akan dijawabnya.
"Hm ini cari kedalaman kapal yang ini dulu baru bisa nemu jawabannya," jawab Nana sambil menjelaskan pada Fella rumus-rumus dan cara mengerjakannya.
"Oh ya udah. Thanks," Fella lalu kembali mengerjakan tugasnya yang belum selesai.
Nana berusaha untuk bertingkah baik-baik saja walaupun dia sudah merasa terkucilkan hari ini.
Hari ini, Nana merasa sudah sedikit baikan walaupun kadang merasa seperti dibuang oleh teman yang dianggapnya dekat.
Memang benar, 'teman' bukan berarti seseorang yang bisa dipercaya layaknya sahabat. Karena mereka bisa menusukmu dari mana saja atau membuangmu kapan saja namun mereka tetap bersikap seakan-akan tidak ada hal yang terjadi.
•••••
Jam pelajaran hari itu selesai, dan sekarang adalah waktunya pulang. Nana menuju ke kelas Mark dan Karina seperti biasanya, dan menunggunya selesai beres-beres.
"Hadeh kamu lama banget kalau beres-beres," keluh Nana pada Mark. Kelas mereka sangat sepi, hanya tersisa Mark dan Karina yang belum keluar.
"Kek ngga tau si Mark aja." Ucap Karina sembari menggendong tas ranselnya.
"Ya sorry, bawaanku banyak banget, berasa bawa karung beras 15 kg," jawab Mark sambil menggendong tasnya yang terlihat cukup berat.
Mereka pun menuruni tangga dan berjalan bersama sambil berbicara topik apa saja yang terlintas sampai akhirnya mereka tiba di gerbang perbatasan antara gedung sekolah dan halaman depan sekolah.
"Eh aku udah dijemput, pulang dulu ya," pamit Mark pada Nana dan Karina sambil masuk ke mobil jazz berwarna hitam.
"Hati-hati," Nana mengayunkan tangannya ke atas.
"Aku pulang juga ya.. Daaa," giliran Karina berpamitan pada Nana dan pergi menuju parkiran motor.
Nana hanya bisa melihat sahabatnya satu per satu pergi meninggalkannya. Nana begitu khawatir dengan perasaannya mengenai persahabatan mereka. Apakah hanya Nana yang merasa begitu sedih saat tidak bersama mereka, atau mereka juga sebenarnya merasa sedih karena tidak bisa bersama dengannya. Nana mulai mempertanyakan kepentingan kehadirannya pada circle pertemanan ini.
Nana berjalan menuju ke parkiran sepeda dan beranjak pulang. Dengan tanpa rasa malu sedikit pun dia pulang melewati teman-temannya yang menunggu jemputan di depan parkiran.
Nana mengayuh sepeda tuanya hingga sampai di rumah. Nana membuka pagar rumahnya yang sudah berkarat, kemudian datanglah anjing-anjingnya menyambut kedatangan Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M CHOSEN
FantasyNana Wu, si gadis yang dibesarkan tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Dia selalu dikucilkan di kelasnya semenjak dirinya berpisah kelas dengan sahabatnya, namun dia masih memiliki neneknya serta dua orang sahabatnya, Mark dan Karina. Tetapi suatu f...