Kenyataannya, kebetulan itu datang tanpa terduga. Tanpa kita ketahui bahwa satu hal akan terhubung dengan hal lainnya.
***
Setelah merapikan barang bawaan pada rak-rak lemari, dan mengisi lemari pendingin dengan bahan seadanya, Raniya kembali merebahkan tubuhnya pada sofa. Diluruskannya kaki jenjang miliknya kemudian menggerai rambut panjangnya yang sedari tadi terikat.
Raniya masih belum henti-hentinya berdecak kagum dengan unit apartment yang dihuninya. Sesekali gadis itu menampar pipinya sendiri seolah mencoba menarik jiwanya pergi dari alam mimpi.
Raniya menghela napas panjang sebelum tangannya meraih segelas air dingin yang sedari tadi berembun. Gadis itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam sebelum akhirnya menggeleng tak percaya bahwa ia telah menghabiskan waktu cukup lama hanya untuk menata barang bawaan.
Barang yang dibawanya secara pribadi memang bisa dihitung dengan jari. Namun, buku-buku favorit dan perlengkapan kuliah lain Raniya yang dikirim melalui jasa expedisilah yang membuatnya kewalahan sendiri.
Raniya berdecak sebal setelah meletakkan gelas airnya pada permukaan meja. Bagaimana tidak, sudah hampir tengah malam tiba-tiba saja suara hentakan musik terngiang ditelinganya.
"Gilak apa tu orang?! Jam segini masih aja bikin berisik tetangga! "
Raniya menggulung lengan bajunya lantas kembali mengikat rambutnya asal. Dengan napas menghunus bak siap adu jotos, Raniya menghampiri pintu apartmentnya dengan langkah besar-besar.
"Bener-bener cari mati itu orang! Apart segede gini yang punya fasilitas kedap suara aja masih kedengeran tu musik, gimana di apartnya? Budek kali tu kuping!"
Baru saja Raniya meraih gagang pintu kemudian geraknya tercekat oleh hasratnya sendiri. Tiba-tiba raut wajah yang semula membara itu berubah menjadi kusut tak karuan. Gadis itu justru mengacak rambutnya sebal.
"Yah! Tetangga gue kan si Bihun itu. Kalo dia tau gue yang ngambil kaleng sodanya gimana? Mana body guardnya gede-gede lagi! " Omel Raniya sendiri.
Setelah melontarkan beberapa umpatan kasar dan kalimat sumpahan dengan monolognya sendiri, Raniya lantas melangkahkan kakinya berat menuju tepi tempat tidur. Ditepuknya beberapa kali permukaan kasur yang baru saja didudukinya lalu mengelusnya sayang.
"Kita harus bisa tidur malam ini ya sayang. Jangan dengarkan tetangga kita yang gak waras disana. Jadilah kasur yang bikin gue tidur pulas malam ini. Arrachi?"
Raniya tersenyum lantas menaikkan tubuh seutuhnya ke atas ranjang. Direbahkan tubuhnya hingga wajahnya mendongak kearah langit-langit.
Setelah beberapa kali gusar dan hanya membolak-balikkan tubuhnya diatas kasur karena suara bising yang mendera,Gadis itu meraba nakas tempat tidur lalu disumpalkannya kedua telinga dengan headset merah muda miliknya. Setelah membungkus tubuhnya dengan selimut tebal rapat-rapat, detik selanjutnya Raniya berhasil memasuki alam mimpinya.
***
Jam telah menunjukkan tepat tujuh pagi. Deringan alarm memekik telinga yang sedari tadi berbunyi di ujung nakas tak kunjung berhasil membuat gadis itu tersadar. Tubuh gadis itu hanya meresponnya dengan geliatan kecil.
Raniya baru saja hendak kembali memasuki alam mimpinya. Namun gagal setelah ponselnya berdering dan menghasilkan getaran pada kulitnya. Tadinya Raniya ingin mengacuhkan saja panggilan di pagi buta begini, namun ponselnya tak henti-hentinya berdering.
Akhirnya Raniya menyerah, dinaikkannya masker penutup mata yang sedari tadi melekat pada dwi netranya. Sedangkan satu tangannya meraba sisi tempat tidur meraih ponsel miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got A Crush [OSH X BJH]
FanfictionRaniya gadis polos non K-POP malah bernasip mujur. Pertama, Takdir membuat poros dunianya dikelilingi Sehun, Chanyeol dan Kai. Kedua, Dia ditakdirkan untuk menikahi Oh Sehun. Lambat laun Raniya tahu Sehun tidak setegar itu. Cowok itu juga memiliki...