Awalnya memang biasa, awalnya mungkin kau tak juga tak merasa. Tapi, bagaimana dengan hari esok? Apa kita ditakdirkan bersama?
***
Pagi hari pukul 8. Matahari mulai menampakkan sinarnya dari celah-celah genting. Semilir angin dan kicauan burung-burung nan merdu bergiliran menyapa jendela kayu salah satu bilik ruangan. Gadis itu masih terlelap dengan guling yang masih didekapnya erat-erat. Raniya masih enggan bangun untuk sekedar menyingkap selimut yang menutup seluruh tubuhnya.
Detik berikutnya, jam weker merah muda yang bertengger di permukaan mejanya menghasilkan bunyi bergemerincing. Berhasil memekik telinga Raniya yang kemudian beranjak untuk meraihnya.
"Hoaahhh."
Gadis itu menguap lebar seraya merentangkan tangannya tinggi ke atas setelah membuat jam wekernya membisu.
"Jam 8 pagi. Apa masih belum ada panggilan kerja? "Dengan satu tangan yang masih mengucek mata, gadis itu meraih laptopnya dengan sebelah tangannya untuk mengecek email yang sejak berbulan-bulan dinantikannya.
Raniya bukanlah gadis yang dilahirkan kaya raya. Ia hanyalah seorang gadis lugu yang tinggal di salah satu desa terpencil pulau jeju bersama seorang mamanya.
Namun, kepintaran yang dimilikinya membuat gadis itu tak kehilangan akal. Ia terus mengirimkan beberapa lamaran kerja dan pengajuan beasiswa yang dikirimnya tiap akhir pekan. Berharap hari esok ia mendapat jawaban melalui emailnya atas semua pengajuannya.
Raniya berdecih saat dwi netranya menangkap emailnya masih berupa jajaran inbox yang sama sejak minggu lalu. Tak ada satupun pesan baru disana. Setelah menutup laptopnya dengan kesal, ia beranjak meninggalkan tempat untuk segera membersihkan diri.
***
Raniya melangkahkan kaki jenjangnya diantara rak-rak swalayan yang berisikan berbagai produk makanan cepat saji disana. Setelah memilih beberapa bungkus ramyeon , gadis itu berpindah menyusuri lorong perlengkapan wanita dan memasukkan beberapa keperluan pribadinya dalam trolli.
Dengan uang saku yang didapatnya dari kerja part-time nya tempo hari, alhasil gadis itu mulai bisa menikmati jerit payahnya sendiri untuk sekedar memberi kebutuhannya pada jajaran rak swalayan. Membeli beberapa cemilan dan permen sudah cukup memberikan kepuasan untuknya. Sayangnya, tempat tempo hari Raniya bekerja mulai gulung tikar hingga mau tak mau Raniya harus cepat bergegas mencari pekerjaan lain.
Setelah dirasa cukup, Gadis itu mendorong trolli belanjanya untuk berbaris menanti antrian kasir. Anehnya,tak biasanya antrian kasir sepanjang ini. Hingga Raniya menghabiskan waktu dua puluh menit hanya untuk berdiri dibelakang trolli.
Antrian panjang bak ular naga itu membuat kerongkongannya terasa kering. Gadis itu mendongak trolli belanjanya yang hanya berisi beberapa potong roti,cemilan, dan perlengkapan pribadinya. Tak ada satu pun kaleng soda disana.
"Ah sial! Kenapa gue bisa sampai lupa masukin iced black cola sih!"
Baru saja hendak meninggalkan tempat, rupanya detik ini adalah giliran gadis itu membayar. Sangat disayangkan jika ia kembali hanya untuk mengambil kaleng soda dan mengantri dari awal. Dengan cepat Raniya meletakkan belajaannya pada meja kasir.
Tatapannya tiba-tiba jatuh pada dua buah kaleng iced black cola. Kaleng soda yang tergeletak pada meja kasir itu masih berkeringat dengan titik embun yang mengalir. Hembusan uap dingin yang masih mengepul diatasnya membuat gadis itu menelan salivanya kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got A Crush [OSH X BJH]
FanfictionRaniya gadis polos non K-POP malah bernasip mujur. Pertama, Takdir membuat poros dunianya dikelilingi Sehun, Chanyeol dan Kai. Kedua, Dia ditakdirkan untuk menikahi Oh Sehun. Lambat laun Raniya tahu Sehun tidak setegar itu. Cowok itu juga memiliki...