love and fall

30 5 1
                                    

  Aku membuka mata perlahan, cahaya matahari pagi yang masuk lewat sela-sela tirai jendela membuatku silau. Aku mengingat-ingat apa yang bisa membuat kepalaku begitu pening sepagi ini? Rasanya mau pecah. Aku duduk perlahan bersandar dikepala ranjang mengatur nafas sambil memejamkan mata kembali.
     "Kau sudah pulang?" "Apa kau merindukan ku?"  "Ya... aku merindukan mu.."  "Kenapa rahang mu seksi sekali"

Apa yang terjadi? Tunggu dulu... aku membuka mata menunduk menyadari kalau tubuhku tak tertutupi sehelai benang pun kecuali selimut yang melorot sampai pinggang ku. Aku menaikkan selimut tergesa-gesa. Aku telanjang? Bagaimana bisa?  Bobby... apa tadi malam benar-benar dia? Apa aku hanya bermimpi?
  Tanpa pikir panjang aku menyibak selimut dan memungut bra-ku yang berserakan dilantai memakainya dan menggunakan kemeja Bobby yang dengan cantik tersampir di belakang pintu. Aku yang berjalan cepat dan tertatih turun kebawah kearah dapur. Pasti dia sedang ada disana. Begitu sampai di dapur benar saja Bobby sedang menyiapkan sarapan membelakangi ku tanpa tau aku berdiri terpaku dibelakangnya. Dengan memberanikan diri ku coba memanggilnya.
       "Bobby.." tapi yang ada suara serak dan lemah yang keluar dari mulutku. Bobby menoleh, menunjukkan wajah bahagianya dan tersenyum cerah.
       "Kau sudah bangun ya.." katanya sambil berjalan kearah ku. Aku yang tidak siap dan gelagapan harus menjawab apa hanya bisa terkejut ketika Bobby menarik pinggang ku dan melumat bibir ku pelan. Tangannya menyusup kedalam leherku membuatku memejamkan mata menikmati tiap gerakan bibirnya. Bobby mulai menekan tengkuk ku memperdalam ciuman nya dan tanpa sadar aku mengalungkan tanganku berjinjit. Tangannya yang berada di pinggangku sudah bergerilya kebagian tubuhku yang lain, meraba paha bagian dalamku, aku melenguh pelan. Bobby mengangkat tubuhku agar sejajar dengan nya. Ciuman kami bertambah panas, desahan-desahan tertahan ku beberapa kali lolos memenuhi dapur dan suara pekikan tertahan menyadarkan kegiatanku. Aku mendorong dada Bobby membuatnya melepaskan tautan bibir kami. Aku menoleh dan seketika turun dari gendongan nya ketika menyadari siapa yang datang.
       "Eo... eomma..." kataku gugup. Eomma menyentuh dadanya.
       "Sudah Eomma duga seharusnya Eomma tidak pulang sepagi ini.."
       "Eomma... ini tidak seperti yang Eomma pikiran... kami..."
       "Gwaenchanha... Eomma bahkan bahagia bisa melihat kalian berdua ber..."
       "Eomma....."










  Aku tidak turun untuk sarapan. Aku malu! Bobby benar-benar tak membantu ku untuk menjelaskan tentang kejadian tadi pagi kepada Eomma...
       "Untuk apa dijelaskan... kita kan tidak melakukan hal yang salah" katanya tadi membuatku menggeram gemas lalu pergi kembali ke kamar.
  Aku menyilangkan kedua tanganku didepan dada, menatap Bobby sinis yang sibuk mengancingkan kemejanya lalu merapikan jas nya. Ya... dia sudah harus kembali aktif di kantor.
       "Wae?... kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya nya melirikku dari pantulan kaca. Aku yang masih gemas berdecak heboh.
       "Kau seharusnya membantu ku tadi..." Bobby tersenyum.
       "Kau masih ingin membahasnya lagi?" katanya.
       "Ch! Ini bukan masalah aku ingin membahasnya atau tidak... aku malu Bobby... aku malu!" Bobby tertawa. Orang ini benar-benar membuatku emosi. "Yya...!!"
       "Apa? Kenapa kau begitu marah?" Bobby bertanya santai.
       "Aku..." aku kehabisan kata-kata... menyadari kenapa aku bisa sangat marah? Bobby berbalik berjalan kearah ku kembali menarik ku menyingkirkan jarak diantara kami seperti tadi pagi. Mata sipit nya menatapku intens. Aku tak tau apa yang merasuki ku tapi ketika Bobby kembali mendekatkan bibirnya aku menutup mataku. Hembusan nafas hangatnya menerpa bibir ku, dan nafas ku memelan. Tapi kali ini Bobby hanya menggoda ku saja. Dia mengusap-usapkan bibirnya pelan membuat ku gila dan tanpa sadar aku menarik jas nya dan melumat bibirnya saat itu juga. Bobby tersenyum dan membalas ciuman ku tak berapa lama sebelum dia melepaskan bibir ku dan menatap mataku dalam.
       "Kau bahkan menikmatinya..." katanya dengan suara berat. "Bagaimana aku bisa menjelaskan apapun yang bahkan membuat diriku sendiri gila" aku terperangah. "Aku bahkan tak tau kalau mencium bibir mu menjadi candu baru bagiku" Bobby mengecup bibir ku sekilas lalu melepaskan pelukan nya. Aku menatap tak percaya.
       "Aku sudah telat, aku berangkat dulu ya... dah..." dan dia berlari keluar kamar. Aku kembali berdecak gemas.
       "Apa yang baru saja kau lakukan, Rae in... bodoh! Bodoh! Bodoh!" Gerutu ku sambil mengacak-acak rambutku. "Aku bisa gila karenanya!"







IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang