My Confession

56 4 4
                                    

   Hari ini adalah hari baik untuk Yunhyeong oppa. Yah... hari ini dia menikah, tepatnya satu tahun setelah kepergian Eomma, dan empat setengah bulan setelah ulang tahun pernikahan ku. Awalnya Yunhyeong oppa tak mau memperkenalkan calon istrinya kepada kami, tapi karena aku memergokinya sedang menelfon kekasihnya itu ketika sedang berada dirumah akhirnya dia mengakui kalau sebenarnya hubungan mereka sudah berjalan hampir lima tahun, yah... bahkan sebelum pernikahan ku terjadi. Setelah kepergian Eomma Yunhyeong oppa lebih sering menghabiskan waktu dirumah, menemaniku yang kadang kesepian karena kesibukan Bobby yang tak bisa diganggu gugat. Sekalipun aku juga keluar untuk mengurusi toko bunga yang resmi menjadi milikku tapi tetap saja aku pulang lebih awal dari Bobby.
   Jadi karena hari ini hari yang baik seharusnya Bobby bisa mengosongkan jadwal kerjanya dan datang tepat waktu siang ini. Tapi bahkan ketika acaranya hampir dimulai satu jam lagi dia belum juga datang.
       "Rae in-ah..." panggil In jung unnie, calon kakak iparku. Aku menoleh. "Duduklah... dia pasti datang" katanya. Aku menghela nafas lelah.
       "Tapi satu jam lagi acaranya akan dimulai... dia kan pembawa acaranya, seharusnya dia datang bahkan untuk mengecek kesiapan sound system saja dua tak bisa meluangkan waktu" gerutu ku. Karena In jung unnie juga lah aku mulai bisa mengomel lagi. Dia tertawa melihatku bersungut-sungut karena marah.
       "Hei... ada apa ini... dua gadis-ku.." kami menoleh. Dengan setelan jas yang keren Yunhyeong oppa terlihat begitu tampan, tapi kali ini aku malas untuk memujinya. "Ada apa dengannya?" tanya Yunhyeong oppa kepada In jung unnie.
       "Tanyakan saja sendiri" kata In jung unnie lalu tertawa lagi saat melihatku kembali bersungut-sungut.
       "Wae wae? Bobby lagi?" tebak Yunhyeong oppa membuatku merengek.
       "Iyaaaa dan sekarang kurang dari limapuluh menit lagi acara akan dimulai, tapi dia tak datang juga... otteohkae...." aku mendegik kan bibir ku. Rasanya aku ingin marah.
       "Aigo aigo.. sudah coba kau telfon?" tanyanya lagi. Aku diam, benar juga.. dari tadi aku tak mencoba menelfon Bobby.
       "Jangan bilang kau tidak menelponnya" tebak In jung unnie. Aku hanya memberikan tatapan polos lalu berlari meninggalkan mereka. Aku menuruni tangga cepat.
       "Wow wow wow... hati-hati..." cegat June. Aku melirik Rosanne yang ada di sebelahnya, ah... ngomong-ngomong sebulan yang lalu mereka bertunangan.
       "Aku harus menelfon Bobby" kataku dengan nafas tersengal. June mengernyitkan keningnya.
       "Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Rosanne. Aku menggeleng.
       "Rae in tak akan setenang ini kalau terjadi sesuatu dengan suami tercintanya" goda June.
       "Haish!" desisku.
       "Ada apa ada apa... katakan saja" lalu aku menarik June, menghindar dari Rosanne sebentar. "Kenapa sih? kenapa harus menjauh darinya?"
       "Ani, geunyang..." aku mengeluarkan ponsel ku masih memegang tangan June, lalu mulai menelfon Bobby. Hanya suara tut tut yang bisa kudengar.
       "Ada apa? Dia tak mengangkat telponnya?" tanya June. Aku mengangguk lesu. "Coba telpon asistennya" usul June. Benar juga, tapi aku tak punya nomor Sana.
       "Aku tak punya nomor telepon nya" kataku lesu.
       "Kalau begitu telfon ke kantornya bodoh" kata June gemas. Aku menepuk dahi ku.
       "Oh iya! Kau pintar sekali, June... tumben"
       "Aish!" Aku pun melakukan hal yang diberitahukan June.
       "Ada apa?" aku menoleh. Rosanne menyusul kami. June menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, menyuruh Rosanne untuk diam dulu.
       "Ah, nde.. yeobosseo.. jaega... Rae in imnida.. nde" kataku. Terdengar suara merdu seorang wanita disana. "Ania.. apa Bobby ada di.... nde? Ah... sudah pergi satu jam yang lalu ya... nde... gamsahamnida.." lalu aku menutup sambungan telepon dengan wajah lesu. Menatap June dan Rosanne yang menunggu ku untuk mengatakan sesuatu.
       "Dia tak ada di kantor" kataku lesu.
       "Kau tak tanya kemana dia pergi?" tanya Rosanne.
       "Sana bilang dia sudah keluar sejak satu jam yang lalu, menuju kemari... tapi sampai sekarang dia masih belum datang juga..." jawabku lesu. Airmata ku menggenang, aku mulai khawatir kemana dia pergi.
       "Yya..." June menarik tanganku membuatku melihatnya. "Ayo, akan ku bantu mencarinya, dia kan harus datang tepat waktu, kurang tigapuluh lima menit lagi sebelum acaranya dimulai" kata June. Aku mengangguk. "Sayang, aku..."
       "Pergilah... aku tak apa, aku bisa mengabarimu kalau kalau Bobby sudah sampai disini" sela Rosanne, tersenyum. Dan drama seperti biasanya dimulai, June mencium bibir Rosanne sekilas lalu berlari meninggalkan kami.
       "HEI BODOH!!" teriakku. Dasar si bodoh itu.














IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang