" Apa tak apa makan di luar?" Tanyaku. Bobby menatap ku heran.
" Memangnya kenapa?" Aku terdiam. Ini pertama kalinya dia mengajak ku keluar, dengan kemauannya sendiri. Aku tak punya alasan untuk menolaknya, lagi pula aku juga sangat lapar sekarang. Jadi kuputuskan untuk mengiyakan ajakannya itu.
Ketika mengobrak abrik lemari bajuku aku berpikir, apa bobby sudah tak apa? Ku rasa ku benar benar membuatnya mati rasa tadi, bayangkan saja tiga jam tanpa bergerak. Aku menghela nafas panjang.. bodoh! Dasar bobby bodoh! Kenapa selalu menuruti mau ku? Kenapa kau harus menyiksa dirimu sendiri demi diriku? Seharusnya kau tak melakukan semua ini demi istri yang buruk seperti ku...
" Aaaaah appa... kenapa kau memilih lelaki baik sepertinya untuk anak mu yang bengal ini?" Kataku menyandarkan diri pada pintu lemari yang terbuka dan sekali lagi mengambil nafas dalam dalam kemudian menghembuskan nya pelan." Oh, kkeutnasseo?" Kata Bobby ketika melihat ku turun dari tangga. Aku menatap bobby tanpa berkedip, entah ku yang tak pernah sadar atau yah.... memang tak pernah sadar ... tapi hari ini dia terlihat tampan... sekali... rasanya wajah ku memerah. " Wae?" tanya nya. Aku tetap terdiam tak bisa mengatakan apa apa sampai ku sadar jika ujung jarinya menyentuh ujung jari ku. Dia mengangkat kedua alisnya.
" Aaah itu... ayo.. sudah siang.." kataku sambil berjalan keluar rumah. Ada apa dengan ku? Dasar bodoh! Memangnya sejak kapan aku terpana ketika melihat Bobby seperti itu? Memang ku akui hari ini dia terlihat begitu yah... keren dengan kaos oblong abu abu dan hem merah kotak kitak kebesarannya dan celana jins belel dan.... aku berhenti berjalan " Apa yang kau pikirkan Rae in? Bodoh!"
" Kenapa berhenti?" tanya bobby membuatku terkejut dan menutup mata.
" Tidak ada" dan aku kembali berjalan.
Mobil kami pun melaju dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan aku sama sekali tak berbicara dengannya, ini sudah biasa dan selalu terjadi, tapi kali ini kenapa rasanya tak enak? Ku ingin memulai percakapan.. tapi tak tahu harus ku mulai dengan apa... maksudku bukan karna ku ingin tapi berdiam diri seperti ini bukan hal tang bijak untuk di lakukan sementara bobby sudah membantuku untuk menenangkan diri tadi. Jadi ku berusaha mencari topik pembicaraan.
" Ummmm, Bobby-ah... kita mau kemana?" Tanyaku. Hanya itu yang terpikirkan.
" Ah... itu ya... tadi aku sempat mencari restoran yang nyaman di sekitar pinggiran kota.. jadi ku ingin mengajak mu kesana" katanya.
" Memangnya dimana?" Ku menoleh melihtnya. Bobby hanya tersenyum sambil terus menyetir mobil. Ku menatap keluar jendela dan mendapati beberapa pemandangan yang tak asing bagi ku.
" Ini.... bukankah ini...."[Flash back]
"Lupakan saja! Aku marah pada appa!" Teriak Rae in kecil ketika itu, berlari kearah eommanya yang tertawa.
"Eh... kenapa seperti itu... Appa kan sudah meminta maaf padamu" kata eommanya...
"Tapi eomma... Appa selalu seperti itu, appa selalu berbohong ketika akan mengajakku ke rumah makan itu..." rengek nya.
"Yya... busakah kau tak merengek seperti itu? Jika kau tak manja appa benar benar akan mengajak kita pergi sekarang... huh! Kau membuang-buang waktu" sahut Yunhyeong jengkel. Appa Eomma nya tertawa.
"Benarkah eomma?"
"Tentu saja..." kata Appa nya. "Mau ikut atau tidak?" Rae in langsung menegakkan tubuhnya bersemangat.
"Kajja, aku mau" katanya membuat keluarga kecilnya tertawa kecuali Yunhyeong yang sudah lelah menunggu adiknya dari tadi.[Flash back end]
"Bukankah ini...."
"Kita sudah sampai" kata Bobby. Aku tetap menatap keluar jendela, menatap bangunan kayu coklat yang bahkan langsung membawaku kepada kenangan-kenangan masa kecil ku. "Rae in-ah...." panggil Bobby seraya menyentuh lenganku membuatku terkejut. "Wae? Gwaenchanha?" tanya nya. Kenapa aku jadi ingin marah begini?
"Tidak ada. Ayo"
Kami pun berjalan menuju restoran, memilih tempat duduk yang selalu ku duduki dulu bersama Appa dan memesan makanan. Jujur saja aku tak bahagia sama sekali, rasanya muak melihat tempat yang menjadi kenangan untukku tentang Appa, semua hal ini, restoran ini, tempat duduk ini, makanan ini, aku tak menyukainya, bahkan lelaki di depanku yang sejak tadi pagi sudah membuat hatiku berdebar tak seperti biasanya, lelaki yang selalu berusaha mebantuku dan membuatku tersenyum. Lupakan saja semuanya, aku membencimu, Bobby.. aku membenci mu karena sudah membuatku hampir menyukai mu.Hari ini Bobby mengajakku ke banyak tempat, dan semuanya tempat kesukaan ku, tempat kenangan ku dengan appa, tempat paling menyakitkan yang selalu ku hindari. Bobby sempat bertanya kenapa aku terus terdiam dari tadi bahkan ketika kami pergi ke akuarium di tengah kota, aku hanya menggeleng pelan dan mengatakan padanya untuk menikmati hari ini saja. Setelah berjalan mengelilingi akuarium kami duduk di terowongan akuarium menghadap lurus ke arah ikan-ikan yang berenang dengan tenang, hari ini juga sangat sepi pengunjung, hanya ada beberapa yang lewat. Kami berdiam diri cukup lama disana sampai akhirnya Bobby membuka pembicaraan.
"Um... apa hari ini kau senang?" tanyanya membuka pembicaraan.
"Nde? Ah... yeah tentu saja" kataku.
"Kau... ehem.. ku dengar kau menyukai ikan.. kenapa tak memelihara beberapa di rumah?"
"Aah... itu.. aku tak bisa"
"Wae?" Aku menatapnya. "A.. um.. maksudku jika kau tak ingin bercerita aku tak apa" katanya tergagap lalu tersenyum. Aku berpaling kembali menatap ikan-ikan.
"Kau tau" kataku memulai cerita ku. "Bagi seseorang yang begitu menyukai hewan tapi tak tau cara merawatnya, memelihara adalah hal yang sangat sulit untuk ku lakukan, aku harus menyiapkan makanannya setiap hari, membersihkan kotorannya secara rutin, mengecek apakah dia baik-baik saja atau tidak, itu sangat sulit.. apalagi merawat hewan sejenis Nam Joon"
"Nde?"
"Nde? A.. anieo.. ani... bukan apa apa" kataku panik setelah menyadari perkataan ku tadi. Bobby mengangguk.
"Jadi karena itu kau tak memelihara apapun di rumah?"
"Eung.. mereka semua hanya mau hidup jika Appa yang merawat, jadi ketika Appa meninggal aku tak bisa memelihara apapun di rumah meskipun aku sangat menginginkannya aku tak akan bisa" jelas ku lalu menghela nafas berat, Bobby tersenyum tulus, senyuman paling tulus yang pernah ku dapatkan dari orang-orang di sekelilingku setelah Appa.
"Mau memelihara sesuatu? Yang mudah?" Tanyanya, aku menoleh.
"Yang mudah? Seperti apa?"
"Umm, kucing, anjing, hamster.."
"Ah... aku... aku tak busa merawat hamster, mereka terlalu kecil.."
"Bagaimana dengan kucing dan anjing?" tawar nya
"Mereka pernah menggigit ku" kataku. Bobby terdiam sebentar kemudian menahan tawa lalu menunduk sambil tersenyum lebar.
"W-wae... kenapa kau menahan tawa mu?" tanyaku panik. Dia menoleh.
"Ani... hanya saja... bagaimana bisa? Apa kau membuat mereka marah?" katanya sambil tetap menahan tawa. Aish... rasanya malu sekali... aku memalingkan wajah ku kembali menatap akuarium. "Yya... kenapa wajahmu memerah? Kau menyembunyikan sesuatu? Eoh? Eoh?" aku menoleh.
"Yya... hajima... jangan menggodaku.."
"Eih... jangan terlalu serius... nanti cantik mu hilang" katanya. Ini kata-kata yang sering ku dengar dari banyak laki-laki, tapi kenapa rasanya berbeda ketika Bobby yang mengatakan nya?. Dia menatap ku, tepat di mata membuatku tak bisa berpaling. Kemudian dia merendahkan kepalanya menjadikan pandangan mataku turun.
"Kau tau? Aku pernah berpikir kenapa tak kuceraikan saja dirimu? Kau terlalu sulit untuk di tebak, terlalu sulit untuk di ajak bersenang-senang.. denganku.." katanya. "Geureona (tapi), bagaimana bisa aku benar-benar menjalankan amanah dari siabeoji (ayah mertua) jika aku menyerah dengan cepat seperti itu? Aku akan bertahan, karrna aku ingin melihat kau tersenyum dan tertawa, bukan menangis terlebih karena ku" aku terdiam kemudian berpaling, tapi bobby menghadapkan ku lagi padanya. "Nal bwa (lihat aku), jangan berpaling, sekali ini saja, biarkan aku jadi suamimu.. hari ini saja, hanya hari ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LOVE
Ngẫu nhiênkumohon berhentilah, jangan siksa dirimu sendiri dengan mencintai ku seperti ini.. #Song Rae In aku tahu kau tak akan suka, aku bahkan tak ingin memaksamu, aku hanya ingin melihatmu tersenyum, itu saja. #Kim Bobby