Chapter 32 (Revisi)

181 45 7
                                    

♡ Versi Revisi ♡-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡ Versi Revisi ♡
-----

"Jeon Jungkook, perasaanku semakin tak enak saja. Aku rasa aku harus menjenguk Guanna." Amanda meraih jaketnya di atas sofa, ia melepas paksa jarum infus di tangannya membuat Jungkook sontak terkesiap.

"Kau memang luar biasa pembangkangnya!"

"Aku harus melihat kondisinya," kata Amanda, "biarkan aku ke ruang ICU."

"Aku ikut." Jungkook ikut meraih jaketnya di atas meja, lalu meraih pergelangan tangan Amanda dan menuntunnya menuju ruang ICU di lobby rumah sakit.

Dari jauh, mereka melihat Guanlin tengah berdiri bersama seorang pria paruh baya. Ia menunduk lemah, seperti sedang menangis. Tanpa perlu disapa, ia menoleh ke arah Amanda dan Jungkook. Benar adanya, ia tengah menangis. Matanya merah, kemudian air mata terjatuh di pipinya yang kemerahan sesaat setelah melihat kedatangan Amanda.

"Hai," sapa Guanlin, lalu menyeka air matanya. "Terima kasih sudah datang dan membantu kami pada waktu itu, terutama kau, Amanda."

Amanda mengernyit heran. "Apa ada yang terjadi pada Guanna?"

"Hm, ya," jawab Guanlin, air matanya kembali terjatuh. "Dia menghembuskan napasnya pukul lima pagi tadi."

Tubuh Amanda terhuyung ke belakang, kakinya melemas. Beruntungnya Jungkook sangat sikap menangkapnya. "Amanda," kata Jungkook seraya memegangi tubuh Amanda.

"Maaf, maafkan aku, Guanlin." Mata Amanda mendadak kosong, rasanya juga samar-samar, mungkin ia terlalu shock. Tak ada habisnya di buat sedih selama berada di Seoul.

Derap langkah kaki dari belakang mereka menyadarkan lamunan Amanda. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Haejin tengah menangis tersedu-sedu seraya ikut mendorong tempat tidur pasien menuju ruang Unit Gawat Darurat. Kebetulan ruangan itu bersebelahan dengan ruang ICU.

Haejib tak menyapa, bahkan mungkin tak menyadari kehadirannya.

Mata Amanda, Guanlin dan Jungkook terpaku pada seorang gadis yang berlumuran darah di sekujur tubuhnya. Meski tertutup darah, Amanda tahu pasti siapa pasien itu. Lagi-lagi, dunianya serasa terhenti. Jauh lebih sakit dari apapun.

"Unnie," gumamnya, serasa menggema di seluruh ruangan. Lantas, ia berlari mendekat dan ruang UGD itu ditutup oleh suster. "Apa yang terjadi? Oppa! Apa ... apa yang terjadi padanya?"

Haejin menutup wajahnya dengan telapak tangan, ia tak bisa berhenti menangis. Dari jauh Jungkook tertegun melihat CEO nya untuk pertama kali sesedih ini.

"Terjadi kecelakaan tadi pagi," jawab Haejin, berusaha menetralkan suarananya, "dia terhempas ke jalanan karena tertabrak."

Amanda merengkuh dadanya, ia mengatur napasnya yang terasa sesak. "Unnie..."

***

Dokter yang menangani Rachel keluar, ia bicara di depan Amanda, Jungkook dan Haejin yang menunggu. Sedang Guanlin sudah kembali bersama keluarganya untuk mengurus pemakaman Guanna.

Dokter menyatakan bahwa Rachel tidak bisa diselamatkan, sudah meninggal satu jam yang lalu atau bisa di katakan meninggal di tempat kejadian.

Haejin menyandarkan tubuhnya di dinding, ia menyeret tubuhnya ke bawah. Kakinya sangat lemas. Tangisnya kini tak sepecah tadi, tapi bisa terlihat jelas ia berusaha untuk menerima keadaan.

Rejeki, jodoh dan maut tidak bisa di prediksi oleh manusia. Meski kedua baru saling mengungkapkan rasa cintanya, bukan berarti mereka bisa bersama. Mereka dipisahkan oleh dunia yang berbeda. Cinta yang terpendam selama dua puluh tahun itu berakhir bencana, berakhir di atas pusaran makam salah satunya.

Tentu hati Haejin hancur, mengingat sepanjang hidupnya ia hanya mencintai satu wanita tak ada yang lain. Menjaga satu wanita, mencoba membahagiakan satu wanita meski ia dipandang sebelah mata oleh Rachel. Semuanya menjadi berantakan. Penyesalan memenuhi dadanya, emosi memenuhi pikirannya. Semua karena seseorang yang Rachel cari-cari, dan Haejin bersumpah akan menemukan siapa biang keladinya.

"Oppa," panggil Amanda, ia mendekap Haejin. "Mianhae."

Keduanya saling berpelukan.

Jungkook yang melihat ikut menitikkan air mata. Ia sedih mendapati fakta bahwa Amanda tak pernah bahagia. Selalu saja masalah yang ia dapatkan, dan kini harus menerima kenyataan kalau kakak tirinya meninggal dunia.

"Aku akan ke dalam," kata Amanda.

***

Di private acak :)
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Memories In Seoul (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang