Akan ku perbaiki (1)

62 11 0
                                    







       " Baik akan ku urusi sebentar lagi, nde". Aku menutup sambungan telfon.
  Pagi ku hari ini di mulai dengan pagi yang melelahkan, aku harus bangun jam lima pagi dan menandatangani berkas berkas yang di kirimkan lewat pos oleh pegawaiku dari luar korea. Apa dulu Abbeonim sesibuk ini? Pantas saja beliau kelelahan dan harus beristirahat untuk selama-lamanya, dan sebagai menantu yang baik aku harus menggantikan posisi beliau karena Yunhyeong juga harus memimpin perusahannya sendiri. Hhhh... dan aku harus secepatnya berangkat ke kantor karena ada rapat mendadak yang di adakan oleh samcheon ( paman) ipar ku. Ya tuhan... kurasa aku membutuhkan 'air laut' sekarang.
  Aku bergegas berjalan ke dapur mencari roti atau susu atau apapun yang setidaknya dapat meredam bunyi perut ku yang sudah seperti orkestra ini.
       " Kau sudah mau berangkat?" tanya Rae in.
       " Kau sudah di dapur? Sepagi ini? Tumben sekali" kataku tak menghiraukan pertanyaannya. Aku berhenti membuka tutup botol susu yang ku pegang, tak seharusnya aku berkata seperti itu. Aku menoleh ke arahnya, tersenyum. " Nde, aku harus berangkat kerja sekarang, ada rapat mendadak hari ini" jelasku. Dia mengangguk pelan. " Umm, gwaenchanhayeo? Kau terlihat tak baik baik saja" kataku lagi sambil menuangkan susu kedalam gelas. Dia berjalan ke arahku, merapikan dasi ku sekilas lalu kembali ke posisinya. Aku berhenti menuangkan susu.
       " Apa kau sakit?"
       " Pergilah" katanya lagi. Aku menghembuskan nafas pelan, meletakkan gelas yang kupegang lalu berjalan kearahnya. Aku menyentuh dahinya.
       " Kau panas, bagaimana bisa? Ayo kemari" aku menariknya duduk. " Diam disini, aku yang akan memasak, hmm?"
       " Lalu bagaimana dengan rapatnya?" tanyanya.
       " Akan kuurus nanti.. kau jangan hawatir" kataku. Wajahnya terlihat tak enak dengan jawabanku. " Akan ku pasrahkan pada Donghyuk..". Rae in tersenyum tipis lalu menganggug lemah. Kemudian aku melepas jas yang kupakai dan melipat lengan kemejaku sampai siku lalu mengambil alih pekerjaannya, memasak sarapan untuk kami berdua.
Aku sedang berpikir bagaimana dia bisa sakit padahal tadi malam dia masih baik-baik saja bahkan sempat bertengkar denganku, tapi kenapa sekarang dia begitu lemas?
   " Bobby..." panggilnya. Aku menoleh. " Aku ingin ke kamar ku, bisakah kau..."
   " Tentu saja.." kemudian aku mematikan kompor dan memapah Rae in setelahnya. Dia begitu lemah, bahkan dia menyandarkan kepalanya di pundakku, menutup mata.
    " Gwaenchanha?" tanyaku. Dia mengangguk. " Mau ku gendong?" tanya ku lagi, dia menggeleng. Aku tak tahan melihatnya seperti ini, ku putuskan untuk menggendongnya secara paksa membuatnya merengek.
       " Turunkan aku.." katanya.
       " Jangan memaksakan diri untuk berjalan.. toh meskipun kau memberontak kau tak akan sekuat saat kau sehat. Jadi diamlah dan menurut saja, hmm?" kataku lalu kembali berjain menyandarkan kepalanya lagi. Entah dia mendengarnya atau tidak tapi jantungku berdegup dengan sangat kencang sekarang, mungkin karena belum makan.
