Aku mendengarkan penjelasan Yunhyeong dengan seksama tentang siapa June, darimana asalnya, apa dia tak berbahaya untuk Rae in... dan benar saja aku langsung mengerti kenapa aku begitu cemburu ketika mendengar namanya disebut melebihi nama si brengsek Nam Joon. June adalah sahabat Rae in... usia mereka hanya terpaut beberapa bulan dan mereka sudah tak terpisahkan sejak tangis Rae in pertama, bahkan ketika Rae in mengalami menstruasi pertamanya June lah yang pertama kali tau... sialnya semua hal itu membuatku cemburu dan aku benar-benar tak bisa mengatakan apapun. Aku hanya tersenyum dan kembali ke kamarku. Aku menekuri semua hal yang dikatakan Yunhyeong tadi... "Mereka sangat akrab... jika ada orang yang tak kenal kepada mereka pasti mereka akan disangka sepasang kekasih.. bahkan mereka tak jarang tidur bersama"... apa memang ada ya sahabat yang sampai tidur bersama seperti itu...
"Orang pertama yang mengetahui tentang menstruasi pertamanya? Ch... aku benar-benar tak percaya... tak ada hubungan sahabat antara laki-laki dan perempuan.. aku tau pasti... hubungan itu tidak ada... pasti mereka lebih dari itu... tapi... aaah... kenapa aku harus sebingung ini..." aku membenamkan wajahku kebantal. "Kau membuatku gila Rae in-ah..."Aku bangun pagi-pagi karena tak ingin merepotkan Rose. Oh ya.. aku belum menceritakan apa yang terjadi tadi malam? Tadi malam benar-benar malam panjang yang melelahkan. Setelah seharian aku menangis dan kebingungan, gadis cantik berambut light gold blonde yang menyelamatkan ku dari dinginnya koridor mess menangis tersedu-sedu karna ku. Ku benar-benar merasa bersalah karna sok tahu tentang masalahnya, ketika dia menceritakan keseluruhan cerita padaku.. ku merasa sangat malu dan bodoh.. jadi ku berusaha menemaninya sampai dia tenang setelah itu kami baru berkenalan dan tidur di kamar terpisah (tentu saja, toh ruangan mess nya sangat luas dan ada tiga kamar didalamnya, kurasa salah satunya adalah kamar tamu, entah kamar yang lain.. oh... dan dia adalah keponakan pemilik YG corp ya tuhan aku sangat malu) dan pagi ini aku akan memasakkan sesuatu untuknya, aku tak ingin terlalu merepotkan.
"Selamat pagi" sapa Rose.
"Oh.. anda sudah bangun?" kataku seraya tersenyum.
"Ah.. nde... tapi... mari berbicara banmal (informal)... bukankah kita seumuran..." katanya, aku tersenyum lebar.
"Tentu saja.." setelah itu aku menyuguhkan pancake yang ku buat padanya. Setelah tadi malam kami sudah mulai bisa sedikit memahami satu sama lain karena sama-sama memiliki nasib buruk mengenai lelaki, ha ha.. tapi tetap saja jika mengingat hal yang terjadi tadi malam dengan kepedean ku... ouch... benar-benar tidak bisa dimaafkan.
"Apa hari ini kau akan menemui Goo Junhoe?" tanya Rose disela-sela suapannya.
"Umm, aku sudah menghubunginya tadi pagi... mungkin dia akan kemari..." Rose tiba-tiba tersedak. "Oh... gwaenchanha? Apa kau tak apa?" tanyaku panik lalu memberikan air minum. Dia mengangguk.
"Aku tak apa... tapi, kapan June akan datang?"
"Umm entahlah.. mungkin..."
"Ting tung..."
"Sekarang! Aku akan membuka pintu nde?" Kataku langsung beranjak ke pintu. Aku berjalan dengan semangat menuju pintu, mendapati June yang bangun tidurmembuatku tersenyum lebar kemudian memeluknya.
"Gwaenchanhayeo?" tanyanya hawatir. Aku mengangguk. "Aish dasar bodoh! Kenapa selalu membuat orang hawatir?! Kenapa tiba-tiba menghilang begitu saja?! Kau..."
"Yya... kan sudah kukatakan kemarin aku..."
"Jangan menurutinya lagi?! Kenapa kau terus menerus menuruti lelaki kejam sepertinya, eoh?!" June berkata dengan suara keras membuatku diam seribu bahasa. "Uljima" katanya dingin.
"Iya...." kataku.
"Lain kali kau harus benar-benar mendengarkan Yunhyeong hyung, eoh? Suamimu juga.. jangan sampai meninggalkannya meskipun kau tak menyukainya" nada suaranya menurun. Aku kembali mengangguk seperti anak anjing. "Kau mengerti tidak?!"
"Iya iya... aku mengerti..." dia tersenyum.
"Apa kau sudah makan?" tanyanya.
"Uhm.. aku sedang makan dengan Rose.. kau mau bergabung?"
"Nde? A-ani... untuk apa" jawabnya tergagap.
"Ya mungkin saja... bukankah kau dengan 'cerita dadakan mu' mengatakan bahwa kau kerja di YG corp ya?" kataku masih sebal karena dia baru menceritakan semua hal ketika kami bertemu. Kalian tau? Dia pergi ke jepang, tapi nyatanya diterima di YG corp di amerika.. dia kembali ke korea hampir satu bulan lebih dan aku baru mengetahuinya beberapa hari yang lalu... dasar monyet bodoh.
"Yya... tak semudah itu aku bisa makan dalam mess atasan ku dan..."
"Kau boleh makan..." sela Rose dari belakang ku, aku menoleh, dia tersenyum kaku, ku tatap June yang terlihat frustasi tiba-tiba. Jika kalian tak mengenalnya kalian tak akan tau kalau dia sedang dilanda krisis kepanikan tanpa ekspresi. "Didalam.. dengan Rae in tentu saja.." lanjutnya.
"A... aku... sebaiknya aku..."
"Ah... mungkin lain kali Rose... June sedang... otaknya sedang tidak dapat mencerna sesuatu... mungkin nanti... aku akan membawanya ke mess... oke.. aku akan kembali" selaku lalu mendorong June keluar berjalan ke mess nya, sebelum masuk aku kembali berkata 'akan kembali' lalu benar-benar masuk kedalam mess June.Hari ini aku memutuskan untuk belerja dari rumah. Aku benar-benar tak bernafsu untuk bekerja, bahkan Donghyuk bertanya apa aku mau dibantunya ketika dia datang ke rumah untuk membawa seluruh berkas yang ada di kantor?
"Tak usah, aku akan menyelesaikan semuanya disini sendiri, kau uruslah kantor, aku tak ingin semuanya berantakan... bukankah ada pembukaan hotel baru di Sokcho yang harus kita datangi?" Tanyaku terlebih pada kesadaranku sendiri karena pasti aku akan dimarahi paman nanti.
"Nde.. arassimnikka" katanya sambil menganggukkan kepala nya. Aku menghela nafas.
"Maafkan aku, aku benar-benar... kau tau.. Rae in... kurasa dia tertimpa sesuatu... biasanya dia memberi kabar padaku jika terjadi sesuatu... tapi ini aneh"
"Umm.. bukankah Nona Rae in tak pernah melakukannya?" tanya Donghyuk polos. Aku menutup mata.
"Pergilah.. kau harus ke Sokcho untuk mengurusi hotel" jawabku.
"Nde.. jeosonghamnida" kata Donghyuk dan mengatakan beberapa kata lalu dia pergi.
Mengkhawatirkan, begitulah keadaanku sekarang, sangat sangat mengkhawatirkan... aku tak nafsu makan, tak ingin melakukan apapun... ayolah Bob... ini baru sehari dia tak ada di rumah, bahkan biasanya kau tak akan bisa bertemu dengannya seharian penuh bahkan lebih karena sibuk di kantor.. tapi sekarang berbeda... aku tau itu. Jadi aku benar-benar memutuskan mengunci diri ku di kamar, maksudku ruanganku, ruangan khusus ku, yah.. untuk bekerja, dan.. ah sudahlah."Ah... baegopa (aku lapar)" gumam ku. Aku sudah memesan ayam tadi, tapi kenapa sampai sekarang belum datang? "Aish... apa aku harus makan ramyeon dulu? Atau keluar saja beli sesuatu? Argh... eomma aku lapar sekali"
"Ting tung.." suara bel pintu. Apa sudah datang? "Ting tung"
"Nde... jamkkanman..." kataku.
"Ting tung ting tung ting tung ting tung"
"Aish... ada apa dengan orang ini... iya.. sebentar... aduh..." gumamku sambil berlari karna bel pintu yang ditekan berkali-kali.
"Ting tung ting tung ting tung"
"Yya.. sebentar yatuhan... apa orang ini tidak tau jika.... " aku terdiam melihat seseorang yang datang. "J-jisoo?"
"Bobby? Kau..."
"Kalian sudah saling kenal?" Aku menoleh kearah gadis disampingnya.
"Gadis ini siapa?" tanyaku.
"Tunggu tunggu, kau... sejak kapan kau ada di..."
"Kau dulu yang harus menjelaskan padaku kenapa kau ada di...."
"Yya!! Geumanhae!!! (berhenti)" teriak gadis berambut orange pirang itu membuatku dan Jisoo yang tadinya sudah hampir meledak karena emosi jadi berhenti. Wajah bulatnya lucu sekali. "Bisakah kita masuk dulu sebelum kalian mulai bertengkar? Aku haus" katanya langsung masuk kedalam rumah.
"Yya yyaaa..."
"Ayam mex*cana!"
"Aish... hari ini...."Jujur saja kedatangan teman lama tiba-tiba... benar-benar bukan gayaku, dan dia kesini untuk mencari Rae in? Oh yang benar saja...
"Jadi... Kalian adalah teman lama?" tanya Lisa, gadis berambut orange pirang itu.
"Hmm kami teman lama, tapi Bobby tiba-tiba pergi setelah SMA dan tak ada kabar"
"Yya... kan aku sudah bilang aku ingin cari kerja.."
"Iya... tapi... tak kusangka kau sudah menikah... kukira kau tak akan menikah secepat ini" aku tersenyum. Aku juga tak menyangkanya.
"Jadi... oppa... apakah istrimu dan June benar-benar berteman?" tanya Lisa. Aku berpikir sebentar.
"Uhm... sejujurnya aku tak tahu apa-apa tentang June dan ada hubungan apa dengan Rae in, tapi jika kau beranggapan bahwa June merebutnya dariku.. kau menuduh orang yang salah. June adalah sahabat Rae in, Yunhyeong yang mengatakannya padaku, makanya aku percaya"
"Kau tak curiga sama sekali?" tanyanya lagi. Aku tertawa.
"Untuk apa? Buang-buang waktu saja"
"Pantas saja kau dicampakkan berkali-kali sejak dulu... kau tak pernah mengkhawatirkan apapun" sahut Jisoo membuatku kembali tertawa.
"Oh ayolah... itu sudah lama... kau masih marah padaku karna ketika itu aku tak menanyaimu ketika pergi ke klub malam-malam dengan jinny dan min ah?" Tanya ku. Jisoo memutar matanya membuatku kembali tertawa.
"Kalian dulu berpacaran?"
"Tentu saja tidak!!" Kataku dan Jisoo bersamaan.
"Wae?" Aku diam, membiarkan Jisoo menjawab pertanyaan adiknya.
"Bobby... dia terlalu..." Jisoo menatapku, aku tersenyum, katakan saja.. "Dia... dia menolakku" mulut Lisa membulat, ayam yang di makannya hampir saja jatuh jika saja tak dikeluarkannya dari mulutnya.
"Kau... ditolak?! Ditolak?! Bagaimana bisa.... yya kau.. oppa benar-benar menolak Unnie ku?" Aku menggeleng.
"Dia berbohong... lihat saja wajahnya" Lisa menoleh kearah kakaknya, gadis ini. "Lisa-ya... dengar, kami berteman sejak lama, kemungkinan kamu akan berpacaran tentu saja besar, tapi saat itu aku benar-benar tak memikirkan apapun hal tentang itu. Aku tak menolak Jisoo, bahkan Jisoo tak pernah menyatakan cinta padaku, dia menyatakan cinta pada orang lain..."
"Hoh.. jinjja?" Tanya Lisa lagi membuatku tertawa.
"Siapa? Aku tak pernah... jangan katakan..."
"Jung.... Jae... Won... laki-laki tertampan di seantero sekolah.. siapa yang tak menggilai laki-laki itu..."
"Yya! KIM JIWON KAU..."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LOVE
Randomkumohon berhentilah, jangan siksa dirimu sendiri dengan mencintai ku seperti ini.. #Song Rae In aku tahu kau tak akan suka, aku bahkan tak ingin memaksamu, aku hanya ingin melihatmu tersenyum, itu saja. #Kim Bobby