Chapter 31 (Revisi)

190 45 7
                                    

♡ Versi Revisi ♡-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡ Versi Revisi ♡
-----

Haejin mengejar langkah Rachel yang cepat, mereka menyusuri jalan kota yang mulai ramai. Matahari pun sudah terlihat meski samar tertutup awan putih. Mereka tidak tidur malam ini. Pikiran mereka sama-sama kalut.

"Rachel, tunggu aku!"

"Don't stop me! Just leave me alone. Please ... i just wanna go with my self~~~"

Haeji terus-menerus berusaha menggapai lengan Rachel, namun selau gagal. Gadis itu menyebrang jalan sembarangan, menabrak bahu-bahu orang yang berlalu lalang dengan keras tanpa permisi, membuat orang di sekitar menatap nanar sosok Rachel.

Dari belakang Haejin yang memberi permintaan maaf secara sekilas pada orang-orang yang di tabrak Rachel. Gadis itu benar-benar tak perduli pada apapun dan siapapun saat ini kecuali satu orang yang ada di dalam kepalanya: Tuan Jayhoon.

Pasti dia yang menjebakku!

Pasti dia!

Pasti dia!!

Ciiiiiiiittttt.

Duarrrrrrr.

Terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh Rachel yang menyebrang sembarangan, padahal lampu penyebrangan belum berubah hijau. Apa mau dikata, nasib baik memang tak berpihak pada gadis yang satu itu, membuat tubuhnya terpental jauh dan tersungkur di aspal dengan banyak darah.

Haejib berlari secepat kilat, berusaha menyambar tubuh Rachel yang melemah. Di pegangnya urat nadi bagian leher dan pergelangan tangan. Tak ada detak yang berdenyut, begitu pula jantungnya yang tak lagi berirama.

Tak ada kata apapun yang keluar dari bibir Rachel, selain pergi membawa dendam dihatinya yang berkecamuk. Tak ada lagi kesalahan yang harus ditanggungnya, selain menghadapi skenario Alam Semesta yang tak berakhir tenang dan bahagia.

"Jangan, jangan.... Rachel, bernapaslah. Rachel. Rachel, tolong dengarkan aku. Rachel..." Tangis Haejin pecah di tengah jalan yang mulai ramai, beberapa orang disekitar sibuk menelepon rumah sakit dan kantor polisi.

Bukan hanya kabar tentang ada kecelakaan katanya, tapi juga ada korban dalam kecelakaan itu.

Seorang gadis muda yang kehilangan kontrol menahan emosinya sendiri, gadis muda yang tengah kalut dengan kata jeruji besi, yang belum pulih total dari pemakaian narkotika overdosis sebelumnya.

Ya, Rachel Jung sedang sekarat.

Dengan cara yang mengenaskan.

***

Amanda tersenyum setelah membuka kotak hadiah pemberian Suga. Ia tak menyangka pemuda itu benar-benar mengirim seluruh benda yang akan membuatnya menerima hati pemuda itu ketika melihatnya bermusik. Semua yang dikirim berkaitan dengan boygrupnya.

"Lucu sekali dia," gumam Amanda, tangannya membolak-balik album bts. Satu persatu ia buka album itu, begitu juga poster-poster yang tergulung rapih ia sisipkan kembali di bagian paling bawah.

Praaaaaaang.

Tak sengaja, tangannya menyenggol mangkuk sup yang baru saja di makannya tadi pagi. "Perasaan sudah taruh mangkuk ini di paling ujung," gerutunya, ia turun dari tempat tidur untuk merapihkan pecahan beling.

"Apa yang kau lakukan? Berhenti, biar aku saja," titah Jungkook, tangannya menarik lembut tangan Amanda untuk menjauh dari pecahan beling. "Omo, lihat ... jarimu berdarah. Kenapa ceroboh sekali, sih?!"

Amanda terdiam, bukannya di bersihkan ia malah menyeka jarinya di atas baju tidurnya kemudian menghisap darah tersebut menggunakan bibirnya sendiri.

Jungkook yang melihat adegan itu semakin tak habis pikir. "Sini," katanya, "bukan di emut tapi di hisap seperti ini agar darahnya keluar sampai berhenti sendiri."

"Uh?" Amanda terkesiap melihat Jungkook yang menghisap jari telunjuknya dengan seksama, lalu pemuda itu bergegas ke wastafel untuk membuang ludah yang sudah bercampur darah. "Terima kasih."

Jungkook bertolak pinggang sebentar sebelum melanjutkan membersihkan beling. "Apa kau tidak bisa sehari saja tidak ceroboh dan mengkhawatirkanku, huh?"

"Entahlah. Tapi ... firasatku buruk akan sesuatu," gumam Amanda, matanya menerawang jauh keluar jendela. "Ada apa, ya? Aku harap semua baik-baik saja."

"Firasatmu buruk mengenai jari tanganmu sendiri! Jangan berlebihan menanggapi sesuatu, kau kelihatan konyol."

"Tapi aku serius, Jeon Jungkook. Perasaanku tiba-tiba tak enak. Apa mungkin Guanna...?"

"Hei, sudahlah. Guanna akan baik-baik saja, okey? Sebaiknya cepat perban lukamu dan tidur di atas tempat tidurmu sampai kau benar-benar sembuh."

Amanda mengangguk kaku, ia menuruti perintah Jungkook. Jungkook pun terheran-heran, tumben sekali gadis itu menurutinya dengan cepat tanpa berdebat lebih dulu?

Sesungguhnya, perasaanku entah mengapa juga sama terasa buruknya. Ada apa ini? Jungkook membatin dalam lamunannya.

***

Di private acak :)
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Memories In Seoul (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang