Virginia, day 1

29 4 0
                                    

  Selama makan malam Rae in tak banyak berbicara, dia hanya memperhatikan kami yang sedang berbicara dan tertawa mendengar lelucon ayah hari ini ketika pergi bekerja tadi. Awalnya ku khawatir apakah dia sudah bosan disini? Tapi melihatnya yang menikmati makan malam dan terlihat bahagia membuatku akhirnya tak begitu memikirkan apapun.. aku mulai tenang dan ikut tertawa..
  Seiring bertambahnya malam, Raon sudah tidur di pangkuan Rae in, dia begitu menempel pada Rae in sampai-sampai menangis ketika di ajak ibunya ke kamarnya sendiri untuk tidur. Rae in meyakinkan Jeeyoung noona agar tidak khawatir dan Jeeyoung noona pun mengiyakan karena Jiun hyung pun merengek ingin berdua saja membuat Eomma tertawa dan mengatkan apa kita semua harus tidur bersama-sama agar adil?
       "Eomma... tidakkah Eomma ingin satu princess dirumah?" kata Jiun hyung membuat Jeeyoung noona menutup mukanya yang memerah. Mendengar itu semua orang tertawa bahkan Raon pun tertawa dan mengatakan i want princess too tanpa menyadari artinya karena masih kecil membuat seisi rumah kembali tertawa dan menatapnya gemas.
Aku duduk di samping Rae in yang menatap Raon takjub, mengusap kepalanya lembut.
       "Dia lucu kan?" tanyaku. Rae in mengangguk tersenyum begitu cantik dengan rambutnya yang dia selipkan di telinganya. Aku selalu menyadari kalau Rae in adalah wanita cantik, tapi aku tak pernah menyadari jika dia adalah wanita"ku" yang sangat cantik dan mampu membuatku lemah hanya dengan menatapnya seperti ini.
       "Kenapa menatapku seperti itu.. kau tidak tidur?" tanyanya.
       "Nde?" Aku baru tersadar jika menatapnya begitu lama. Bodoh. Rae in kembali tersenyum.
       "Kau tau Bobby... ku sempat ragu ketika berada didalam pesawat tadi, apakah aku harus ikut denganmu? Apakah tak apa jika aku pergi dalam keadaan marah dan sedih? Apa aku takkan menghancurkan segalanya ketika berada disini? Semua perasaan itu lenyap ketika Eomma memelukku, beliau berkata kenapa baru sekarang... Eomma begitu merindukan mu... bahkan Eomma selalu bermimpi tentang mu dan membuat Eomma tak enak makan..." Rae in menghela nafas. "Mungkin hanya hal-hal kecil seperti itu tapi semuanya membuatku merasa aku harus melakukan sesuatu untuk Eomma.. setidaknya ketika kita kembali nanti Eomma dapat memiliki kenangan indah bersama" aku tersenyum. Jika bisa aku ingin memeluk mu sekarang, aku ingin mengatakan kalau aku begitu menyayangimu dan bahkan diriku sendiri juga ingin kau memiliki kenangan indah bersama, batinku.
       "Kau tak ingin menidurkannya di atas ranjang?" tanyaku pada Rae in ketika kembali melihat keponakan keayangan nya (pasti).
       "Nde? Ah.. iya, bisakah kau membantuku? Raon agak sedikit berat" aku tertawa sembari mengambil Raon dari pangkuan Rae in menidurkan nya diatas ranjang.
       "Dia memang berat... bahkan Jiun hyung sering memanggilnya dwaeji (babi)"
       "Dwaeji?" Rae in tertawa terbahak-bahak membuatku sedikit khawatir Raon terbangun, tapi nyatanya dia tertidur begitu pulas. "Kenapa Jiun oppa memanggilnya dengan sebutan itu? Apa Raon sangat suka makan?" tanyanya. Aku kembali duduk di hadapannya.
       "Ummm kurasa seperti itu, dia banyak minum susu, dan dia juga punya pipi seperti ini... lihat, aku bahkan tak percaya pipinya begitu besar ㅋㅋㅋ" Rae in kembali tertawa.
       "Hei" panggilku ketika kami sama-sama terdiam. Rae in melihatku. "Tidurlah, sudah malam"
       "Ah... umm kau juga" aku mengangguk lalu beranjak dari sisinya, membiarkan Rae in membaringkan tubuh lelahnya.
       "Tidurlah"
       "Kau mau kemana?" tanyanya.
       "Aku? Aku ingi mencari angin sebentar.. kau tidurlah dulu"
       "Umm" katanya. Ketika sampai di pintu Rae in memanggilku. "Jangan lama-lama, sudah malam, cepatlah kembali lalu beristirahat" aku tersenyum.
       "Aku akan kembali nanti... bye"











