Chapter 30 (Revisi)

216 48 2
                                    

♡ Versi Revisi ♡-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡ Versi Revisi ♡
-----

Park Haejin mengulur waktu untuk datang ke kantor polisi, karena bagaimanapun juga seperti mengantar nyawa sendiri ke dalam sana untuk Rachel Jung. Meski ia tahu gadis itu salah, bukan berarti hatinya lapang menerima akibat dari semua perbuatan Rachel.

Rasa cinta yang terpendam dalam pada akhirnya keluar juga setelah keduanya dalam keadaan yang sulit. Tidak ada lagi yang membuat Haejin merasa khawatir setengah mati selain sosok Rachel, dan tak ada pula pemuda yang sesigap Haejin dalam membantu semua masalah-masalahnya.

Haejin terpaksa bertandang malam-malam kerumah Kepala Choi, kepala polisi sektor Insadong yang sebelumnya menangani kasus Rachel. Di sana Kepala Choi menjelaskan duduk perkara dari olah TKP hingga barang bukti. Namun, ada hal yang ganjil dalam penjelasan itu.

"Tidak! Sungguh, harus ku akui aku memang memakai narkotika jenis sabu. Tapi aku hanya memesan kurang dari tiga gram! Semua ku pakai hari itu juga, Kepala Choi. Dan, sumpah demi bumi dan langit, aku tidak pernah memakai obat-obatan penenang itu sama sekali. Aku hanya mengkonsumsi obat tidur, dan aku punya resep medisnya di laci meja riasku! Aku bisa buktikan itu. Bahkan, aku tidak pernah mengkonsumsi sabu dengan cara di hisap menggunakan bong seperti itu."

"Apa maksudmu, Rachel?"

"Haejin, Haejin, ini salah! Aku bersumpah itu semua bukan barang-barang milikku." Rachel berkeringat, ia kelimpungan, tangannya merengkuh erat lengan Haejin yang duduk tepat di sampingnya. "Itu semua bukan milikku! Kau harus percaya padaku."

Kepala Choi semakin bingung. "Tapi ada sidik jarimu dalam semua barang bukti itu, Nona."

"Diam! Aku bilang itu bukan milikku. Aku akan bertanggung jawab untuk semua yang ku lakukan. Aku memang pernah memakai sabu dan ini kelima kalinya. Tapi aku benar-benar tidak memiliki semua barang itu kecuali suntikan yang ku pakai di kamar mandi."

Haejin menenangkan Rachel yang kelabakan, ia membelai punggung gadis itu lembut. "Tenang Rachel, tolong jelaskan pelan-pelan. Coba kau ingat-ingat, adakah orang lain selain dirimu yang masuk ke dalam apartemen?"

Rachel menyepitkan matanya, keningnya berkerut seakan hendak berpikir keras siapa kira-kira yang menjebaknya. Satu persatu ia ingat siapa-siapa saja yang ditemuinya pada hari ini.

"Di mana ponselku?" tanya Rachel.

Kepala Choi menunjuk kearah kantong plastik bening yang sudah dijadikan bahan olah TKP.

"Semuanya ada di situ, siapa-siapa saja yang aku hubungi!" lanjut Rachel. "Tolong diperiksa lebih lanjut, Kepala Choi."

"Maaf, saya tidak bisa melakukannya. Ini sudah milik kantor polisi. Saya tidak bisa sembarangan membukanya karena akan di jadikan bahan untuk barang bukti di pengadilan."

"Fucking your mouth, bitch! Cepat buka dan periksa sekarang," amuk Rachel. "Cepat!!! Aku tidak sudi di jatuhi hukuman untuk sesuatu yabg tidak ku lakukan sama sekali. Jika aku di hukum untuk apa yang ku lakukan, aku masih sangat bisa untuk menerimanya!"

"Rachel, cukup," pinta Haejin, ia menarik Rachel menjauh dari Kepala Choi. Saking ributnya sampai anak dan istri Kepala Choi keluar dari dalam rumah. "Maaf sudah membuat keributan, Kepala Choi. Tolong usut hingga tuntas kasus ini. Saya izin pamit."

Rachel menyibakkan tangannya dengan keras dan menunjuk-nunjuk wajah Haejin. "Pamit katamu? Polisi-polisi ini mungkin saja sudah di bayar oleh seseorang yang lebih berani dari dirimu! Mereka hendak menyeretku ke dalam jeruji besi dengan cara yang kotor. Mereka tau hidupku seperti apa dan mereka memanfaatkanku!!!"

"Rachel!" teriak balik Haejin. "Stop it, okay?"

"I'm really fucking hate you, Park Haejin."

***

Jungkook sudah terlelap saat ada seseorang masuk ke dalam ruangan Amanda. Gadis itu tengah bersenandung sendirian seraya tiduran menatap langit-langit rawat inapnya. Yang datang ialah sosok yang ia kenali, Park Chosung.

"Oh, hai," sapa Amanda, riang. "Bagaimana kau tahu aku disini, Chosung-ssi?"

Chosung kelihatan repot dengan kotak hadiah yang cukup besar. "Hai, bagaimana kabarmu? Aku tau dari Suga. Maaf pagi-pagi buta seperti ini datang menjengukmu."

"Tidak apa-apa, aku juga sudah membaik."

"By the way, ini barang titipan dari Suga untukmu. Tadi malam dia meneleponku. Semua yang dimintanya sudah ku masukkan ke dalam kotak ini."

"Apa itu?"

"Kau lihat saja sendiri," jawab Chosung, "uh? Jeon Jungkook juga ada disini rupanya?"

"Iya, dia menemaniku selama semalaman."

"Wah, semoga tidak ada perkelahian antar member, ya."

Amanda mengernyit, "maksudnya?"

"Ya, dulu di awal-awal BTS debut, Suga dan Namjoon pernah hampir berkelahi hanya karena satu perempuan. Ternyata mereka berdua menyukai perempuan yang sama."

"Lalu, siapa yang perempuan itu pilih?"

"Tidak ada. CEO kami menghentikannya, dan menyadarkan mereka berdua. Lagipula perempuan itu hanya seorang sasaeng. Aneh bukan menyukai sasaeng? He-he-he. Padahal masih banyak gadis lainnya yang 'sehat'."

"Sasaeng? Apa itu sasaeng?"

"Fans yang di luar akal, cenderung penguntit dibandingkan fans. Mereka menyebalkan dan cukup mengerikan."

"Kenapa mereka berdua menyukai perempuan yang seperti itu, Chosung-ssi?"

"Perangai sasaeng bagaikan bunglon, mereka bisa saja bersikap sangat manis di depan tapi amat sangat berambisi di belakang. Pokoknya seram! Kau jangan sampai punya teman seorang sasaeng."

"Tapi, mungkinkah mereka berdua akan berkelahi lagi?"

"Mungkin saja kalau mereka menyukaimu dalam satu waktu, bukan?"

Amanda mengangguk-anggukkan kepalanya sekilas sebelum paham dengan maksud Chosung. "Hah? Mwo? Apa kau bilang tadi? Menyukaiku dalam satu waktu? Apakah itu ... mungkin?!"

***

Di private acak :)
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Memories In Seoul (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang