Kau datang seperti hujan. Tanpa terduga kau datang tanpa tahu akankah petir turut menyertaimu atau tidak.
***
Raniya merebahkan punggungnya pada sandaran kursi seraya menguap malas. Dua bulan sudah awal semester ditempuhnya. Gadis itu menyesap coklat panas yang sedari tadi mengepul disudut mejanya. Gadis itu belum beranjak dari salah satu bilik perpustakaan walau waktu telah menunjukkan pukul 6 tepat.
"Lo bakal balik ke Jeju besok Han?"
'Iya Ran. Sorry ya gue gabisa lama-lama nemenin lo disini.'
"Iya santai Han. Gue yang makasih banget sama lo udah ditemenin ke Seoul. Lo pasti balik Seoul lagi kan?"
'Belum ditinggal aja udah kangen lo. Iya, gue pasti ke sini lagi kok.'
"Pede gila lo."
'Yaudah, kalo ada apa-apa hubungin gue ya.'
"Siap boss ku."
Raniya meletakkan ponselnya diatas beberapa kamus bahasa jepang yang belum selesai digunakaannya. Sudah lima jam Raniya masih saja disibukkan dengan tugas kampus yang mengharuskannya men-translate beberapa literature ilmiah.
Dosen berkepala plontos itu tak memperbolehkan mahasiswanya menggunakan aplikasi translate dikarenakan kalimat rancu yang dihasilkan, membuat Raniya mau tak mau berkutat dengan beberapa kamus dan buku tata bahasa di perpustakaan.
Sedetik kemudian, suara langkahan kaki mendekat. Sebuah telapak kekar hinggap disebelah pundak Raniya lantas membuatnya menoleh.
"Permisi noona. Kami akan tutup 30 menit lagi."
"Ah Nee, Khamsahamnida. " ujarnya seraya menundukkan kepala.
Barulah Raniya mendelik kearah jarum jam yang sedari tadi diacuhkannya setelah petugas keamanan itu memintanya keluar secara halus.
Raniya menghembuskan napas berat lantas bergegas merapikan seluruh perlengkapannya dalam tas sebelum akhirnya gadis itu menemui petugas perpustakaan untuk meminjam buku yang diperlukan.
"Khamsahamnida." Ucapnya setelah kartu mahasiswanya kembali pada genggamannya.
Raniya sebenarnya enggan meminjam buku-buku itu sedari tadi mengingat ketebalan buku yang harus dibawanya, belum lagi jika bus yang ditumpanginya dalam keadaan penuh, tentu sangat merepotkan baginya. Namun, jadwal pengumpulan tugas yang memasuki area deadline nya membuat Raniya mau tak mau harus kerepotan.
Gadis bertubuh ramping itu meraih buku-buku tebal itu lantas mendekapnya erat-erat. Beruntung perpustakaan kampusnya berada pada lantai dasar hingga tak membuatnya kerepotan menuruni anak tangga.
Dengan napas terpogoh-pogoh, akhirnya Raniya berhasil menjejaki lantai halte. Ia menghela napas panjang setelah meletakkan buku bawaannya pada salah satu kursi tunggu. Gadis itu memilih duduk pada kursi sebelahnya karena buku-buku itu memenuhi satu ruas kursi.
Udara dingin kembali menembus sela-sela rambutnya dan semakin mendingin saat hari benar-benar gelap. Untungnya salju tidak turun lagi hari ini. Setelah merapatkan jaketnya, gadis itu merogoh tas selempangnya untuk meraih dompet miliknya.
Raniya menghela napas putus asa lantas menggelengkan kepalanya heran. Kini dompetnya hanya tersisa beberapa lembar won dan uang receh. Sementara dana beasiswanya hanya untuk keperluan kuliah yang ditransfer langsung ke kampusnya.
"Haishhh jinjja! Ottokkee!!! Gue makan apa kalo duit gue tinggal segini."
Raniya mengacak rambutnya frustasi lantas mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong. Niat menghubungi Eomma-nya terkurung dalam-dalam setelah dirinya kembali bertekad untuk hidup mandiri. Pekerjaan eomma-nya yang hanya sebagai seorang haenyo membuat Raniya tak tega menambah beban sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got A Crush [OSH X BJH]
FanfictionRaniya gadis polos non K-POP malah bernasip mujur. Pertama, Takdir membuat poros dunianya dikelilingi Sehun, Chanyeol dan Kai. Kedua, Dia ditakdirkan untuk menikahi Oh Sehun. Lambat laun Raniya tahu Sehun tidak setegar itu. Cowok itu juga memiliki...