       "Bagaimana dengan istrimu?" tanya Appa padaku ketika kami sedang berjalan pulang dari market terdekat. Ketika aku keluar dari kamar tadi kulihat Appa yang sedang bersiap-siap keluar. Ketika kutanya beliau berkata ingin membeli beberapa barang di market tak jauh dari rumah, jadi kuputuskan untuk menemani beliau keluar.
       "Dia baik-baik saja..."
       "Bagaimana denganmu?"
       "Aku? Ada apa denganku?" Appa tertawa.
       "Aku adalah ayahmu, aku tau ada sesuatu yang terjadi pada anakku. Apa kalian berdua baik-baik saja?" tanya beliau sekali lagi, menuntunku duduk di taman. Aku menunduk... apa yang harus ku ceritakan pada Appa.. "Kau tau... ayah dulu tak begitu mencintai ibumu, yang ayah tau ibumu adalah wanita baik hati yang bisa memberi kebahagiaan pada ayah lebih dari yang ayah minta dan saat itu juga ayah memutuskan untuk hanya mencintai ibumu, bukan yang lain" Appa membukakan kaleng minuman soda untukku kemudian aku melakukan hal yang sama sebagai tanda kesopanan. "Dengar, apapun yang terjadi pada kalian berdua, entah buruk entah baik, tetap cintailah istrimu, jangan lepas dia dari hatimu, tentukan tujuan mu bersamanya, apa kau benar-benar menginginkannya atau tidak, apa kau benar-benar membutuhkannya atau tidak, apa kau benar-benar berharap dia akan selalu ada disisi mu atau tidak. Jangan selalu mengikuti arus air, kau juga harus menentukan kemana air harus membawamu ke tempat dimana kau ingin berlabuh, kau mengerti?" kata Appa. Aku tersenyum mengangguk.
       "Appa... sebenarnya kami.." aku terdiam bingung harus bagaimana menceritakannya pada Appa. Jujur saja aku tak benar-benar menceritakan keadaanku yang sebenarnya kepada keluargaku, hanya Jiun hyung yang tau apa yang sebenarnya terjadi selama setahun setengah ini. Eomma Appa ku pun hanya tau kalau aku dan Rae in sama-sama sibuk dan kami jarang berbicara karena itu. Jadi aku ragu jika harus mengatakan hal yang sebenarnya pada Appa, aku tak ingin membuatnya sedih ataupun kecewa.
       "Jangan bercerita jika sedang tidak bisa, jangan memaksakan diri." Kata Appa.
       "Nde" kataku lalu meminum soda ku.
  Selama duduk di taman, Appa banyak bercerita segala sesuatu yang terjadi di Virginia selama aku tak ada. Sesekali kami tertawa, sesekali sedih menghinggapi dan sesekali rasa syukur menggembung dalam dada. Entah apa yang dipikirkan oleh orang lain, yang kutahu aku sangat bersyukur memiliki ayah seperti ayahku, ibu seperti ibuku, saudara seperti saudara-saudaraku dan hidup dengan caraku, bukan dengan paksaan bahkan keinginan orang lain. Hanya saja mungkin terkadang aku sering kali melakukan hal bodoh, banyak hal bodoh... merasa tak mampu, banyak menyalahkan dan tentu saja mengeluh. Kau hanya lelah, kata Jiun hyung suatu hari ketika aku menelponnya mengeluhkan Rae in.. mungkin Jiun hyung benar, aku hanya lelah dan aku membutuhkannya juga keluargaku.
       "Besok ayah mau pergi ke pantai mengunjungi tempat yang akan dijadikan lokasi pertemuan beberapa karyawan di kantor ayah, kau mau ikut? Dengan istri mu?" tanya Appa ketika kami sudah sampai dirumah.
       "Akan ku tanyakan pada Rae in besok" kataku.
       "Kalau begitu tidurlah, sudah larut malam..."
       "Nde..." dan ayah pun masuk kedalam kamarnya. Aku tersenyum merasa ada kelegaan tersendiri dalam hatiku. Mungkin lelahku sudah hampir hilang. Jadi dengan langkah ringan aku menuju kamarku, masuk kamar dengan mengendap-endap.
       "Kau baru pulang?" Aku menoleh mendapati Rae in yang masih terbangun dengan sesuatu di kedua tangannya. Raon... tentu saja tidur dengan pulasnya.
       "Kau belum tidur?" tanyaku lalu menyeret kursi duduk di sampingnya.
       "Aku tak bisa tidur... jadi aku melihat-lihat kamarmu dan menemukan album lama milik mu.. ini fotomu kan?" tanya Rae in sembari menunjukkan isi album lama ku. Aku tersenyum mengangguk. "Ah.. kau sangat mirip dengan Raon.. seperti kembar"
       "Benarkah?"
       "Hmmm" Rae in mengangguk kembali membuka-buka album lamaku, memperlihatkan gambaranku ketika masih kecil.
"Kau punya rambut agak panjang dulu?" Tanyanya menunjuk salah satu fotoku.
       "Itu ketika aku masih SMP.."
       "Mana foto SMA mu?" Rae in langsung membuka-buka lembaran album.
       "Tidak ada.. aku di seoul ketika sma, jadi aku tak punya foto semasa SMA"
       "Yah... kenapa tidak punya.. kan aku ingin melihatmu ketika SMA" aku tertawa pelan.
       "Untuk apa? Kan ada aku yang asli sekarang... kenapa mencari fotonya? Pandangi saja aku sampai bosan... aku tak keberatan kok" Rae in merengutkan wajah membuatku gemas. "Sudah ayo tidur" kataku mengusap rambutnya.
       "Ah... tapi aku masih ingin melihat-lihat..."
       "Besok saja.." aku mengambil album lamaku, meletakkannya di meja samping ranjang. Wajahnya mulai memelas, menujukkan ekspresi imut seperti kucing. "Tidur.." aku mengacak rambutnya pelan lalu berjalan ke sisi ranjang yang lain.
       "Tapi besok kau harus..."
       "Iya... ayo tidur" dan ku pun tidur dengan perasaan bahagia, entah besok.

IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang