I'm in love with you

190 14 0
                                    

Kurasa bahkan diriku sendiri tak mampu untuk menolak tawaran eomma, apalagi beliau begitu bahagia ketika kau hanya mengangguk saat beliau menjodohkanku dengan salah seorang putri temannya yang sangat kaya raya.
" Eomma tahu sebagai seorang lelaki ini pasti membuat harga dirimu terinjak-injak, tapi apa yang bisa eomma lakukan? Song Ha Eun begitu menyukaimu yang hanya anak seorang biasa" kata eomma suatu hari. Jadi hari ini aku dengan setelan jas mahal yang... ah! dulunya hanya bisa kuimpikan saja berdiri disamping altar bersama kakak ipar ku dengan tenang, mencoba lebih tepatnya.
" Kau gugup?" tanyanya.
" Saya rasa jika itu berhubungan dengan pernikahan, tak peduli apakah hal itu terjadi dengan adik anda atau bukan, sepertinya saya akan tetap gugup" kataku dan dia tertawa, tawa yang menyenangkan. Aku baru saja tahu jika kakak ipar ku ini seumuran denganku.
" Bersiaplah, dia sudah datang," bisiknya lalu turun dari altar menuju nyonya Song Ha Eun yang tak lain adalah ibunya, mertuaku.
Denting piano mengiringi langkah gadis itu dengan ayahnya, langkah anggun nan cantik, secantik wajahnya. Jujur saja rasanya aku sulit bernafas ketika aku harus menerima tangannya yang di serahkan oleh ayah mertuaku, tangan lentik dan lembut, dia begitu memesona.
" Kau sudah siap?" tanya pendeta di depanku. Aku melirik calon istri ku yang begitu tenang, kurasa aku juga harus siap sedia bukan? Jadi aku mengangguk dengan mantap dan beliau menuntunku mengucapkan janji suci.





" Kau tahu Rae in? Suamimu begitu tampan" kata Eun Ha, aku memutar bola mataku malas.
" Sudahlah Eun Ha, jangan membahas suami Rae in. Kau lupa jika Rae in masih tak bisa melupakan Nam Joon?" aku melirik Jae Hee yang tersenyum tanpa merasa bersalah.
" Eh... kalian ini. Rae in kau tak apa kan?" tanya Chan Mi yang hanya diam sejak tadi. Aku menghela nafas.
" Bisakah kalian tak membahas apapun tentangku dan pernikahanku? Aku lelah" kataku dan langsung berjalan meninggalkan mereka. Aku berjalan menuju tempat khusus yang di sediakan untuk pasangan pengantin baru yang sedang di mabuk cinta, berbeda denganku yang baru saja bisa melihat wajah suamiku, aku takkan senang meskipun aku harus berduaan dengannya barang beberapa menit saja.
Sebut aku egois, aku tahu, tapi mau bagaimana lagi? Pertama aku tak pernah mengenal tuan Kim Jiwon ini, kedua aku terpaksa putus hubungan dengan kekasihku Nam Joon karena eomma yang memaksaku, ketiga... aish! lupakan saja! Memikirkannya saja sudah membuatku malas apalagi jika_
" Annyeong.." suara seseorang menghentikan gerutuanku membuat ku menoleh. " Ummm, apa aku boleh masuk?" tanyanya. Aku hanya menganggukkan kepala lalu berpaling. Aku benar-benar tak tertarik dengan tuan eye-line ini. Dia pun masuk kedalam ruangan ragu ragu, berdiri agak jauh dariku.
" Yunhyeong-ssi mencari anda, anda tak ingin menemuinya?" tanyanya dengan bahasa formal. Aku menyipitkan mata.
" Tunggu, apa kau bilang? Anda?". Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
" M-maksudku... kau_"
" Aish, sudahlah.. lupakan saja" kataku ketus. Tuan eye-line itu hanya memalingkan wajah. Aku kasar ya? Bukan urusan ku.
" Kalau begitu aku akan meminta Yunhyeong-ssi untuk datang menemuimu disini" kemudian dia pergi.






Persetan dengan apapun yang dia lakukan, tapi dia benar-benar meminta Yunhyeong oppa untuk mendatangiku setelah dia pergi.
" Jangan terlalu kasar padanya" kata Yunhyeong oppa memulai percakapan. Aku hanya menghela nafas. " Hey dengar, Bobby itu laki laki yang baik, kau harus bisa menerimanya"
" Heol! Apa oppa bercanda? Oppa seharusnya mengerti perasaanku.. bayangkan saja tiba-tiba aku di nikahkan dengan laki-laki bernama Kim Jiwon atau Kim Bobby... entah siapalah itu, dan aku dipaksa untuk putus hubungan dengan Nam Joon.. apa mereka semua sudah gila?!" Yunhyeong oppa tersenyum. " W-wae? Wae? Kenapa oppa tersenyum seperti itu?" tanyaku, oppa menghela nafas.
" Setidaknya Bobby adalah orang yang sangat baik, daripada Nam Joon yang lebih sering membuatmu menangis ketimbang tertawa"
" Yya! Jaga ucapan oppa! Jangan bicarakan Nam Joon-ku seperti itu!". Entah karena begitu kesal atau apa aku sampai berteriak padanya, membuat ekspresi tak terbaca pada raut wajah Yunhyeong oppa. " Mian" kataku, Yunhyeong oppa menghela nafas.
" Kukira semudah aku menerimanya kau juga akan begitu" kata Yunhyeong oppa lalu berdiri. " Ternyata memang sulit untukmu menerimanya, tak ada gunanya juga memaksa"
" Oppa....."
" Mianhae, oppa harap kau akan bahagia nanti" katanya sambil tersenyum, membuat perasaan bersalah, marah, jengkel bercampur aduk menjadi satu. Yunhyeong oppa kemudian pergi menemui para tamu, meninggalkan aku sendiri. Eomma... eotteokhae..?






Aku sudah membuat kesalahan besar dengan meminta Yunhyeong untuk menemui Rae in, seharusnya ku katakan saja jika Rae in benar-benar sedang tak ingin bertemu dengan siapa pun.
" Aish! Jeongmal!" gerutuku.
" Kau harus berusaha keras bob, ini sulit" kata Yunhyeong setelah berdiri disampingku.
" Seharusnya saya tak pernah menerima pernikahan ini dengan mudah"
" Jangan berkata seperti itu.. kau tahukan alasan eomma memilihmu selain karena kau adalah orang yang sangat baik?" tanyanya, aku mengangguk. Memang ada beberapa alasan yang tak bisa di jelaskan oleh eommeonim ( ibu mertua) pada orang lain, termasuk pada anak gadisnya, Rae in.
" Maaf sudah membuat anda bertengkar dengan adik anda" kataku setelah terdiam lama.
" Tak apa, tapi... kau harus menghilangkan kebiasaan memanggilku dengan sebutan anda, kita kan seumuran.. lagi pula terdengar menjengkelkan." Aku tertawa sumbang, pasti Yunhyeong menyadari tawaku.
" Takbusah dipikirkan, toh nanti dia akan menyadari sesuatu, cepat atau lambat" katanya membuatku tersenyum miris.

IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang