Chapter 33 (Revisi)

189 46 5
                                    

♡ Versi Revisi ♡-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡ Versi Revisi ♡
-----

Di dalam ruang UGD, tepatnya di sudut paling ujung, sudah ada Rachel yang tergolek lemah tak bernyawa. Wajahnya muram, penuh luka di sana-sini, ada beberapa bagian di kulitnya yang masih mengeluarkan darah meski sudah di bersihkan oleh pihak rumah sakit.

Amanda melangkah perlahan, ia menguatkan langkahnya yang gemetar. Ia kalut, tapi tetap harus berdiri tegak demi menghormati jasad kakak tirinya yang penuh dengan masalah.

Ia tak tahu harus memulai dengan kalimat apa di depan jasad Rachel yang terbaring kaku, ia hanya bisa terus menitikkan air matanya yang tak henti-hentinya keluar. Hatinya jauh lebuh hancur dari mengetahui fakta kalau ayahnya telah meninggal, seluruh warisannya di makan Rachel ataupun pengkhianatan yang ia terima dari Nam Joohyuk.

Ia menyesal kenapa selama di Seoul ia tak menghabiskan waktu bersama kakaknya dan tak sedikitpun punya keinginan untuk berada di sisi kakaknya tersebut. Penyesalan memang akan selalu berada di akhir, ketika semua telah pergi dan menghilang barulah perasaan itu berkecamuk di dalam dada dan sangat sulit di enyahkan.

"Unnie," ucap Amanda, ia tak sampai hati menyentuh tubuh kakaknya yang penuh dengan luka. "Maafkan aku. Tapi ... kau harus dengar sesuatu dariku, aku yakin kau masih mendengarnya dari sana."

Amanda terisak-isak.

"Aku memaafkanmu," lanjutnya.

Kemudian tak tahan, ia memeluk jasad kakaknya. Semakin terisak, tangisnya malah pecah dan tak terhindarkan lagi.

Dari belakang, Jungkook datang dan menyentu kedua pundaknya. Pemuda itu menarik Amanda dan mendekapnya erat.

"Jungkook-ie," tangis Amanda dalam dekapan Jungkook. "Rasanya hancur sekali."

"Aku tahu," jawab Jungkook, tangannya memeluk erat-erat tubuh Amanda.

Amanda melepas pelukannya, lalu kembali mendekatkan wajanya ke wajah Rachel yang memucat. "Unnie, aku berharap tak ada lagi yang membuatmu gusar di sana. Aku telah memaafkanmu. Memaafkan semua kesalahanmu padaku. Aku juga ingin menyampaikan maafku dengan tulus, maaf kalau aku tidak bisa berada di sisimu dan menjagamu dengan baik."

Tak lama, Haejin datang, ia mengecup kening Rachel dan berbisik. "Akan ku selesaikan semua urusanmu," ucapnya. "Yang tenang di sana ... Sayangku."

Jungkook dan Amanda mengatup rapat bibir mereka meski rasanya sulit untuk melakukannya ketika mendengar kalimat sayang yang terucap dari bibir Haejin.

"Aku mencintaimu, Rachel Jung."

***

Rachel segera di makamkan sore harinya, tak banyak yang datang karena memang Rachel tak punya banyak teman selama hidupnya.

Seperti yang kita ketahui sendiri, berteman dalam dunia malam tak bisa katakan teman, mereka hanya pesaing yang di balut dalam kata pertemanan. Maka dari itu, tak banyak yang datang di pemakaman Rachel. Hanya beberapa dan dapat di hitung jari.

Amanda terduduk diam menatap pusaran makam Rachel yang penuh taburan bunga, ia menyentuh papan nisan putih yang telah tertancap dalam tanah.

Jungkook hanya bisa berdiri melihat Amanda meratapi makam Rachel, sedangkan Haejin seakan sibuk dengan ponselnya dan terus menyebutkan nama "Kepala Choi" ia sendiri tidak tahu siapa yang di sebutnya itu, tapi terlihat sangat serius.

"Amanda, Jeon Jungkook, aku harus menyelesaikan masalah Rachel. Lebih baik kalian kembali ke rumah sakit," kata Haejin terburu-buru. Pemuda itu memakai kaca mata hitam besar, menutupi matanya yang sembab dan bengkak akibat menangis seharian.

Amanda menggeleng, "aku ingin pulang."

"Oh, baiklah. Jeon Jungkook, tolong antar dia pulang."

"Ke Indonesia," lanjut Amanda, membuat Haejin dan Jungkook termangu. "Aku sudah tidak tahan di sini."

Haejin mendekat ke arah Amanda dan memeluknya erat. "Aku tahu ini berat, tapi tolong bertahun satu tahun lagi. Biarkan keinginan Rachel melihatmu lulus S2 itu tercapai lebih dulu. Biar dia bahagia melihatmu dari atas sana. Tidak ada raganya bukan berarti jiwanya ikut menghilang dalam lubuk hatimu, bukan?"

"Oppa ... apa kau bilang? Dia ingin melihatku lulus S2? Bukankah dia menentangku habis-habisan dan menginkanku untuk masuk jurusan drama?"

Haejin terkekeh pelan, "jangan naif, meski perangainya buruk, hati Rachel sangat baik dan menyayangimu. Dan, oh, ya, sepulihnya dirimu tolong datang ke kantorku."

"Untuk apa?"

"Menandatangani surat warisan dari ayahmu."

"Bukankah Rachel-unnie sudah menghabiskan semua uang itu?"

"Iya, tapi dia mengganti semua uang itu. Dia depositkan uang itu di bank, dan bisa di ambil ketika umurmu 22 tahun."

"Aku masih tidak mengerti."

"Intinya, semua yang dia ceritakan padamu masih setengahnya saja. Dia memang memakai semua uangmu, tapi dia juga menggantinya. Dia hanya menceritakan keburukannya, tidak menceritakan semua rasa bersalahnya."

Bibir Amanda gemetar tak percaya, kenapa sulit sekali menebak apa yang Rachel lakukan selama ini? Kenapa semuanya harus di sembunyikan? Kenapa dia harus selalu terlambat dalam mengetahui segalanya?

"Kau sudah berusia 23 tahun sekarang, kau sudah berhak untuk mencairkannya. Sampai jumpa lagi," tutup Haejin.

***

Di private acak :)
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Memories In Seoul (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang