Chapter 47

132 17 7
                                    

Jungkook menarik sebelah lengan Amanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook menarik sebelah lengan Amanda. Ia mendekap erat gadis yang tengah menangis itu. Dari sampingnya, Kim Jisoo membelai lembut punggung Amanda.

Amanda bergerak menjauh, tersenyum tipis, menyeka air matanya dan melangkah berbalik tanpa mengucap sepatah katapun. Ia kembali dengan aktifitas sebelumnya---membantu Jungkook di dapur.

Kim Jisoo menoleh ke arah Jungkook. "Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya prihatin.

"Tidak ada," jawab Jungkook singkat.

Jisoo mengernyit, ia tak paham kenapa harus berhenti membantu ketika melihat ada dua orang yang saling mencintai tapi malah bersikap saling mengacuhkan.

"Menyedihkan!" Jisoo geram.

Jungkook menyeka dahi yang berkeringat dan menyibakkan poni rambutnya ke atas.

"Jika salah satu diantara mereka memang berniat untuk bersama, maka tak mungkin mereka berdua memutuskan untuk berhenti. Cinta sesederhana itu, Jisoo," jelas Jungkook meyakinkan. "Biarkan waktu yang menjawab."

***

Memotong ikan salmon dalam keadaan melamun membuat ujung jari Amanda teriris pisau. Ia meringis, melihat darah yang keluar dan menghisapnya perlaha sebelum Jungkook datang dan melihat.

"Aku tidak bisa menerima ini," bisik Amanda.

Jungkook dan Jisoo datang dengan tatapan khawatir, namun Amanda malah bersikap sebaliknya.

Air mata Amanda sudah tak lagi terlihat dan malah asik memamerkan senyum manisnya. "Semuanya sudah selesai. Ayo, kita panggang semua bahannya."

"Berkat dirimu, rasa mabukku hilang."

Jungkook menghela napas kasar. "Alasan! Bilang saja mau minum lebih banyak soju lagi."

"Sudah, sudah, jangan bertengkar terus."

Amanda, Jungkook dan Jisoo membawa seluruh peralatan memanggang dan bahan-bahan makanan ke balkon apartemen. Mereka memilih untuk menikmati makanan dengan pemandangan indah kota Seoul di malam hari.

"Amanda, kau sebaiknya mabuk sampai kau melupakan masalahmu," ujar Jisoo.

Amanda menyentuh puncak kepala Jisoo lalu membelainya. "Tapi masalahku tidak akan hilang hanya karena aku mabuk."

"She's my best friend," celetuk Jungkook. Kelihatan bangga dengam jawaban Amanda tepat di hadapan Jisoo.

***

Di dalam studionya, Suga melamun seraya menatap kaku layar monitor.

Pikirannya tak bisa fokus, hanya ada Amanda di dalamnya. Ia merasa dilema ketika berhadapan dengan gadis itu. Bagaimanapun juga di antara semua member saat berhadapan denn pekerjaan, ia satu-satunya orang yang sangat konsisten dengan apa yang dipilihnya.

Tapi kekonsistenannya itu tidak berlaku pada percintaannya. Ia merasa seperti pria bodoh yang labil, yang hanya berani mengejar tanpa memberikan kepastian apapun. Ia rela menunggu hingga gadis itu membuka hati untuknya namun saat ia mengetahui faktanya, ia malah memutuskan untuk menjauh.

Ada banyak tembok besar yang membuatnya penuh pertimbangan.

Berawal dari gadis itu sempat memiliki kekasih, sahabat kecil rekan grupnya sendiri hingga masalah perbedaan antara dunia yang dijalaninya dengan dunia Amanda.

"Argh," desah Suga seraya memijat-mijat kepalanya yang sakit. "Aku benar-benar payah."

***

Sebelumnya gue mau nyampein perasaan aneh saat nulis ini. Gue merasa cerita ini ngalor-ngidul, entah perasaan doang atau bener nyata. Jadi mood gue kadang up and down dengan sendirinya ketika berhadapan dengan Memories In Seoul ini.

Sampai pada akhirnya gue baca ulang dari awal sampai pertengahan chapter, dan feeling gue benar. Ada beberapa part yang keluar jalur dan nggak nyambung. Jadi gue off sementara untuk merombak ulang sampai cerita ini benar-benar ngalir.

Sampai perombakan di chapter 07, gue kaya ngerasa harus selesain cerita ini dulu sebelum benar-benar diperbaiki.

Maaf untuk kalian yang udah setia baca ini. Gue harap kalian gak kapok baca karya gue ❤

Memories In Seoul (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang