"Maaf karena seharian ini aku dan adikku mengganggu mu" kata Jisoo ketika hendak pulang. Aku tersenyum.
"Gwaenchanha.." Jisoo dan Lisa tersenyum.
"Oppa... kapan-kapan jika aku main kesini kau harus banyak bercerita tentang.."
"Aish kau ini" sela Jisoo. Aku tertawa.
"Tentu saja... aku akan menceritakan semua hal tentang kakak mu ini, temasuk Jung Jae..."
"Yya!" Aku dan Lisa tertawa. Setelah beberapa patah kata 'ancaman' mereka pergi. Aku menghela nafas panjang. Sudah lama tak bertemu gadis 4d itu... mungkin kalian bingung dengan 4d yang ku maksud. Akan ku ceritakan sedikit tentang Jisoo pada kalian...
Jisoo adalah teman semasa SMA ku, kami dekat sejak awal masuk sekolah dan bisa dikatakan menjadi sahabatku selama di SMA karena setelah lulus aku pergi ke Jepang untuk bekerja sebentar disana lalu kembali ke Virginia, Amerika.. rumah ku ada disana. Jadi selama SMA kami berteman dekat, apapun kami lakukan bersama (kecuali ke kamar mandi), berangkat sekolah kami akan janjian di halte agar bisa berangkat bersama, duduk bersebelahan, tak jarang kami mendapat tugas kelompok bersama. Bagaimana dengan siswa lain? Oh... jangan khawatir.. terlalu banyak yang iri padaku karena Jisoo sangat cantik, terlalu cantik malah untuk gadis polos tanpa operasi dan make up, sedangkan aku? Aku jelek (itu menurutku) tapi aku keren (itu juga menurutku), jadi tak heran jika aku selalu tau siapa saja laki-laki yang mengejarnya dan mengejarku (·····). Kami selalu bertukar cerita dan pendapat, tak jarang juga tentang cinta... ketika Jisoo di tembak oleh salah seorang teman dia akan bertanya bagaimana dia? Apa dia baik? Apa dia hanya bermain-main saja atau apa dia cukup pantas untuk gadis seperti nya? Dan aku akan menjawab dengan jawaban terbaik ku. Bagaimana denganku? Aku tak pernah menanyakan hal seperti itu padanya, karna aku tak pernah menyukai gadis manapun disekolah, hanya Jisoo... ya... aku menyukainya, tapi itu dulu... saat ini aku tak dapat menemukan perasaan ku yang dulu ketika bertemu dengannya, hanya perasaan teman lama.. terlebih ketika Jisoo tertarik dengan Jaewon, laki-laki cantik (maksudku tampan, dia tampan sekali sampai sampai terlihat cantik) pintar, dia ketua umum disekolah, sempurna, aku mundur, tentu saja... lebih baik mundur dari pada menghancurkan harga diriku. Mereka berpacaran? Ya... hanya untuk beberapa hari, aku tak tau kenapa mereka memutuskan untuk menyelesaikan hubungan mereka dengan begitu cepat tapi sejak saat itu Jisoo 4d-ku hilang, dia jadi agak sedikit pendiam, dia pun tidak aneh seperti biasanya (4d = agak aneh atau bertingkah seperti orang bodoh; tertawa ketika tidak seorang pun tertawa, melakukan hal-hal aneh) dia selalu murung bahkan leluconku tak membuatnya tertawa. Jadi kuputuskan untuk ikut terdiam, kami hanya berbicara jika dia yang mengajak untuk berbicara, hal itu berlangsung sebulan sebelum ujian akhir kelas 3 dan setelah lulus dia kembali seperti biasanya, tapi aku yang harus pergi. Yah... mau bagaimana lagi, aku harus pergi ke jepang, itu permintaan ayahku. Hah... kenangan masa SMA."Kau tau June? Kau adalah laki-laki brengsek tak punya hati yang suka menyakiti para gadis" kataku ketika June selesai dengan ceritanya.
Yah... setelah sarapan tadi aku pergi ke kamar mess June karena memang aku yang harus pergi kesana untuk memasakkan nya sesuatu. Pertama kali masuk kedalam mess, tentu saja yang kulihat adalah lautan baju kotor dan bersih yang berceceran di lantai membuatku menutup mata gemas.
"Kau kan tau aku... aku paling malas membereskan.. yah... hal-hal semacam ini" aku menatap June datar. "Ya ya ya... akan ku bereskan... tapi masakkan aku sesuatu" katanya dengan wajah memelasnya. Aku menghela nafas dan tanpa mengatakan apapun berjalan kedapur dengan melangkahi baju-baju.
Selama aku memasak, june terus saja berisik, menyanyikan segala hal tanpa tau aku begitu terganggu dengan suaranya.Untung saja suaranya merdu jadi aku tak usah repot-repot mencari kapas untuk menutup telinga. Setelah semuanya sudah siap, mess sudah rapi (kurang lebih) dan June sudah mandi (aku memarahinya tadi karena tak mandi sejak dua hari lalu tsk tsk tsk) dia mulai sarapan.
"Woah... jinjja mashitta (enak sekali)" katanya sambil terus makan, "Hmmm rasanya sudah lama sekali tak makan masakan mu, masakan eomma juga... ah.. bagaimana eomma? Apa dia sehat?" tanya June. Aku baru ingat jika aku belum menceritakan keadaan eomma ku.
"Eomma sakit, beliau sudah lama dirawat di rumah sakit"
"Benarkah? Kenapa kau tak bilang padaku? Seharusnya kita bisa menjenguk Eomma ke rumah sakit" kata June sambil menatapku.
"Tapi kan kau tau aku takut rumah sakit..." aku menghembuskan nafas lelah. Aku merindukan Eomma Appa ku, tapi benar-benar tak bisa menemui mereka, Appa sudah tiada, Eomma... beliau ada di tempat yang tak bisa ku datangi...
"Jadi kau tak pernah mengunjungi Eomma?" Tanyanya. Aku bersitatap dengan June lalu tersenyum.
"Bobby mengajakku kesana"
"Suamimu? Bagaimana dia bisa meyakinkanmu?" Aku menggeleng, yang ku tau... aku hanya merasa ama didekatnya. "Kau pasti sangat mencintainya nanti" kata June yang tetap menatapku. "Kau harus pulang... setidaknya tampakkan dirimu didepannya, katakan padanya kau baik-baik saja..." lalu June kembali makan.
June adalah tipikal orang yang tak mudah untuk memuji orang lain apalagi pada laki-laki yang dekat denganku, tapi sekarang berbeda.. dia begitu tulus memuji Bobby... apa dia menginginkan ju untuk bersama Bobby?
"Umm bagaimana hubunganmu dengan Rossanè?" tanyaku mengalihkan pembicaraan dan membuatnya menyemburkan makanannya ke wajahku, terbatuk-batuk. Aku menghela nafas menahan kesal, aku tau seharusnya aku tak bertanya.
"Gwaenchanha?" tanya June. Aku meraba sekitar meja mencari tissue basah lalu mengelap wajahku.
"Sekarang ceritakan padaku apa hubunganmu dengan Rossanè" kataku tegas. June menelan ludah, jelas dia tak ingin bercerita. "Yya!!" Bentakku.
"A-aku... yah.. kami... Rae in-ah... jangan tanyakan ini dulu.. maksudku.. aku masih belum siap_" aku menatap matanya tajam, emosi karna semburan makanannya tadi. June menghela nafas panjang. "Jadi kami... umm adalah atasan dan bawahan dan_"
"Aku tak bertanya hubungan itu" sela ku dingin. June kembali tergagap.
"Baiklah baiklah... aku tak punya hubungan apapun dengannya, dia sudah punya kekasih" katanya lalu kembali menghadap makanannya.
"Lalu? Kau menyukainya kan?"
"Tentu saja, dia cantik, sopan, suaranya merdu... dia sempurna... tapi aku tak punya hak sama sekali untuk_"
"Ah... seperti itu... kurasa kau harus menyelesaikan sesuatu dengannya" potongku lalu berdiri.
"Menyelesaikan? Apa maksudmu? Kau mau kemana?" Aku tersenyum.
"Pulang kembali... ke mess Rosè, bye" lalu aku pergi membiarkannya berpikir.
Di mess Rosannè, Rosannè sudah pergi, dia memberi catatan di depan pintu kamar yang ku tiduri tadi malam, dia menulis aku bisa melakukan apapun yang ku mau disini, dia akan kembali nanti malam. Tapi aku sudah melakukan segala hal sekarang, membersihkan mess, tiap ujungnya, bahkan kamar Rosannè, aku juga menonton televisi, menggunakan wifi dengan bijak.. apapun yang bisa kulakukan tapi entah mengapa aku tiba-tiba merindukan Bobby, dia sedang apa dirumah? Apa dia sudah makan? Apa dia tadi malam tidur nyenyak? Apa sekarang dia sedang bekerja? Apa dia merindukanku? Hhhh... aku duduk didepan televisi dengan lesu, aku ingin pulang, tapi aku terlalu malu...
"Apa dia tidak ingin menghubungiku lagi seperti kemarin?" Gumamku seraya membuka-buka ponsel berharap tiba-tiba Bobby menelfon atau mengirim pesan, tapi tidak ada notifikasi sama sekali dan itu membuatku bertambah lesu. "Kenapa aku begitu sangat merindukannya?" Gumamku sekali lagi. Hhhh... aku jadi ingin menangis, hatiku terasa begitu sakit dan aku sangat sangat ingin bertemu dengan Bobby barang beberapa detik saja.
"Ting tung.." terdengar suara bel pintu mess Rosannè, apa dia sydah pulang? Kenapa cepat sekali?. "Ting tung ting tung"
"Ya... sebentar..." aku berjalan kearah pintu, tapi ketika ku membukanya yang kudapati bukan Rose, melainkan dua gadis cantik sempurna (lagi lagi) dihadapan ku yang sama terkejutnya denganku.
"Kau...."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LOVE
Randomkumohon berhentilah, jangan siksa dirimu sendiri dengan mencintai ku seperti ini.. #Song Rae In aku tahu kau tak akan suka, aku bahkan tak ingin memaksamu, aku hanya ingin melihatmu tersenyum, itu saja. #Kim Bobby