♡ Versi Revisi ♡
-----Jungkook dan Jaewon pergi ke minimarket terdekat setelah selesai urusan dengan Joohyuk. Pemuda biang masalah itu di bawa ke kantor polisi atas permintaan Guanlin. Kabar Guanna sendiri kritis.
Keluarga Guanlin akan datang dari Taiwan ke Seoul setelah mendengar kabar anaknya sulungnya menjadi korban kekerasan oleh kekasihnya sendiri. Mereka sangat terluka. Padahal kejadian ini sudah berulang kali terjadi meski tidak sampai separah ini.
Beruntungnya, Joohyuk sudah mendekam di dalam rutan untuk mempertanggung jawabkan kelakuannya yang tidak manusiawi.
"Aku benar-benar terkejut saat melihat Amanda hendak ditampar oleh Nam Joohyuk," kata Jungkook seraya memutar-mutar sumpit ramen gelasannya.
"Pertemuan mereka sudah kami rencanakan sebelumnya." Jaewon angkat bicara. "Amanda yang memintanya sendiri. Katanya, dia khawatir akan hubungan Guanna dan Joohyuk ke depannya."
Jungkook terkekeh, "anak itu masih saja mengkhawatirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri."
"Siapa yang kau maksud?"
"Tentu saja Amanda," jawab Jungkook seraya menoleh ke arah Jaewon. "Ku dengar kau bersahabat dekat dengan anak itu."
"Siapa? Amanda?"
"Keduanya. Amanda dan Joohyuk."
"Joohyuk hanya sebatas satu agensi, tapi tidak terlalu dekat secara pribadi."
"Berarti kalau dengan Amanda, dekat secara pribadi, begitu?" tawa Jungkook, terdengar meledek. "Tidak apa-apa kalaupun iya, setauku kau pria yang baik."
Jaewon tertawa kecil. "Lantas bagaimana hubunganmu dengan Amanda sendiri?"
"Kami bersahabat sejak kecil. Sebelum aku bergabung dengan BTS, saat aku masih di Busan. Rumah kami bertetanggaan. Kami selalu bermain di pantai mencari bintang laut bersama, sampai ketika---" Jungkook menghentikan kalimatnya.
"Apa?" Jaewon penasaran.
"Sampai ketika orang tuanya bercerai. Ibunya orang Indonesia, bekerja menjadi perawat relawan di Busan. Setelah bercerai tentu saja ibunya harus kembali ke Indonesia. Dari sana lah hubunganku dengan Amanda merenggang. Saat kecil kami tidak pandai menggunakan internet ha-ha-ha. Jadi hilang begitu saja," lanjut Jungkook. "Aku menunggunya kembali selama itu."
"Menunggu katamu?" ulang Jaewon, kemudian terkekeh. "Dia pasti cinta pertamamu."
Jungkook menoleh lagi, ia menjawab seraya tersenyum. "Kau benar, Jung Jaewon. Bahkan, sampai detik ini."
Jaewon membeku. Peluangnya semakin jauh dan sedikit, tidak ada jalan lain selain hanya menjadi sahabat Amanda. Lagipula, ia juga sudah memiliki kekasih.
"Tapi sayangnya, hyungku secara terang-terangan mengatakan kalau dia menyukai Amanda," lanjut Jungkook tanpa di minta.
"Siapa itu?"
Jungkook menghela napasnya berat sebelum menjawab, ia menatap lurus jalanan yang sepi dari balik kaca minimarket. "Suga-hyung," jawabnya mantap, membuat Jaewon terkesiap.
***
Amanda masih menemani Guanlin dengan Suga bersamanya. Guanlin terlihat sangat terpukul atas kejadian hari ini, pemuda itu masih tetap diam menatap lantai marmer rumah sakit. Rasanya, ia ingin sekali bicara tapi takut salah bicara.
Suga sudah di obati sebelumnya, jadi pemuda itu sudah kelihatan jauh lebih baik.
"Guanlin," panggil Amanda. "Kau ingin makan sesuatu?"
Guanlin tersenyum. Ini untuk pertama kalinya Amanda melihat pemuda itu tersenyum secara tulus seperti itu. "Tidak, terima kasih," jawabnya.
Lalu, Amanda menatap Suga yang melamun. Saat sedang asik melihat wajah Suga, pemuda itu balas menatapnya.
"Kenapa melihatku seperti itu?"
"Uhm, eh, kau tidak lapar?" Amanda gelagapan sendiri. "Mau makan sesuatu?"
"Sebaiknya kau kembali ke ruangan kakakmu."
"Bagaimana kau tahu kakakku ada di sini?"
"Kenapa tidak menanyakan maksud kedatanganku ke sini dari tadi?" balas Suga ketus. Lagi-lagi sikap manisnya hilang. Seperti di awal pertemuan, ia berubah sinis.
"Kenapa kesini?" tanya Amanda, mengikuti perkataan Suga sebelumnya. "Kenapa kau dan Jungkook bisa ada di sini?"
"Aku di ajak Jungkook untuk menemanimu di rumah sakit. Katanya, kakakmu masuk rumah sakit. Dia datang dari Busan ke Seoul. Tapi saat datang malah di suguhi pemandangan konyol seperti tadi."
"Konyol apanya?"
"Aku pernah berlatih Taekwondo. Besok kau akan ku daftarkan berlatih di sana. Tempatnya di pusat kebugaran Yogeun, Gangnam. Bagus, kok. Oke?"
Dari ujung sana terdengar Guanlin yang tertawa, tapi tidak dengan Amanda. "Eh, apa, sih? Kenapa tiba-tiba ke Taekwondo begitu? Apa maksudnya?"
"Biar kalau di tampar kau bisa membalas tamparan itu dengan satu pukulan telak!"
Duduk Amanda spontan menegak, membuat Guanlin dan Suga melihat ke arahnya. "Ya, Suga-ssi. Kau sendiri saja terhempas ke aspal saat Joohyuk meninju, mana jurus kuda-kuda Taekwondo-mu itu, hah?!"
Guanlin kali ini terbahak-bahak. "Aku rasa aku harus pindah tempat duduk," katanya, seraya beranjak dari duduknya. Tapi tangan Amanda menahan dengan keras.
"Tidak perlu, kau harus tetap di sini. Manusia satu di depanku ini memang agak menyebalkan. Kau juga harus tau, dan aku butuh saksi," ujar Amanda, tangannya tetap menahan lengan Guanlin tapi matanya menatap wajah Suga yang tengah bersandar melihat langit-langit rumah sakit.
"Aku lapar, sebaiknya traktir aku makan dari pada banyak bicara seperti ini. Tidak haus?"
"Omo, omo, menyebalkan sekali." Amanda bangun dari duduknya. "Ayo, makan! Aku yang traktir, okey?"
"Aku mau makan steak," jawab Suga, masih tetap pada posisinya. "Guanlin, ayo ikut. Kita makan bersama. Aku tidak suka penolakan."
"Baik, Sunbae," jawab Guanlin.
"Sunbae?! Sunbaenim?"
Guanlin menginterupsi. "Suga-sunbae adalah seniorku di industri hiburan," jelasnya.
Suga mengangkat kedua alisnya. "See? Dia juniorku. Jadi, tidak mungkin aku tidak mengajaknya makan, bukan? Traktir steak."
Amanda merogoh dompet dari saku jaket, ia memeriksa uang di dalamnya. Uangnya tidak cukup untuk menraktir steak.
"Ramen atau kimbab saja, ya?"
Suga tertawa, ia beranjak bangun dan menarik lengan Amanda. "Aku yang traktir. Ayo, Guanlin, kau juga harus makan sesuatu selagi menunggu kakakmu pulih," ajaknya yang di ikuti oleh Guanlin dan Amanda.
***
Di private acak :)
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories In Seoul (MYG)
Fanfic[Started: 02 April 2018] BTS Series: Pertama Completed ✔ Tulisan yang ditulis dengan maksud menyembuhkan bagi siapapun yang membacanya. Bagi mereka yang bertepuk sebelah tangan, yang merasa iri dengan seseorang, yang ditinggal mati orang terkasih...