"Aigooo kenapa lagunya bertambah menyedihkan setelah di aransemen ulang?" protes Rae in. Yah... malam ini karena aku pulang cepat jadi aku menemaninya menonton acara kesukaannya di televisi. Acara tersebut menampilkan penyanyi baru yang mengaransemen ulang lagu senior mereka, dan kebetulan kali ini lagu kesukaan Rae in yang di aransemen oleh dua anggota salah satu idol grup yang sedang menduduki trending nomor satu saat ini.
"Tapi tetap terdengar bagus kan?" tanyaku. Rae in memajukan bibir.
"Tapi maknanya membuatku sedih..." rengeknya lalu bersandar di pundak ku.
"Kan memang lagu sedih... jadi ya..." aku menggantung perkataan ku. "Rae in-ah..." panggil ku setelah kami berdiam lama.
"Wae?..."
"Bagaimana jika apa yang disampaikan dalam lagu itu terjadi pada kita?" tanyaku. Rae in terdiam lama.
"Kenapa menanyakan hal aneh seperti itu? Kau berharap kita bertengkar?" tanyanya.
"Aniaa... aku hanya... entahlah... aku takut" kataku pada akhirnya. Rae in menatapku dalam, tersenyum lalu memegang tangan ku.
"Kau adalah tempatku kembali, kenapa kau berpikiran apa yang disampaikan dalam lagu itu akan terjadi pada kita?" katanya. Suaranya terdengar sangat lembut. "Aku mencintaimu... bahkan aku sudah menyerahkan seluruhnya pada dirimu... jadi jangan pernah berpikiran aku akan pergi." Aku memeluknya, menyembunyikan wajahku di ceruk lehernya, mencari kehangatan yang selalu kudapatkan darinya. Rae in mengusap kepalaku pelan.
"Berjanjilah kita akan terus bersama-sama" kataku.
"Eung... aku berjanji..."Kata-katanya masih jelas teringat dalam pikiran ku, tiga bulan yang lalu, tepat pada hari ini, hari kematian Eommeonim, ibu Rae in. Kesalahan ku... aku tau itu. Aku tak bisa menahan kepergiannya, Rae in begitu marah kepadaku dan setelah tujuh hari kematian Eommeonim, dia pergi.
Flashback
"Aku akan berangkat sendiri..." kata Rae in pada Bobby yang saat itu memaksanya untuk mengantarnya pergi ke suatu tempat. Beberapa waktu yang lalu Rae in diteror oleh Namjoon, yah.. Namjoon mantan kekasihnya yang dipenjarakan. Dia kabur dan menjadi buronan seminggu setelah acara ulang tahun Rae in. Entah bagaimana caranya dia bisa kabur dan setelah menyebarnya kabar tersebut banyak teror yang didapatkan Rae in. Mulai sms tidak jelas sampai telfon yang terus menerus. Bahkan Yunhyeong yang saat itu tak bisa kembali ke Korea karena pekerjaannya yang begitu mendesak hanya bisa memberi perintah kepada anak buahnya untuk menjaga Rae in dan ibunya. Disisi lain semua orang tak tau jika Rae in kerap kali melihat Namjoon berkeliaran di sekitarnya, toko bunga, rumah, tempat dia bertemu dengan June, bahkan ketika dia pergi ke kantor Bobby. Dan hal yang membuatnya harus menyelesaikan ini sendiri adalah
Akan kutunggu kau di stasiun kereta, kau harus datang sendiri atau ibumu akan mati seperti ayah mu dulu.
Hanya pesan ancaman itu yang Rae in terima beberapa menit yang lalu lah yang membuat dirinya nekat pergi tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Akan ku telfon jika terjadi sesuatu" kata Rae in, mencium bibir suaminya lama, dia takut. Dan disinilah Rae in berbicara hanya berdua dengan Namjoon di sebuah rumah yang tak begitu luas.
"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Rae in mencoba memberanikan diri. Namjoon yang ditanya hal seperti itu hanya menatap Rae in tajam dan datar. "Kumohon... aku sudah tak mencintaimu lagi, Namjoon-ah... aku..."
"Hanya karena laki-laki brengsek itu? Dia tidak berguna sama sekali"
"Apa maksudmu? Bahkan kau lah yang tak lebih dari seorang pecundang" mata Rae in mulai memerah karena marah. Dia tahu orang di depannya ini tidak bisa mendapatkan penolakan, Rae in tahu bagaimana pun dia melawan dia yang akan kalah dari lelaki bengis di hadapannya.
"Aku? Pecundang? Hahahaha..." Namjoon tertawa begitu keras sampai membuat Rae in yang berusaha untuk memberanikan diri, takut. "Ya ya ya... bahkan kau adalah jalang yang mau memberikan keperawanan mu pada pecundang seperti ku" Namjoon beranjak dari duduknya, mendekatinya. "Tidakkah kita sama? Hmmm?" Namjoon mulai menghirup aroma rambut Rae in membuatnya meremang. Satu tangannya menahan punggung Rae in agar tetap duduk tenang, dan satu tangannya lagi membelai lembut rambutnya.
"Namjoon.. lepaskan..." Rae in mendorong tubuh Namjoon kuat tapi bahkan menggeser posisi Namjoon sedikitpun dia tak bisa.
"Aku merindukan tubuhmu..." bisik Namjoon mulai menjilati telinga Rae in dan sukses membuatnya menangis.
"Kumohon lepaskan aku..." katanya. Suaranya bergetar. Namjoon menatap Rae in dengan seringai menakutkan dari wajahnya.
"Apa kau menangis, sayang?... ya tuhan... apa yang sudah aku lakukan?" kata Namjoon dengan nada sedih. Membelai pipi Rae in lembut lalu menamparnya seketika, membuat Rae in yang duduk di kursi yang lumayan tinggi jatuh tersungkur, pelipis nya menabrak meja membuat goresan luka dan mengeluarkan darah. Namjoon berjongkok didepan Rae in.
"Aigo aigooo lihatlah... apa yang bajingan itu ajarkan padamu? Kenapa kau jadi lemah seperti in_"
"PLAK!!" tamparan keras mengenai wajah Namjoon. Tak ada ekspresi, Namjoon hanya menatap Rae in tajam. Rae in terisak pelan.
"Kau benar-benar hewan... kau bahkan membuatku_"
"PLAK!!"
"Kau bilang apa?"
"PLAK!!"
"Katakan sekali lagi"
"PLAK!!"
"Hewan?"
"PLAK!!"
Namjoon terus menampar Rae in. Wajahnya yang cantik sekarang memerah karena tamparan-tamparan keras Namjoon. Rae in tak bisa melakukan apapun. Dia hanya menahan dirinya sendiri untuk tidak menangis, tidak didepan lelaki bajingan ini.
"Oh ayolah... kau tidak seru sama sekali..."
Lalu Namjoon menggendong paksa Rae in membuatnya berteriak meminta tolong dan dan pada akhirnya menangis. Namjoon melemparkan tubuh Rae in diatas ranjang besar, ia berusaha duduk dan menjauhi lelaki gila didepannya, ketakutan.
"Tenang lah... aku tak akan menyakitimu..."
Namjoon membuka kaosnya, menyisakan celana jins nya kemudian menarik kasar kaki Rae in membuat suara DDUK! keras yang berasal dari kepala Rae in yang berbenturan dengan kepala ranjang. Rae in meringis kesakitan. Kemudian Namjoon menindih badannya, menyobek gaun cantik pemberian Bobby membuangnya kesembarang arah dan langsung meraup payudara Rae in yang terpampang jelas.
"Lepakskan aku! Namjoon! Lepaskan!"
Teriakan Rae in tak digubris sama sekali. Bahkan Namjoon semakin menjadi. Dia membuat Rae in hampir kehilangan kesadaran dengan tingkah lakunya, bahkan Rae in harus menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan agar tak ada desahan sama sekali yang keluar dari mulutnya. Perlakuan Namjoon yang awalnya lembut dan jauh dari kasar merasa marah karena taktik nya tak berhasil dan akhirnya bermain secara kasar. Bahkan tak segan segan Namjoon mengeluar-masukkan kemaluannya dengan kasar membuat kepala Rae in terbentur berkali-kali.
"PLAK!!"
"Dasar jalang tidak tahu diri! Ayo! Desahkan namaku! Cepat!" dan terus seperti itu sampai Rae in pingsan karena kelelahan dan sakit yang ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LOVE
Randomkumohon berhentilah, jangan siksa dirimu sendiri dengan mencintai ku seperti ini.. #Song Rae In aku tahu kau tak akan suka, aku bahkan tak ingin memaksamu, aku hanya ingin melihatmu tersenyum, itu saja. #Kim Bobby