Bagian 26

5.3K 213 12
                                    

Jantung Naya terasa hampir copot. Ini kedua kalinya dia ditembak oleh orang yang sama. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu saat ini. Intinya dia sangat bingung.

Bingung apa yang harus dia katakan saat ini. Bibirnya serasa beku tak mampu untuk mengucapkan sepatah katapun. Ditambah dengan tatapan Daffa yang membuat kakinya menjadi melemah.

Setelah detakan jantungnya kembali normal, Naya tau apa yang harus dia ucapkan pada Daffa.

Ya! Naya sudah tau apa yang harus semestinya dia katakan pada Daffa sekarang.

Naya tersenyum sinis pada Daffa.

"Lo nembak gue? Ngak salah tu?" Kata Naya.

Daffa memandangi Naya dengan aneh. Bukannya ini yang diinginkan gadis itu? Mengulang semuanya kembali?

"Garing banget sih lo. Nembak nembak ngak jelas. Emang lo kira gue mau aja nerima lo ?" Kata Naya membuat kening Daffa semakin berkerut.

"Setelah semuanya yang lo lakuin ke gue?" Sambung Naya.

Daffa tak mengerti jalan pikiran gadis didepannya ini. Ada apa dengannya. Apa Naya tak ingin memaafkannya? Atau Naya sengaja mempermainkannya? Atau bisa saja Naya tak ingin lagi bersamanya?

Daffa masih diam tak bergeming.

Naya tak ingin berlama lama. Gadis itu langsung saja pergi dari sana hendak masuk ke kelasnya.

Daffa menarik tangan Naya mencegahnya untuk pergi.

"Lo kenapa?" Tanya daffa dengan serius.

Naya membalas menatap Daffa juga dengan serius. "Gue, udah moveon dari lo"

"Jadi, ngak usah kejar gue lagi. Cari aja cewek lain yang lebih baik dari gue."

"Gue ngak pantes buat lo"

👟👟👟👟

Hari ini pak Wiserman sakit. Kelas jadi kacau karna tak ada guru. Berbagai kegiatan aneh bin ajaib tercipta di suasana seperti sekarang ini.

Beberapa kelompok anak perempuan ada yang berkumpul sambil bercerita ria tentang oppa oppa korea yang mereka banggakan. Kelompok lainnya ada yang ketawa ketawa ngak jelas. Ada yang sedang asyik mencatok rambutnya.

Dan yang paling parah, ada yang lagi asik dangdutan ngak jelas. Nauzubillah.

Kelompok laki laki ada yang membuat konser dadakan dengan beberapa peralatan yang terlalu meinstream untuk dijadikan alat musik. Misalnya sapu dan meja. Suara berisik mereka menambah keramaian di kelas. Ada juga yang bermain kejar kejaran dalam kelas seperti anak kecil.

Daffa tak tertarik dengan semua itu. Dia lebih memilih untuk menyendiri sambil bermain mobile legend di androidnya.

"Woi Daffa ! Mojok mulu lo sama tu hp. Lo minat gabung boy band ngak? Kekurangan dancer ini" teriak Habib memanggil Daffa . Tapi cowok itu tetap fokus pada game nya.

Habib lalu berjalan mendekati Daffa yang sedang bermain hp di kursi guru.

Habib lalu menendang pelan kursi tersebut. "Lo budek apa gimana hah?"

Berandal kelas vs bidadari kelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang