Chapter 16 (Revisi)

255 64 6
                                    

♡ Versi Revisi ♡-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡ Versi Revisi ♡
-----

Di dalam kelas, Amanda sibuk membaca materi yang akan dibahas Mr. Ford. Hari ini ia tidak duduk bersebelahan dengan Jaewon karena pemuda itu duduk di bagian paling depan. Pemuda itu juga tidak menoleh ataupun menyapanya sama sekali. Ada yang aneh, ada yang berubah.

Tak lama, Mr. Ford pun masuk ke dalam kelas dan menjelaskan isi materi dengan sebaik-baiknya. Perawakan Mr. Ford yang tinggi, agak sedikit bungkuk karena tua, mengingatkan dirinya akan kakek dari ayahnya di Busan dulu.

Kakek sudah meninggal dari sebelum orang tuanya bercerai. Dan, seketika ia juga teringat akan sosok ayah yang sudah hampir dua bulan lebih belum bisa ditemui. Rasanya juga aneh, kenapa ayah tidak mau menemuinya? Kenapa juga Rachel seperti menghalangi niatnya untuk bertemu dengan ayah? Cepat atau lambat, ia pasti akan mendapat jawaban dari masalah itu.

Meski Mr. Ford sudah sangat tenang dan jelas menjelaskan materi, Amanda tetap saja merasa fokusnya kemana-mana. Ia lebih lama memandangi punggung Jaewon ketimbang Mr. Ford. "Tidak bisa begini," desisnya, lalu merapihkan buku pelajaran.

Seperti cenayang, bel tanda pelajaran berakhir pun berdering kencang. Amanda lantas berdiri dan menghampiri Jaewon yang tengah merapihkan peralatan belajar ke dalam tas.

Amanda melipat kedua tangannya di atas dada tepat di depan Jaewon. Pemuda itu melirik sekilas, lalu menundukkan pandangannya. "Jaewon, kau kenapa?" tanyanya datar.

"Apanya?" jawab Jaewon tanpa sedikitpun menoleh. Tangannya masih tetap sibuk. Teman di sebelahnya menepuk pundak Jaewon, mengisyaratkan kalau dirinya akan keluar dari dalam kelas lebih dulu. "Oke, sampai nanti."

Amanda kesal melihat Jaewon malah tersenyum seraya melambaikan tangan ke arah teman sebangkunya. "Jung Jaewon, kenapa kau seperti ini?" Ia merasa kalau pemuda itu berubah sikap. Terasa dingin. "Kalau aku punya salah, aku minta maaf."

Jaewon masih diam.

"Jaewon-ie!" teriak Amanda, kelepasan.

Jaewon pada akhirnya menatap mata Amanda. "Amanda, jangan berteriak," ucapnya, nada bicaranya memang dingin.

"Kenapa kau seakan menjauhiku?"

"Apa yang salah kalau aku menjauh?"

Amanda sekarang yang diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Jaewon benar. Berubah atau tidak, tidak ada yang salah.

"Aku hanya tidak ingin kau ajak bolos lagi," lanjut Jaewon seraya berdiri dan menarik sling ranselnya. "Cukup, Amanda. Cukup mempermainkan pendidikanmu. Di kelas ini memang hanya kita berdua yang usianya masih terbilang muda, tapi bukan berarti kita bisa bebas bersikap semaunya hanya karena merasa muda. Kita sedang meraih pendidikan S2 kita. Tidak sepantasnya bersikap kekanakan seperti orang yang baru duduk di bangku kuliah."

Memories In Seoul (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang