Menyadari setiap harinya, detik demi detik, waktu berlalu perlahan , kesedihan berganti kebahagian dan sebaliknya, orang yang datang dan pergi, kenangan indah yang bisa jadi menjadi buruk juga sebaliknya... Saat ini yang bisa kulakukan hanyalah menatap seorang gadis yang sudah membuatku sangat mencintainya bahkan jika dia tak akan pernah memandangku sebagai manusia yang tertidur lelap disampingku setelah berjam jam menangis, menyadari bahwa dia sangat merindukan ayahnya.. satu-satunya seseorang yang dapat menyenangkannya hanya dengan tersenyum. Aku menghela napas berat, Yunhyeong beberapa kali memastikan kalau adik kecilnya baik-baik saja dan nyatanya tidak seperti itu, Rae in tertidur dalam sedih, wajahnya menyiratkan kalau dia sedang "sakit", dan aku tak bisa melakukan apapun.
"Bawa aku pergi... ku mohon bawa aku pergi dari sini" hanya itu yang kuingat ketika dia menangis tadi...
Perlahan aku mengusap kepalanya, mengucapkan doa dalam hati, semoga dia selalu di berkati dengan kebahagiaan, semoga dia akan bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya bahagia selalu, tidak seperti ku yang hanya bisa menatapnya dari jauh ketika dia menangis.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, Jiun hyung menelfon.
"Disana kan sudah malam... kenapa menelfon?"
"Eomma sakit" jawab Jiun hyung datar, ada sesuatu yang salah.
"Hyung... kau.. kau baik-baik saja kan?" tanya ku khawatir.
"Tadi sore Eomma pingsan di kebun belakang, aku tak tau apa yang terjadi, dokter belum mengatakan apapun dan Eomma masih belum sadarkan diri.. pulanglah Jiwon-ah... kumohon" suaranya terdengar begitu putus asa. Aku tau Eomma.. dia adalah wanita yang sangat kuat.. ada apa dengan Eomma... mataku mulai berkaca-kaca.
"Aku akan pulang sekarang.. aku akan kesana" lalu sambungan telfon terputus. Aku kembali menatap Rae in yang masih tidur. Apa aku harus meninggalkannya? Mungkin aku harus ke kamar Eommeonim dulu.
Aku berjalan ragu ke kamar beliau, berpikir apakah tak apa jika aku pergi tanpa memberi tahu Rae in? Mungkin dengan aku pergi sebentar dia tak akan sedih lagi, mungkin...Yunhyeong menghampiriku yang tengah berdiri di depan pintu Eommeonim, bertanya ada apa...
"Akan ku pesankan tiket penerbangan pertama siang ini, kau masuklah tak apa" Aku menghirup udara banyak-banyak lalu mengetuk pintu perlahan kemudian masuk. Eommeonim sedang merajut sesuatu, aku tak tahu kalau beliau bisa merajut.
"Ah.. Jiwon-ah... masuklah, ada apa" tanya beliau, aku berdiri di sampingnya.
"Eommeonim.. saya.. saya harus pulang ke Virginia" kataku ragu. Eommeonim menatapku.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba sekali?"
"Eomma..." aku menggantung kata-kataku, tak tau harus mengatakan apa, ku takut beliau ikut khawatir.
"Ada apa dengan Ibumu? Apa dia sakit?" tanya Eommeonim. Suaranya terdengar sedikit panik, dan dengan terpaksa aku bercerita apa yang telah dikatakan oleh Jiun hyung tadi. "Yatuhan... bagaimana bisa... yasudah pergilah, tak apa... sampaikan salamku pada ibumu.. semoga lekas sembuh.."
"Nde .. kalau begitu saya permisi" dan setelah itu aku kembali ke kamar mengambil koper dan memasukkan beberapa baju dan keperluan ku selama disana.
Rae masih tertidur ketika aku membereskan koperku tadi.. apa sebaiknya aku membangunkannya lalu mengajaknya? Apa tak usah? "Bawa aku pergi" aku ingat perkataannya lagi... apa seharusnya... ah sudahlah...
Aku merapikan kemeja ku lalu memakai jaket di luarnya, dan saat itulah Rae in tiba-tiba sudah duduk diatas kasur dan bertanya kemana aku akan pergi.
"Ah... Rae in-ah... aku.."
"Kau akan meninggalkan ku sendirian?" katanya. Aku berjalan mendekatinya lalu duduk di sampingnya.
"Eomma sakit... aku harus pulang"
"Aku ikut..." katanya seraya memasang wajah sedih.
"Sudah ku pesankan tiket pesawat untukmu, satu jam lagi akan berangkat" kata Yunhyeong ketika aku akan menjelaskan tiket pada Rae in. Rae in kembali menatapku.
"Apa kau benar-benar akan meninggalkan ku" tanyanya sekali lagi. Aku bingung tak tau harus mengatakan apa.
"Bobby-ah... kau harus pergi sekarang" kata Yunhyeong. Aku menghela nafas tertahan. "Akan ku pesankan satu lagi untuk adikku, kau harus membawanya". Aku menatap Yunhyeong seketika. Wajahnya sungguh tak menunjukkan satupun ekspresi. Aku kembali menatap Rae in yang juga terkejut dengan perkataan kakak nya. "Kau mau pergi atau..."
"Oke.. aku..." aku memegang tangan Rae in, meremasnya lembut. "Aku akan menunggumu di bandara... kau harus bersiap-siap... kau mengerti?" Rae in mengangguk. Sebelum berjalan keluar aku menyempatkan mencium keningnya berharap dia tau kalau aku akan menunggunya kemudian pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LOVE
Randomkumohon berhentilah, jangan siksa dirimu sendiri dengan mencintai ku seperti ini.. #Song Rae In aku tahu kau tak akan suka, aku bahkan tak ingin memaksamu, aku hanya ingin melihatmu tersenyum, itu saja. #Kim Bobby