♡ Versi Revisi ♡
-----Suga keluar dari dalam kamarnya dengan membawa satu koper besar dan ransel di punggungnya. Di ruang tamu, ia melihat sudah ada Hoseok yang menunggu. Mereka berdua hendak pulang ke rumah masing-masing. Padahal kampung mereka berbeda arah.
"Ready?" Hoseok bertanya. Seperti biasa, ia selalu saja kelihatan ceria dan bersemangat. "Eomma, I'm coming!"
Suga terkekeh melihat keanehan Hoseok. Ia mengikuti langkah pemuda itu keluar dari dalam dorm, lalu menunggu di depan, menunggu Hoseok mengunci pintu. Setelah selesai, keduanya sama-sama menarik koper. Langkah mereka sangat tenang.
Suga merasa ada sesuatu yang mengganjal, tapi ia sendiri tidak tahu apa. Sambil berjalan pelan ia memutuskan untuk menghubungi Amanda untuk kedua kalinya. Kali ini ia mengirim pesan singkat: ini aku, Suga.
Sampai di basement apartemen, ia belum juga mendapat balasan dari Amanda.
"Sampai jumpa minggu depan, hyung," teriak Hoseok, dari depan mobil kantor yang di sediakan khusus untuk member BTS. "Jangan lupa bahagia!"
Lagi-lagi Suga tertawa karena sikap Hoseok. "Ya, sampai jumpa, Hoseok-ah! Hati-hati di jalan," balasnya, ia juga melambaikan tangan.
Suga berdiri di ambang pintu mobil, melihat mobil van Hoseok melaju lebih dulu baru masuk ke dalam mobilnya sendiri.
Di dalam mobil, ia duduk di kursi penumpang bagian tengah. Ia menutup pintu dan memberi titah pada sang supir. "Tuan, bisakah antar aku ke K'arts lebih dulu sebelum pulang ke Daegu?" Daegu adalah kampung halamannya.
"Baik, Tuan," jawab sang supir seraya mengangguk. Mobilpun melaju pelan menuju K'Arts, kampus Amanda.
Drrrrt. Ponselnya bergetar.
Pesan balasan dari Amanda: Oke.
Hanya "oke" saja?
"Harus bicara apalagi?" gumam Suga. Ia berpikir keras, padahal seharusnya tidak perlu sampai sekeras itu.
Ponselnya kembali bergetar saat ia tengah memikirkan sesuatu. Ada pesan lain dari Amanda: Apa kau sedang sibuk?
Suga tersenyum senang. "Tidak," ucapnya seraya membalas pesan gadis itu. Ia tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, ia juga tersipu malu. Wajaha memerah, senyam-senyum sendiri dengan tangan merengkuh ponsel dan mendekapnya di atas dada.
Amanda: Kalau begitu, bisa bertemu sebentar?
***
Nam Joohyuk menemukan Amanda di cafetaria kampus, dengan cepat ia mendatangi gadis itu. "Kenapa menghindariku?" tanyanya, tiba-tiba. Ia lantas duduk berhadapan dengan Amanda.
Amanda menunduk kaku, lalu menjawab pelan. "Aku hanya sedang tidak mood," katanya. Ia tersenyum dan merengkuh jemari Joohyuk. "Maaf sudah membuatmu kesal."
"Jangan seperti ini lagi, aku khawatir."
"Iya, janji."
"Eh, ponselmu bergetar," kata Joohyuk.
Amanda meraih ponselnya dari atas meja, ia melihat ada panggilan masuk dari Park Haejin. "Telepon dari teman kakakku. Aku terima dulu ya," ujarnya, ia melipir ke sisi cafetaria untuk mengangkat telepon itu.
"Amanda? Kau sedang ada di mana?"
"Aku di kampus. Ada apa, Oppa?"
"Bisa datang ke rumah sakit Haneul?"
Amanda terdiam sejenak. "Ada apa?"
Terdengar suara helaan napas dari ujung ponsel, kemudian Haejin kembali bersuara.
"Rachel masuk rumah sakit. Aku tidak bisa menjelaskan alasannya di sini. Tapi, aku bisa pastikan padamu kalau dia baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Aku juga ada di sini menemaninya," jelas Haejin, yang di sambut keheningan dari arah Amanda.
"Oppa, aku akan segera kesana," tutup Amanda. Ia meraih tasnya di atas meja dan berpamitan dengan Joohyuk. "Aku harus ke rumah sakit, Joohyuk-ah. Maaf kalau aku lagi-lagi harus meninggalkanmu."
"Siapa yang barusan menelponmu?"
"Park Haejin-oppa. Dia sahabat baik kakakku. Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, aku benar-benar harus pergi," kata Amanda, tergesa-gesa. Tapi tangannya ditahan oleh Joohyuk. "Nam Joohyuk, tolong jangan membuatku tidak nyaman. Aku kerumah sakit bukan untuk bertemu laki-laki lain. Aku harus menemui kakakku."
Joohyuk menatap lurus kedua bola mata keemasan milik Amanda. Ia tak melepaskan pegangan tangannya. "Aku ikut," ucapnya.
***
Di private acak :)
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories In Seoul (MYG)
Fanfic[Started: 02 April 2018] BTS Series: Pertama Completed ✔ Tulisan yang ditulis dengan maksud menyembuhkan bagi siapapun yang membacanya. Bagi mereka yang bertepuk sebelah tangan, yang merasa iri dengan seseorang, yang ditinggal mati orang terkasih...