   Aku memasuki kamar Rae in (yang sebenarnya juga kamarku) lalu mendudkkannya di atas tempat tidur kemudian ikut duduk disampingnya.
        " Apa kau pusing?" tanyaku. Dia mengangguk pelan. Akupun memosisikan tubuhku menghadapnya. " Sebenarnya ada apa denganmu? Ceritakan saja padaku.. aku siap mendengarkan" kataku. Rae in hanya terdiam bersandar pasa kepala ranjang. " Kenapa bisa sakit? Apa kau salah makan atau_"
       " Pergilah aku tak apa, aku malah akan menyusahkanmu nanti" katanya dengan suara pelan.
       " Bagaimana aku bisa pergi sedangkan istriku sendiri sedang sakit.. aku bukan lelaki seperti itu". Dia menatap mataku, apa aku salah bicara? " Kau butuh obat?" tanayku mengalihkan pembicaraan, dia menggeleng.
       "Yunhyeong oppa biasanya memelukku" katanya.
       " Nde?" tanyaku sedikit terkejut dengan perkataannya. Apa dia ingin di peluk? Ayolah aku benar-benar tak mengerti.. kenapa otakku berhenti tiba-tiba sih.. " Uhm.. apa kau.. maksudku.. aku.." aku benar-benar tak bisa mengatakan apapun.. aku harus bisa memahaminya. Jadi kuputuskan untuk mendekat saja, toh jika dia marah nanti aku sudah kebal dengan omelannya. Awalnya kukira dia akan langsung membunuhku ketika aku mendekat tapi tanpa kuduga dia langsung bersandar padaku dan menutup mata membuatku terkejut, tak tahu harus mengatakan apa.
       "Bisakah kau... balik memelukku?" gumamnya pelan. Aku terdiam, melihatnya berpikir apakah takapa aku memeluknya? Tapi Rae in malah menarik tangan ku agar aku mau memeluknya. Aku diam tak bergerak, apa dia benar-benar ingin aku memeluknya? Apa dia sedang mabuk? “ Tadi malam kau bilang kau ingin tau lebih banyak tentangku” katanya tanpa membuka mata. “ Ketika aku lelah, sedih, sakit, bahagia atau terpuruk sekalipun yang kubutuhkan hanyalah pelukan hangat, hanya itu”. Aku memandang nya, dia begitu cantik ketika diam seperti ini.
       “ Bagaimana kau bisa sakit? Bahkan kau baik-baik saja tadi malam” tanyaku. Rae in tak menjawab pertanyaan ku, apa dia sudah tidur? Aku mendekatkan wajah ku berusaha melihatnya dengan jelas. “ Kurasa dia sudah tidur, cepat sekali tidurnya” gumam ku.
   Aku tersenyum. Melihatnya seperti ini membuatku berpikir mungkin gadis ini tak akan sekasar sekarang jika dia tak menikah dengan ku secara paksa atau tak pernah bertemu dengan si brengsak Nam Joon.... hhh aku jadi ingin kepribadiannya yang lain..
   Aku kembali menghela nafas. Apakah Eommeonim akan marah jika tau bahwa malam itu aku berpura-pura mabuk dan esoknya aku mengatakan jika beliau masuk ruang operasi hanya agar bisa membawa putrinya pergi untuk menemui beliau? Apa yang kulakukan ini sudah benar dengan membohongi Rae in dan Eommeonim? Yunhyeong mengatakan bahwa semua ini juga toh untuk mereka berdua... tapi bagaimana jika mereka tak menerima alasan apapun... bagaimana jika pada akhirnya akulah yang akan menjadi orang yang paling brengsek di dunia bagi mereka berdua?. Kurasakan Rae in mengerutkan pelukan nya, sepertinya dia benar senar lelah.. selelah hatiku sekarang.























  Sudah hampir tiga jam tapi posisiku tetap tak berubah, perutku sudah memberontak sedari tadi meminta jatah sarapannya, bahkan sekarang sudah hampir makan siang oh ya tuhan.. tapi melihat betapa pulasnya Rae in di pelukan ku membuatku tak tega untuk memindahkannya. Rasanya ku ingin menggerakkan badan ku.. otot otot perutku kurasakan mulai kaku. Bagaimana jika otot ABS ku tiba-tiba menghilang? Itu tak kan teejadi bodoh, dasar.
  Aku kembali menatap Rae in.. gadis ini.... bagaimana bisa kau menjadi istriku? Berciuman saja tidak apalagi yang lebih dari itu.. kau tengah menyiksa suami mu ini Rae in-ah.. ku mohon mengertilah... kau benar benar membuat ku tersiksa ketika melihat mu yang begitu cantik berada di pelukan ku tapi ku merasa tak bisa menyentuhmu, bahkan melakukan sesuatu padamu ketika kau tak sadar pun aku merasa telah melakukan dosa.. oh ya tuhan...
  Aku memperhatikan wajah polos pagi hari nya yang tak terpoles make up. Mata dengan warna hazel gelapnya ketika terbuka, hidung mancung kecilnya, pipi yang tak bisa di katakan chuby tapi juga tak tirus, menggemasakan... dan bibir ranumnya yang tak merah dengan bagian bawah yang penuh... oh shit! Ku rasa ku harus menghentikan untuk menatapnya.... aku menghela nafas.
       " Sadarlah Jiwon.. sadar.... lupakan saja semua pikiran mu tentang nya, kau tak akan pernah bisa mendapatkan boneka ini dengan mudah.. lupakan saja" kata ku pada diri sendiri.
  Aku memalingkan pandangan ku ke arah lain, berusaha menfokuskan pikiran ku yang sudah tak terkendali ini. Aku pun kembali membuka-buka ponsel ku, mungkin ada pesan atau apa pun.. tapi tak ada apapun.. kenapa hari ini terasa sepi sekali ya tuhan... Jadi ku putuskan untuk memainkan game sampai sampai baterai ponsel ku hampir habis.
       " Sial! Kenapa sudah hampir habis... ayolah.. ku butuh pengalihan_" dan saat itulah ada panggilan masuk.
       " Yeobeosseo? Wae?"
       " Ummm, kim sajangnim.. tadi_"
       " Jangan terlalu formal, aku ada di luar kantor, panggil hyung saja. Wae Donghyuk-ah?" Potong ku.
       " Nde. Hyung... tadi.. rapat tak berjalan dengan semestinya" kata Donghyuk mengawali pembicaraan. Aku mengerutkan dahi ku.
       " Bagaimana bisa? Apa terjadi debat seperti bulan kemarin? Apa paman Song tak datang? Yunhyeong datang kan?" Tanya ku sedikit hawatir mengingat kesehatan paman Song yang menurun karna masalah perusahaan.
       " Para pemegang saham datang, tapi ada berita menghebohkan tadi.." aku menyimak dengan serius. " Alasan Jae hyun sajangnim mengumpulkan para pemegang saham adalah karena ada salah satu pemegang saham yang menjual sedikit demi sedikit saham pada perusahaan kecil dengan harga murah dan membuat kantor pusat mengalami kerugian besar"
       " Nde?! Bagaimana..." aku menghentikan perkataan ku sebentar memastikan Rae in tak terbangun. " Bagaimana bisa tak ada yang mengetahuinya? Apa hal ini sudah lama terjadi?"
       " Saya tak tahu pasti, tapi tadi Jae hyun sajangnim hampir terkena serangan jantung karna terlalu emosi dan_"
       " Wae?" tanya Rae in tiba-tiba membuat ku terkejut.
       " Kau bangun?"
       " Umm hyung, aku mengganggu ya?"
       " Nde? Ah... Donghyuk-ah.. ania.. kau tak_"
        " Akan saya lanjutkan nanti saja... saya tak ingin menjadi pengganggu keharmonisan rumah tangga" katanya.
       " Mwo?! Yya Dong_" tuut tuut dan sambungan telfon terputus. " Donghyuk-ah! Yya donghyuk! Aish anak ini" umpat ku kemudian tatap mata kami tak sengaja bertemu membuatku teetegun... " kyeowo" gumam ku.
       " Nde?"
       " Ha? Aaaaa ani... kenapa bangun? Apa aku membangunkan mu?" Rae in menggeleng lucu. Dia memindah tubuh nya, bersandar di kepala ranjang.
       " Terima kasih" katanya.
       " Untuk apa?"
       " Tidur ku nyenyak sekali tadi.. apa aku tidur sangat lama?" Wajah setengah sadar nya membuatku ingin tertawa.
       " Hmmm... sekitar tiga jam"
       " Aaah tiga_ mwo?! Tiga... jam? Jadi selama... oh ya tuhan.. apa kau tak apa? Bagaimana dengan punggung mu? Apa sakit? Tangan mu_" Rae in berhenti mengatakan sesuatu ketika menyadari aku hanya tersenyum melihatnya kemudian memalingkan wajahnya.
       " Gwaenchanha... hanya kaki ku yang sakit tadi... sekarang sudah tak apa" kata ku sembari meluruskan kaku yang sebenarnya masih terasa sakit karna tertekuk selama tiga jam. Ku rasa aku harus melakukan gym setelah ini.
       " Umm apa sakit?" tanya nya berhati hati.
       " Sedikit.. tapi sudah tak apa kok" kataku membuatnya menghela nafas berat. " Yya... jangan seperti itu...." kataku lagi. Rae in tetap terdiam. " Ummm aku lapar.. kau tak mau makan?"
       " Nde? Aaah makan ya.. ayo... ku masakkan untuk mu" katanya kemudian turun dari ranjang. Ku menahan tangan nya.
       " Bagaimana jika kita makan di luar saja?"


















Uwaaaaaah mianhamnidaaaaaa aku jarang banget punya waktu luang.. sekalinya ada di buat main hape tanpa melirik wattpad 🙏🙏🙏 ato bahkan tidur... maap keun ke slow post an ku ya wkwkwk
Semoga bisa terobati.... deoksu jusseiyo...

IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang