Bawa aku pergi

42 6 0
                                    

Eomma sudah pulang sejak beberapa hari yang lalu. Awalnya aku sangat bahagia karena yah... Eomma ku pulang... tapi pada hari kedua Eomma benar-benar kembali menjadi ahjuma cerewet. Selalu mengomel, rumah kembali ramai, tapi aku suka karena aku tak usah setiap hari mengkhawatirkan keadaannya di Rumah Sakit. Tapi disaat hari-hari ramai yang memenuhi seisi rumah beberapa waktu lalu, hari ini rumah tiba-tiba terasa sepi. Bukan... semua orang dirumah bahkan Yunhyeong oppa yang biasanya ada di apartemennya sekarang ada di rumah sejak tadi pagi, aku tak tau apa yang terjadi yang jelas Eomma bertingkah aneh.
"Kau sudah menyuruh suamimu turun?" tanya Eomma setelah hanya berdiam sejak tadi pagi. Aku menoleh.
"Eomma apa kau sakit?" tanya ku tanpa menghiraukan pertanyaan nya. Eomma ku menatap heran aku sudah merasa beliau akan menyemprot ku dengan omelan omelannya seperti biasa tapi malah sebaliknya Eomma memelukku lalu berbisik.
"Eomma ingin sesuatu..." aku menutup mata, sudah kuduga.
"Apa? Pagi pagi seperti ini meminta sesuatu" Eomma tertawa.
"Panggil saja suami dan kakakmu untuk sarapan, nanti akan Eomma beritahu sambil makan, hmm?" Aku menatap Eomma curiga, tapi ah sudahlah... mungkin Eomma ingin berlibur karena jenuh.
Aku berjalan menuju kamar Yunhyeong oppa diatas, disamping kamarku. Biasanya ketika Yunhyeong oppa baru sampai dirumah dia akan membuat gaduh kamarnya dengan membereskan segala sesuatu yang ada dikamarnya. Tapi kali ini kamarnya sepi sekali... apa dia sedang tidur?. Aku mengetuk pintu perlahan kemudian membukanya melihat Yunhyeong oppa yang sedang menatap layar komputer dengan senyuman aneh.
"Kau sedang apa?" tanyaku membuat Yunhyeong oppa terperanjat dan langsung mematikan komputer nya.
"Kau... kenapa tidak mengetuk pintu?" tanya Yunhyeong oppa, wajahnya sedikit memerah. Aku mengernyit heran. Aku berjalan memasuki kamarnya.
"Kenapa terlihat gugup? Apa yang kau lihat tadi?" Selidikku sambil menyipitkan mataku padanya.
"Aish.. kau ini, ayo keluar" kata Yunhyeong oppa menahanku. "Mau apa kesini?" Aku berhenti.
"Eomma memintamu turun untuk sarapan" kataku sedikit mengintip layar komputer yang sudah mati. "Ayo turun"
"Eoh.. tentu saja, setelah ini... kau keluarlah dulu" kata Yunhyeong oppa.
"Apa kau liat video porno?"
"Ye?!! Anieo... tak mungkin oppa mu ini melihat hal seperti itu.. kau ini"
"Lalu kenapa kau berkeringat?" tanyaku dengan ekspresi datar. Yunhyeong oppa membelalakkan matanya.
"Aish kau ini... akan ku ceritakan nanti apa yang kulihat tadi, kau keluarlah dulu.. aku mau menyelesaikan pekerjaan ku dulu" lalu Yunhyeong oppa mendorongku keluar dari kamarnya dan langsung menutup pintu dibelakangku dan meneriakkan kata saranghae sebelum mengunci kamarnya. Aku menghela nafas.
"Apa harus seperti itu? Kan aku hanya bertanya... dasar laki-laki"
Aku kembali berjalan, kali ini menuju kamarku. Tadi pagi ketika aku bangun Bobby sedang menatap laptopnya mengerjakan sesuatu di meja dekat jendela, apa dia masih di posisi itu?. Aku membuka pintu perlahan mengintip kedalam, kulihat Bobby tertidur pulas meletakkan kepalanya diatas meja kerja dan laptopnya masih menyala. Aku menghela nafas tersenyum kemudian memasuki kamar.
Kamarku terlihat rapi, tentu saja pasti Bobby menyempatkan diri untuk merapikan kamar sebelum kembali bekerja. Aku mendekatinya, mug kopi disampingnya sudah kosong tak bersisa, apa dia semalaman begadang? Mungkin saja... akhir akhir ini perusahaan sedang kacau karena yah... aku tak tahu apa yang terjadi, tapi setiap kali Bobby pulang dia selalu terlihat kelelahan dan stress, dan seperti biasa aku tak akan berani menanyakan apapun padanya karena "malam itu" yah... lupakan saja.
Aku menarik satu kursi untuk duduk disampingnya. Dia terlihat begitu lelah dan pulas dalam tidurnya. Menatapnya dalam diam seperti ini, tanpa dilihat oleh siapapun membuat jantungku berdetak lebih lambat dan tenang. Mata sipitnya, hidungnya yang tak terlalu besar, bibir yang terkadang terlihat penuh, rahang kuatnya tang selalu membuat beberapa temanku iri karena selalu membuat Bobby terlihat begitu keren. Kenapa disaat semua teman gadisku menggilai seorang lelaki yang tiba-tiba menjadi suamiku, aku sama sekali tak mempunyai perasaan apapun padanya terlebih ketika pertama kali kami bertemu di altar pernikahan, aku begitu membencinya. Aku tak mengerti apa alasanku untuk membencinya tapi sekarang aku tau... dia selalu dan akan terus menjadi orang yang lebih baik dari kekasihku (jika boleh kukatakan seperti itu) Kim Nam Joon, dan aku marah karena itu.
"Yya.. pabo ya.. jangan lihat aku seperti itu" gumam Bobby membuatku terperanjat. Dia... bangun? Tapi matanya tertutup. Aku melambaikan tangan di depan wajahnya, Bobby kembali bergeming seperti tak ada apapun yang terjadi.
"Apa dia mengigau?" gumamku. Aku pun menghela nafas ikut meletakkan kepalaku diatas meja tetap menatapnya. "Kenapa kau baik sekali?" kataku.
"Karna aku mencintaimu" Aku kembali terperanjat. Bobby membuka matanya. "Jangan menatapku seperti itu lagi, eoh? Apalagi ketika aku sedang tidur.. aku malu" dia menegakkan tubuhnya meregangkan badan lalu kembali melihatku yang tetap meletakkan kepala diatas meja karena masih terkejut. Dia tersenyum.
Bobby menahan kepalanya dengan satu tangan dan menatapku. Aku yang masih meletakkan terlihat bodoh, tapi aku tak bisa bergerak entah kenapa. Dan sekarang kalian tau kenapa aku begitu bodoh.
"Jangan menatapku..." kataku menutup wajah dengan satu tangan. Dia tertawa. Wajahku pasti sudah semerah kepiting rebus sekarang.
"Kenapa tidak boleh? Tadi kau menatapku lama sekali.. sekarang biarkan aku menatapmu"
"Tidak mau... aku malu.." kataku. Bobby terdiam, dia sama sekali tak mengeluarkan suara, aku melihat dari sela-sela jariku, melihatnya sedang melihat-lihat ponselnya membuatku sedikit kecewa. Akupun menurunkan tangan lalu duduk tegak disampingnya menatap keluar jendela.
"Wae?" Aku menggeleng.
"Terkadang aku berpikir kenapa kau bertahan denganku, aku bukanlah orang yang baik" kataku. Bobby tersenyum.
"Kau tau? Eomma ku selalu berpesan untuk selalu bersikap baik pada semua orang yang kutemui, karena tak ada salahnya untuk berbuat baik" dia menoleh. "Jadi jangan tanyakan mengapa atau jangan menyuruhku untuk menyerah.. karena aku masih ingin berbuat baik dengan mencintaimu sepenuhnya". Aku terdiam lalu tersenyum.
"Ayo sarapan.. tadi Eomma memintaku untuk memanggil mu" aku berdiri, melihatnya yang tetap menatapku membuatku gemas. "Wae?" Bobby kembali meregangkan badannya.
"Aku malas berjalan... bisa menggendongku?" tanyanya seraya tersenyum jahil.
"Yya... shireo (ngga mau)"




IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang