[Started: 02 April 2018]
BTS Series: Pertama
Completed ✔
Tulisan yang ditulis dengan maksud menyembuhkan bagi siapapun yang membacanya. Bagi mereka yang bertepuk sebelah tangan, yang merasa iri dengan seseorang, yang ditinggal mati orang terkasih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡ Versi Revisi ♡ -----
Kang Daniel tertawa melihat Amanda dan Jaewon kerepotan setelah keempat member BTS pulang. Ia merenggangkan tangannya ke arah Amanda dan menawarkan diri untuk membantu. "Mau ku bawakan kantong plastik itu?" tanyanya sigap.
"Ah, nanti malah merepotkanmu."
"Tapi kenapa kau malah tak segan-segan merepotkanku?" tukas Jaewon, yang keberatan membawa boneka jumbo milik Amanda. Keringatnya bercucuran. "Serius, berat sekali."
"Kau bawa mobil atau tidak?"
"Maaf, aku tidak punya kendaraan pribadi. Tapi kalau mobil-mobilan, aku punya," jawab Amanda dengan wajah ngeselinnya.
"Aku bawa! Aku memarkirnya di halaman belakang," kata Jaewon. "Akan lebih merepotkan kalau harus berjalan kaki kesana, Kang Daniel. Minta tolong siapa, ya?"
Amanda dan Daniel tertawa.
"Oh, Jisoo-ya!"
Seorang gadis yang baru saja lewat di depan mereka, dipanggil oleh Jaewon. Gadis itu menoleh dengan raut wajah yang ketus. "Apa?" tanyanya, acuh.
"Bisa kemari sebentar?"
Gadis yang bernama Jisoo itu kelihatan menghela napas berat sebelum melangkah mendekat. "Ada apa?" tanyanya lagi, melirik Amanda dengan tatapan yang ketus.
"Mobilmu diparkir di mana?"
"Itu," tunjuk Jisoo ke arah Mercedes-Benz Maybach S-Class berwarna merah. "Kenapa?"
"Aku butuh tumpangan untuk barang-barang ini sebentar sampai aku mengambil mobilku di parkiran belakang."
"Sayangnya mobilku bukan tempat untuk penitipan barang," cetus Jisoo, makin ketus. Raut wajahnya dingin tanpa senyum sama sekali. Tak ada ramah-ramahnya dari perempuan yang satu ini.
Jaewon menurunkan boneka ditangannya, lalu menarik pergelangan tangan Jisoo. "Hanya sebentar, ayo," ajaknya, memaksa. Tapi Jisoo melepaskannya dengan kuat.
"Aku tidak mau!"
Jaewon dan Jisoo saling bertukar pandang. Wajah keduanya mengeras. Tak ada yang mengalah.
Amanda merasa ini barang-barang miliknya, ia melerai. "Sudah, sudah. Tidak apa-apa, aku bisa naik taksi saja nanti. Di titip saja di ruang staf auditorium. Biarku hubungi Joohyuk sekarang," katanya, lalu merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponsel. Ia meminta bantuan Joohyuk karena pemuda itu adalah salah satu pengurus auditorium kampus.
